43-Family Time!

897 70 6
                                    

Keributan di jam tujuh pagi menemani keluarga Singto dan Krist di kamar hotel, Singto yang tidak jadi pulang ke asrama dan Krist yang kelelahan menjadikan keluarga kecil ini terlambat bangun satu jam dari yang mereka rencanakan.

Tujuan Krist dan si kembar menyusul Singto ke china adalah untuk datang ke acara kelulusan Singto, acara dimulai jam sembilan pagi dan itu dua jam lagi.

"ayo dong Oon duduk yang manis, nanti kalo nurut ayah ajak jalan-jalan" Singto sedang menyuapi Arthit yang cemberut karena bukan sang bunda yang menyuapinya sarapan.

Arthit dan Singto selesai duluan, sedangkan Natcha sedang sibuk berkaca di cermin dan Krist sedang mandi.

"bundaaa kalung Nat dimana hwaaaa" kemudian ada Natcha yang menangis kehilangan kalung pemberian eyangnya.

"bundaaa hwaaaa" dan Arthit ikut menangis bersama Natcha.

Singto kelabakan, Krist yang mendengar tangisan kedua anaknya bersahutan langsung memakai bathrobe-nya buru-buru dan keluar kamar mandi "kenapa kak??" tanya Krist sambil mengusap air mata Natcha.

"itu... b-bun...kalung kakak nggak ada hiks!" adu Natcha terisak.

"kalung yang mana?"

"kalung bentuk Sun dari eyang, hiks!" maksud Natcha kalung berbandul matahari pemberian nenek Singto.

Krist mengambil satu kalung dari tas selempang miliknya yang selalu dia bawa kemana-mana "yang ini?"

Natcha mengangguk dengan bibir dan mata yang memerah, jangan lupakan ingus dan airmatanya, tunggu! Ini lucu!

"yaudah, sini bunda pasangin, habis itu sarapan sama ayah" titah Krist sambil memasangkan kalungnya pada Natcha.

Natcha sudah diberitahu eyang buyutnya jika ia harus memakai kalung itu ketika bepergian. Bandul matahari itu berisi chips gps yang disambungkan di ponsel Krist, jadi jika ada kejadian yang tak terduga, itu bisa membantu.

Begitupun Arthit, dirinya juga diberikan kalung berbandul sama seperti Natcha, tapi jika kalung kakaknya berwarna rose gold, maka milik Arthit adalah warna silver.

"okey, sekarang sarapan sama ayah sama Oon" Krist merapihkan dress peach milik Natcha dan mengelap wajahnya, kemudian menuntun Natcha pada Singto dan mendudukkan Natcha di sebelah Arthit yang belum mau diam.

"Oon kenapa?" tanya Krist lembut.

"Oon mau maem sama bunda, hiks! ndak mau sama ayah!" rengek Arthit.

Krist mengusap air mata Arthit "Oon, bunda kan belum rapi, nanti kalo kita telat gimana? Maem sama ayah dulu, ya?" bujuk Krist.

"iya, nanti kalo Oon nurut mau sarapan sama ayah besok kita bakalan jalan-jalan sebelum pulang, mau?" Singto ikut membujuk Arthit.

"mau! Ayah...aaa!" Natcha membuka mulutnya, minta diisi makanan dari sendok di tangan Singto, ia juga ikut membantu orang tuanya membujuk sang adik.

Singto dengan senang hati menyuapkan makanannya pada Natcha "tuh liat kakak aja mau maem sama ayah, yaudah nanti kakak aja yang jalan-jalan sama ayah sama bunda" Krist masih berusaha membujuk Arthit.

"iya, nanti kakak aja yang dibeliin mainan sama ayah" Singto menyuapi Natcha untuk kedua kalinya.

Arthit mulai luluh "yaudah sama ayah maemnya" ucap Arthit lesu "tapi janji dulu mau beliin Oon robot yang bagus!" Arthit menyodorkan jari kelingkingnya "janji!" Singto menautkan jarinya pada jari kecil Arthit.

Akhirnya setelah satu setengah jam bersiap, Singto dan Krist beserta anak-anaknya berangkat menuju kampus Singto tempat acara kelulusannya.

Acara berlangsung lancar tanpa gangguan, kini Singto sedang berkumpul bersama teman-temannya yang kebetulan berasal dari Indonesia dan keluarganya.

"ini Krist, istri gue" Krist tersenyum menyapa teman-teman Singto.

"hai! ternyata ini yang bikin Singto nggak mau keluar tiap malem bareng kita demi video call?" goda salah satu teman Singto.

"gila! Krist lo manis banget" ujar teman perempuan Singto, sementara Krist hanya terkekeh menanggapi teman-teman Singto.

Singto membenarkan letak gendongannya pada Arthit "ini Arthit sama Natcha, anak-anak gue" si kembar bersembunyi di gendongan ayah bundanya.

Teman perempuan Singto mendekati Natcha yang digendong Krist "hei girl, namanya siapa?" Sapanya

"Nat, ditanya tuh" tegur Krist, Natcha menoleh kearah teman perempuan Singto "ha-hai tante... namaku Natcha" ucap Natcha malu-malu.

"hai Natcha!" sapanya ramah.

❤❤❤❤

Keesokannya, sesuai janji Singto bersama Krist mengajak kedua anaknya pergi ke taman bermain anak-anak. Raut bahagia terpancar dari kedua anaknya karena ini pertama kalinya mereka pergi bertamasya bersama sang ayah.

"ayahh Nat mau naik itu!"

"ayahh Oon mau beli itu!"

"ayahh..."

"ayahh.."

Krist tertawa sambil berjalan dibelakang Singto yang kelabakan meladeni kedua anaknya yang hiperaktif dan hanya mau dengan ayahnya. Sepertinya mereka merindukan ayahnya.

Tapi Singto mempunyai 1001 akal untuk membujuk anak-anaknya. Bukan Singto namanya jika kehabisan akal.

Pada waktu makan siang pun sama, Singto tidak bisa makan sendiri karena menyuapi anak-anaknya, berakhir Krist yang menyuapi Singto, sementara Singto menyuapi Natcha dan Arthit.

Mereka terus berkeliling hingga matahari meredup, namun belum gelap. Hingga Krist akhirnya mengajak putra-putrinya untuk kembali ke penginapan.

"okey ini udah sore, waktunya pulang! Besok kita kan mau pulang ke rumah" ajak Krist mengingat hari sudah sore, bahkan sebentar lagi tamannya akan tutup.

"yahh... bundaa" Natcha dan Arthit lesu.

"mau naik pesawat lagi nggak?" tawar Krist.

Mata si kembar berbinar "mau! Nda!" ucap mereka kompak.

"makanya ayo pulang biar besok nggak kecapean, paham?" Krist mencoba memberikan pengertian.

"paham!"

"oke, good! Let's go, kids! ayo kita pulang" Krist menggandeng Arthit dan Singto menggandeng Natcha.


Satu lagi ending!

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang