32.

4.7K 647 328
                                    

     "Semua sudah siap?" tanya Mikey, Sanzu yang sedang riang menjawab pertanyaan Mikey sambil melompat.

     "Tentu sudah." ucap Rindou, mata Rindou tak berhenti menatap leher (Name) yang terdapat banyak bekas merah. Rindou mengambil kain panjang lalu menutupi bagian belakang (Name),

     "Bahaya jika anak anak terus melihat ini." ucap Rindou, (Name) mengangguk pelan.

     "Mamaa, Hiko juga punya tanda seperti mama!!" teriak Hiko, (Name) dan Rindou dengan cepat menoleh ke arah Hiko.

     "Eeh, eyeliner?" tanya (Name), Koko tertawa kecil lalu menyimpan kembali eyeliner milik (Name).

      "Hiko juga punya ini, papa Koko bilang ini Bonten, Bonten itu apa?" tanya Hiko, Hiko memang lebih ingin tau dan aktif, berlawanan dengan Hakazu yang tidak ingin tau dan tipe orang yang bodo amat.

     "Hiko, kapan kapan mama cerita yaa." ucap (Name), perlahan (Name) menggendong Hiko dan membawa Hiko masuk kedalam mobil. Rindou mengusap pelan surai Koko,

     "Syukurlah." ucap Rindou, Koko mengangguk dan membuka ponselnya. Uang sebesar 65M juga sudah masuk lewat rekeningnya, ditambah lagi dengan bonus 23M.

     "Apa ini cukup untuk makan selama sebulan?" gumam Koko, Mikey menatap ponsel Koko lalu menyengir.

     "Orang kaya memang beda." ucap Mikey, Koko tertawa pelan. Mereka sudah berangkat menuju bandara, Hiko dan Hakazu tertidur saat Rindou mengusap pelan rambut mereka bedua.

   Sedangkan (Name) tertidur di pelukan Koko dan Sanzu, Mochi dan Takeomi menghela nafasnya pelan. Yaah sebenarnya Takeomi dan Mochi lebih menang banyak namun hal itu mereka sembunyikan, Mikey tertidur dipangkuan Ran, sedangkan Kakucho menyetir.

   Saat mereka tiba di bandara, mereka yang terbangun menggendong yang tertidur. Pandangan Hakazu dan Hiko tak luput dari leher (Name), (Name) yang merasa diperhatikan merinding ngeri.

     "Seperti ada yang memperhatikan." ucap (Name), Rindou mengusap pelan surai (Name) lalu mengecup nya pelan.

     "Itu anak anak." ucap Rindou, (Name) menutup wajahnya dengan punggung tangan dirinya sendiri.

     "Haha, makanya jangan melakukan itu jika anak anak dirumah." ucap Rindou, (Name) mengangguk lalu menatap Hiko dan Hakazu yang masih terlelap dalam pelukan Takeomi.

   Para mantan anggota Bonten memesan pesawat khusus yang hanya diisi dengan mereka mereka saja, (Name) duduk disebelah Hakazu dan Hiko.

    "Mama, itu apa?"tanya Hakazu sambil mengarahkan jari telunjuknya keluar pesawat, Hiko yang penasaran ikut menatap keluar jendela.

    "Ooh itu namanya burung Hering Griffon Rüppell, burung itu bisa terbang setinggi 37.000 lho."

     "Hebat, Hakazu ingin jadi burung itu, terbang tinggi sampai ke angkasa." ucap Hakazu, Hiko berbinar lalu mengangkat tangan nya.

     "Hiko juga mau, mama." ucap Hiko, (Name) tertawa pelan lalu mengusap pelan surai kedua anaknya.

     "Anak mama bisa terbang lebih tinggi dari itu, mama yakin itu." ucap (Name), Kakucho yang mendengarnya tersenyum.

     "Sama seperti ucapan raja yaa." ucap Kakucho, Ran menepuk nepuk pelan pundak Kakucho.

     "Izana sudah terlahir kembali, Kakucho, itu adalah Hakazu dan Hiko." ucap Ran, Kakucho tertawa.

      "Yah, aku tidak bisa menyangkal itu." ucap Kakucho.

   Setibanya mereka di pantai, mereka disambut dengan angin lembut yang begitu sejuk. Hiko terlihat begitu cantik saat wajah dan rambutnya terkena sinar matahari, terlebih saat rambutnya terbawa angin.

    "Suka anak sendiri boleh ga si?" tanya Mochi, (Name) menatap Mochi heran.

     "Apa tidak ada wanita lain, kenapa harus Hiko." ucap (Name), Takeomi merangkul pinggang (Name) lalu mencium lama pipi (Name).

     "Jika ada dirimu dan Hiko, kenapa harus ada wanita lain."  ucap Takeomi, (Name) menghela nafasnya pelan.

   Hiko dan Hakazu sudah berlarian dipinggir pantai, pantai itu sangat sepi karena Koko meminta agar pantai nya dikosongkan.

     "Mikey, siapa yang nyebur duluan boleh memeluk (Name) seharian." ucap Sanzu, Mikey menyeringai lalu membuka bajunya. Sanzu juga melakukan hal yang sama, mereka memasang start lalu berlari.

     "Abs mereka sungguh membuat diriku menggila." ucap (Name), Ran dan Rindou saling bertatapan lalu melepas baju mereka masing masing.

     "Bagaimana kalau ini?" tanya Ran, (Name) menoleh. Sungguh pemandangan yang tidak manusiawi bagi (Name), Koko mengambil ponsel miliknya lalu memotret Ran dan Rindou.

     "Papa Ran dan Rindou sangat tampan." ucap Hiko, Hakazu berdecih pelan. Hakazu membuka bajunya lalu, Hiko menoleh dan kaget akan tubuh Hakazu.

     "Bulat?" ucap Hiko, Hakazu menatap perutnya. Hiko tertawa keras lalu menusuk nusuk pelan perut Hakazu dengan jarinya.

     "Kalau nii - chan mau seperti papa, harus rajin latihan, papa Sanzu saja memiliki tubuh yang indah karena 'olahraga tiap malam'." ucap Hiko, Hakazu merona lalu kembali memakai bajunya.

     "Aku akan ikut olahraga malam." ucap Hakazu penuh tekad, Hiko bertepuk tangan bangga karena kepercayaan diri kakak nya.

   Mata Hiko menangkap suatu benda, Hiko mendekati benda itu lalu mengambilnya.

     "Kerang? Kenapa ada kamera?" bingung Hiko, Hiko memasukan kerang itu ke dalam sakunya.

   Malamnya, (Name) dan yang lainnya makan malam di restoran yang sudah tersedia disana. Hiko menunjukan kerang tadi pada (Name), meski curiga namun rasa curiga itu ditutupi dengan senyuman indah (Name).

     "Mau mama yang simpan?" tanya (Name), Hiko langsung menyerahkan kerang nya dan melanjutkan makan nya. (Name) menatap Mikey, tatapan mereka bukanlah tatapan biasa.

   Setelah makan malam, (Name), Koko, Sanzu, Mikey, Rindou dan Kakucho berkumpul di pinggir pantai. (Name) menghancurkan kerag tadi dan benar, memang ada kamera didalam nya.

     "Fuck, kenapa kita tidak bisa liburan dengan tenang." kesal (Name), Mikey membuka senter ponselnya lalu menerangi sekitar.

     "Kita diawasi, ada banyak kamera disini." ucap Mikey, Sanzu menatap datar kamera yang berada tepat dibawah kakinya. Sanzu menginjak kamera itu lalu membuangnya ke laut,

     "Kita perketat penjagaan Hakazu dan Hiko, jika terjadi apa apa pada mereka maka aku tidak akan segan membunuh mereka semua." ucap (Name), Koko mengusap pelan punggung (Name).

     "Aku sudah membawa beberapa senjata, jika mereka sudah bergerak terlalu jauh baru kita bantai." ucap Koko, mereka semua mengangguk.

     "Ayo selesaikan ini."











tbc



menuju beberapa chap terakhir🗿

𝐁𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧 𝐆𝐢𝐫𝐥Où les histoires vivent. Découvrez maintenant