39.²

3K 485 301
                                    




     "HIKOOOOOOO!!!"

     "Selesai, sekarang tinggal dirimu, Hakazu bukan?" tanya orang itu, Hakazu menangis deras. Adik yang dia sayangin, bukan, adik yang ia sangat cintai itu telah pergi meninggalkan dirinya. Darah bercucuran dari dada Hiko, orang tadi mengangkat dagu Hakazu lalu menjilat pipi Hakazu.

    "Kau tau, aku yang melakukan nya." ucap nya, Hakazu melebarkan matanya.

     "Melakukan, kau yang menyentuh nya?" tanya Hakazu, orang tadi tersenyum.

     "Salam kenal, Toraki Yuko." ucap Toraki, Hakazu semakin geram.

     "Kau lebih baik mati sialan, manusia bajingan." ucap Hakazu, Toraki terkekeh.

     "Sekarang tinggal menunggu tamu selanjutnya." ucap Toraki, Hakazu menoleh pada mayat Hiko. Tidak terbayang bagaimana ekspresi yang akan ditunjukan sang ibu jika ia tau Hiko mati, tepat dihadapan nya.

     "Gomen, mama." lirih Hakazu, Toraki tersenyum.

     "Gomen!!"











   (Name) dan lainnya sudah selesai, mereka mengandalkan ruang sempit untuk bertarung. Itu mempersingkat waktu mereka, (Name) menjilat darah yang berada ditangan nya lalu menoleh ke lelaki dengan jas didepan nya.

     "Siapa kau, sialan." tanya (Name), Ran mendekati (Name).

     "Hey, biarkan aku memberi mu petunjuk, tapi sebelum itu, bunuh aku." ucap nya, Sanzu meremas kuat katana nya.

     "Kami tidak bodoh." ucap Rindou, orang yang berada didepan mereka mengeluarkan sebuah remot. Ia memencet tombol yang ada disana, semua anggota Bonten kaget saat melihat percikan darah yang keluar dari gumpalan asap. Namun disana, terdapat suatu peta, dengan cepat mereka menuju lokasi.

     "Koko, telfon Mikey!!" ucap Takeomi, dengan cepat Koko membuka handphone nya dan mencari kontak bernama 'bos dorayaki',

     "Koko..." ucap Mikey, (Name) mengambil handphone Koko dan mulai berbicara pada Mikey.

     "Mikey, kami..."

     "Aku tau, kini aku tengah bersama Kozu, mereka membuat anak ku terluka." kesal Mikey, (Name) menghela nafasnya.

     "Mikey, pergi lah ke gedung PPP, bawa Kozu yaa? Terima kasih sayang." ucap (Name), Mikey tersenyum.

     "Sama sama, babe."



   Setibanya dilokasi, (Name) dan lainnya bergegas masuk kedalam gudang itu. Sanzu dan Rindou mendobrak pintu gudang, merek semua kaget saat disambut dengan mayat seorang gadis.

     "Anak kecil?" kaget Mochi, (Name) terjatuh. Ia mendekati mayat itu dengan cara merangkak, tangan (Name) mengusap pelan pipi mayat itu, Sahiko Hakazuto, yang sering dipanggil Hiko.

     "Sayang mama? Sayang? Anak ku bangun sayang." ucap (Name), Koko menutup mulutnya tidak percaya, Ran tersenyum seram.

     "Sayang, ayo jawab mama." ucap (Name), tangan nya mulai bergetar saat tubuh Hiko perlahan mendingin. Sanzu mendekati mayat Hiko, ia melepas ikatan Hiko dan menggendong anak nya. Mayat itu ia berikan pada Mochi, Sanzu mencium lama pipi Hiko.

     "Mama, maafkan Hakazu." ucap Hakazu, dengan cepat mereka semua menoleh. Hakazu tengah berada diujung papan yang biasanya digunakan untuk para bajak laut, yang dibawahnya terdapat sebuah kolam kaca yang berisi air dengan ketebalan kaca 5 cm.

     "Hakazu!!" kaget Takeomi, (Name) menatap Hakazu dengan tatapan sendu. Air mata membasahi pipi mereka berdua, Hakazu menangis kuat.

     "Wah waah, para tamu ku yang terhormat telah tiba." ucap seorang gadis dari depan mereka, tubuhnya terlihat sangat jelas karena pakaian nya yang terlalu terbuka. Ia berjalan mendekati (Name), Sanzu yang ingin sekali membelah kepala gadis itu ditahan oleh Rindou.

    "Hey hey, maafkan abang ku yang telah memperkosa anak mu, siapa? Ahahaha Hiko - chan~." ucap nya, ia adalah Kaori Yuko, adik dari Toraki Yuko. Ia adalah pemimpin organisasi kedua setelah Bonten yaitu Glory, terdengar lebih kejam namun bawahan nya kebanyakan sangat lemah.

    "Kau tau, salah satu suami mu adalah suami ku lhoo." ucap Kaori, mereka semua sontak kaget.

(Name) langsung menoleh, sungguh begitu mengejutkan bukan? Semua wajah suami nya tidak meyakinkan kalau salah satu dari mereka ternyata penghianat, (Name) mendekati suami suaminya.

     "Siapa? Katakan bajingan." ucap (Name), mereka semua terdiam.

     "Ayo sayang, mengaku saja, jangan mau dengan jalang yang satu ini." ucap Kaori, Sanzu semakin geram.

   


      BRAAKKKK




   Mayat Hiko terjatuh, membuat (Name) langsung mendekati anak nya dan menggendong nya. Semua tatapan benci mulai menatap dirinya, tidak peduli ia mendekati Kaori dan memeluk Kaori erat.

     "Apa apaan kau, bangsat?" tanya Takeomi, Ran dan Rindou mulai mengeluarkan pistol mereka. Sanzu sudah sangat geram, namun (Name) tetap menahan pergerakan semua suami nya.

     "Mochizuku Kanji, pria buruk yang hanya menumpang melampiaskan hasrat sex dan memanfaatkan informasi, aku baru tau kalau ada manusia yang lebih buruk dari sampah itu hidup." ucap (Name), secara diam diam, Koko dan Sanzu mencoba menyelamatkan Hakazu. Mochi dan Kaori menatap (Name) kesal, Mochi tersenyum.

    "Lagipula, jalang seperti mu tidak pantas aku nikahi." ucap Mochi.

     "MATI KAU!!!" teriak (Name),





















      DOR















    DOR DOR DOR
















     "Mikey!!!" teriak (Name), Mochi dan Kaori terjatuh karena tertembak dari belakang, (Name) kaget saat melihat Kozu lah yang menembak mereka, (Name) menidurkan jasad Hiko perlahan erat, (Name) menangis dalam pelukan Mikey.

      "Mikey, hiks, Mi- mikey." lirih (Name), Mikey tersenyum pasrah. Kozu mengusap rambut (Name), hal itu membuat ibunya menjadi sedikit tenang.

      "Mama!!" panggil Hakazu, (Name) berbalik dan memeluk Hakazu erat, sangat erat.

      "Maafkan mama!!" ucap (Name), Hakazu menangis deras dalam pelukan (Name).

     "Hakazu hiks, minta m- maaf ma." ucap Hakazu, Koko dan Ran mendekati mereka berdua. Pelukan hangat menyelimuti tubuh mereka, Rindou memeluk tubuh mungil Hiko.

     "Ayo, kuburkan dia di sebelah Izana." ucap Ran, (Name) tidak menjawab. Gadis itu pingsan karena syok, para suami nya  menatap sendu istri nya.















  'Hiko, sudah bertemu ayah baru nya.'



































tbc




i need kesan kalian pas baca nih book, mwehee . . .

𝐁𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧 𝐆𝐢𝐫𝐥Where stories live. Discover now