[6]

1.6K 458 51
                                    

Jihoon masih mengingat dengan jelas, dua hari lalu tepat di mana mereka semua ke rumah Asahi setelah Junghwan memberikan kabar buruk itu. Buruk, keadaannya benar-benar buruk. Rumah Asahi dipenuhi dengan bau amis, mayatnya segera diambil alih oleh tim forensik.

"Gue datang lagi hari ini."

Jihoon menunduk, seberapa keras ia menolak rasa penyesalan.. hasilnya tetap sama.

Jihoon tetap menyesal.

Pemuda itu mengantongkan kedua tangannya di celana, menatap kosong rumah Asahi. Rasanya dadanya sesak, bulir air mata turun dari ujung matanya.

"Maaf."

"Walaupun gue gak pantas, sejujurnya."

Jihoon duduk di meja kayu dekat pohon besar rumah Asahi.

Ting!

Notifikasi ponselnya ia hiraukan semenjak hari ia kecelakaan. Entah, gak mood aja sih.

Jihoon menghela napasnya, pemuda itu mengambil ponselnya di saku dengan malas.

Hanya beberapa chat spam dan...

"Asahi?" Jihoon mengernyit, ia menatap layar ponselnya tak mengerti.

Chatnya dikirim sejam sebelum Asahi meninggal.






Asahi
Kak, bukan gue.
Gue waktu itu ke toilet dan yang lihat
elo bukan gue. Tapi orang yang lagi
sama gue. Gue gak bisa kasih tahu di
chat, bahaya. Gue bakalan kasih tahu
besok, oke? Yang pasti dia salah satu
dari kita semua.

Jihoon segera mengantongkan kembali ponselnya dan bergegas pergi. Ia tahu bahwa..

Asahi, ia dibunuh karena sesuatu alasan.

Dan alasan apapun itu, semua penyebabnya adalah Jihoon.






















































































































"Ck, Kak Asahi tuh dibunuh sama salah satu dari kita! Lo inget gak pembunuhannya dilakuin jam berapa? Malam banget, gak mungkin Kak Asahi bodoh bukain itu pintu kalau gak kenal orangnya?!"

"Iya.. tapi tetap aja kesannya lo nuduh kita semua."

"Kalau bener kayak gitu gimana? Lo gak percaya? Pembunuhnya bahkan juga tahu kalau rumah Kak Asahi kedap suara. Bisa-bisanya dia tutup pintu rumah dulu baru bunuh."

"Masalahnya gak ada bukti, Jeongwoo."

"Ya makanya dicari! Udah lah, gue pusing. Gue tutup ya!"

Tut.

Yoonbin rasanya udah pengen marah aja, Jeongwoo ini telepon malam-malam, seenak jidat. Sekarang tutup telepon juga seenak jidat.

"Dasar, gue rukiyah juga nih bocah," desis Yoonbin kesal.

Pembunuhan Asahi hanya terekam satu cctv, itu pun hanya sekilas dari cctv tetangga Asahi. Hanya terlihat bahwa pintu ditutup, tamu yang mendatangi Asahi bahkan tidak terlihat sama sekali. Aneh.

"Gue malas deh kalau udah gini, mana masalah yang lain belum selesai." Yoonbin memijat keningnya pusing.

Yoonbin menghalau rasa penasaran sekaligus kesalnya, ia hendak memejamkan mata, namun suara dering ponsel lagi-lagi mengganggunya.

Friends | Treasure ✔Where stories live. Discover now