[14]

1.4K 397 44
                                    

"Aneh, semuanya mencurigakan."

Mashiho melirik Junghwan singkat, Junghwan menidurkan kepalanya di meja makan kantin rumah sakit. Lapar sekali, keduanya belum makan dari pagi sampai sore ini.

"Lo mau pesan apa?" tanya Mashiho membaca buku menu.

Junghwan menggeleng. "Sejujurnya gue gak nafsu makan."

"Terus lo nafsu apaan? Mukulin orang?"

"Gila, gak gitu juga lah. Gue lagi mikirin masa depan kita semua."

"Dipikirin doang gak akan ngerubah masa depan, Junghwan," ujar Mashiho malas.

Junghwan hanya diam saja, Junghwan gak bohong kalau ia sedang tidak nafsu makan. Bukan hanya karena Haruto, tapi karena..

"Lo harus makan, paling makan apa kek biar keisi perutnya. Nanti sakit.." ujar Mashiho lagi.

Sebenarnya kalimat Mashiho sih manis, tapi gimana ya jadi, orangnya sendiri aja ngomongnya dengan nada datar.

Junghwan yang udah mau netesin air mata gak jadi, air matanya ketarik lagi ke atas.

"Lo beneran khwatirin gue gak sih, Kak?"

"Gak sih, malas juga."

"Ya elah." Junghwan merotasi bola matanya malas.

"Tapi kayaknya bakalan," ujar Mashiho dengan senyum misteriusnya.

Junghwan mengernyit. "Maksudnya?"

"Gak papa kok, gue ke sana dulu ya, mau pesan makanan."

Dan Mashiho berlalu begitu saja.

"Ck, Kak Mashiho kenapa sih? Bikin deg-degan aja."




























































































































"Sejujurnya Kak Jihoon itu kecelakaan sendirian. Gue lihat itu, gue waktu itu ada di sana. Gak bermaksud apapun, Kak Yoshi tahu itu kan? Lo video call sama gue waktu itu."

Yoshi memijat keningnya pusing, astaga, drama apalagi ini? Mengingat kembali perkataan temannya satu itu, entah jujur atau tidak, Yoshi sih bodo amat.

"Gue gak lihat kejadiannya, jadi gue gak bisa percaya elo."

Itu adalah kalimat balasan dari Yoshi, setelah itu Yoshi pergi dari sana. Tidak mau berbicara banyak, semua orang tidak bisa dipercaya.

"Kematian Asahi itu udah jelas dibunuh sama salah satu dari kita, yang di sana kan cuman para polisi, orang tua Asahi, sama kita doang. Dia gak mungkin dapat kalau dia bukan salah satu dari kita. Apa iya orang tua Asahi sama polisi? Mereka gak mungkin ngelakuin itu, kenal aja gak," oceh Hyunsuk kemudian memakan buah pisang yang ia ambil satu dari keranjang buah yang diberikan Jaehyuk untuk Haruto.

Yoshi sih angguk-angguk aja, mau gimanapun mengelak, kayaknya bener.

"Tapi yang jadi pertanyaannya tuh, siapa?"

"Menurut lo orang yang nusuk Haruto sama bunuh Asahi sama?" tanya Yoshi agak bingung. Hyunsuk mengangguk yakin. Ia lalu membuang kulit pisang di tempat sampah. Terlalu lama di kamar rumah sakit Haruto membuat Hyunsuk agak suntuk, jadi untuk melepas setress, Hyunsuk mengajak Yoshi untuk keluar sebentar.

Friends | Treasure ✔Where stories live. Discover now