Twenty Seven - Bunga

316 31 1
                                    

"Kita mulai lagi ya Mill?" Laki-laki didepan gue ini menatap dengan mata yang nampak serius dan penuh harapan. "Kita mulai dari nol."

Setelah Banyu meninggalkan gue, Mas Aam juga memberikan ruang untuk gue dan Batra untuk berbicara dari hati ke hati dan mengambil keputusan. Mas Aam beralasan untuk menjemput calon istri nya yang masih bekerja. Sementara sejak setengah jam yang lalu memberikan gue alasan-alasan yang meyakinkan gue untuk kembali dengan Batra.

"Aku tahu, aku sangat pengecut Mill, Cuma setelah semua nya, setelah kamu berlalu. Aku semakin ngerasa gak karuan. Aku masih bisa makan, aku masih bisa ketawa, aku masih bisa hangout sama temen-temen aku, aku bisa tetap bekerja. Tapi setiap hari aku merasa ketakutan. Setiap aku mau ngelupakan kamu, setiap aku berhenti untuk gak mikiri kamu aku tetap ngerasa takut." Batra menatap gue lagi. "Aku takut kalau ada laki-laki yang lebih baik lagi yang sewaktu-waktu bisa dapatkan kamu."

Batra terdiam sejenak.

"Kamu.." Gue terdiam memandang Batra yang tak henti-hentinya menatap mata gue penuh perhatian.

"Kamu gak pernah tanya gimana perasaan aku ke kamu." Putus gue membuat Batra seketika langsung pucat, bahu nya langsung luruh dan bersandar ke kursi nya sesaat sebelum tubuhnya condong ke gue.

Sejujurnya yang paling jujur gue hanya ingin memberi pelajaran ke Batra. Gue ingin tahu respon Batra dan pendapat Batra tentang perasaan gue dengan laki-laki itu.

Baru saja ingin membuka suara, Batra sudah semangat lagi. dengan mata berbinar dan senyum yang kembali mereka Batra kembali meyakinkan gue.

"Gak papa, gak masalah kalau kamu Cuma anggap aku teman Mill. Kita kan mau mulai dari Nol." Ujar Batra yang membuat gue rasa nya ingin membuang laki-laki ini ke tengah danau.

Gue tidak bisa berkata-kata lagi. "Kamuu apaan sih." Gue greget sendiri. Tadi nya gue ingin menguji Batra tapi kenapa gue yang di uji kesabarannya oleh laki-laki ini.

Melihat Batra yang tersenyum malu-malu gue rasa nya menyesal mengaku mencintai laki-laki ini. Ternyata sekian lama tidak bertemu dengan Batra laki-laki ini semakin 'sakit'.

"Kita bisa mulai lagi dari awal." Batra menatap gue sejenak, dan nampak gugup sebelum bersuara kembali. "Aku boleh gak jadi pacar kamu?"

***

"Jadi Batra dan Kiki itu orang yang sama?"

Gue mengangguk. "Iya, Batra itu Kiki temen nya Mas Aam."

Mama tertawa sembari terus merias wajah nya. "Jadi gimana? Gas nih?"

"Gas apa?"

Mama menatap gue geli. "Mau barengan sama Mas Aam atau nyusul? Biar 2 in 1 Mama nih buat hajatan."

"MAMAAAA!!!!"

Mama tertawa melihat wajah memerah gue di depan cermin. Setelah selesai memoles make up nya kebetulan Anin masuk ke kamar gue. tentu saja untuk membuat keributan.

Hari ini Leo melangsungkan akad nikah yang disusul resepsi. Dikompleks gue, jadi sebagai sahabat yang baik gue sudah ikut sibuk di hari bahagia Leo ini, sejak tadi pagi gue sudah diribetkan oleh Leo yang berkata jika kancing jas nya yang akan lepas, entah mengkhwatirkan Ijab Qobul yang berulang kali gue dengar lewat sambungan telepon, entah meminta pendapat apakah harus menukur kumis atau tidak. Sejak pagi gue dibisingkan oleh hal-hal yang menjadi kekhwatiran laki-laki itu. Tapi dibalik gue yang ikut marah-marah karena keheboannya, gue tidak bisa menutupi perasaan bahagia gue.

Akhir nya orang-orang yang gue sayang sudah menemukan tambatan hati nya. menemukan kebahagiaan dengan cara nya masing-masing. Leo yang bertemu dengan Nadia, tanpa menunggu waktu yang lama sudah mantap ke jenjang yang lebih serius, Mas Aam juga akhir nya mantap untuk meminang calon istri nya. Mbak Gisca yang sebentar lagi akan punya anak. Dan akhirnya masalah gue juga selesai.

Babysitter for Baby Devil'sWhere stories live. Discover now