Twenty Nine- Rusuh-Rusuh Club

336 36 4
                                    

"Ini kenapa gak di kancing?"

"Gak bisa sendiri, Tolong Mill.." Tanpa menunggu Batra meminta gue sudah inisiatif terlebih dahulu untuk mengancingkan kancing yang terdapat dipergelanagan tangan nya yang memang sedikit lebih sempit. Lalu merapikan bagian belakang kemeja batik yang Batra pakai karena sedikit kusut.

"Ini kenapa bisa kusut begini? Kamu ngapain aja?"

"Enggak ngapa-ngapain sayang, naik mobil nyender yaudah deh jadi kusut." Jelas nya yang masih berdiri tegak karena gue sibuk memperbaiki dandangan nya.

"Rambut nya disisir lagi."

Batra masih menurut dan mengambil sisir yang gue sodor kan. Dengan keribetan hari ini gue masih memperhatian penampilan setiap orang.

Hari ini hari yang sudah lama ditunggu Mas Aam, hari di mana akhirnya Mas Aam berhasil membawa Mbak Rana ke dalam ibadah yang amat sangat panjang yaitu pernikahan. Hari di mana akhirnya Mas Aam officialy menjadi seorang suami. Akhir nya sold out juga manusia resek tapi gue sayang.

Sedari subhu tadi gue sudah memberskan segala sesuatu keperluan Mas Aam, mulai dari kemeja, jas, dasi, kaos kaki hingga beberapa pakaian yang akan dia gunakan untuk beberapa hari kedepan entah di hotel atau dikediaman Mbak Rana.

Jadi setelah Batra datang gue sudah siap bermake-up dan membantu Mas Aam, kini gilaran bayi besar gue yang jadi perhatian gue.

Jangan tanya Anin, karena gue menyerahkan tanggung jawab sepenuh nya Hantu blau itu kepada kedua orang tua nya. Mbak Gisca dan Mas Yugo yang dari pagi tidak kalah hebo dengan Mas Aam yang notabane nya sebagai mempelai.

"Anin mana? Tumben sepi?" Tanya Batra yang celingukan mencari keheboan anak yang tidak bisa diam baik tingkah laku maupun mulut nya.

"Masih di kamar. Uda selesai nyisir nya? Sini aku simpan.."

"Ini sudah siap yang mulia ratu." Batra menyerahkan sisir nya kembali dengan gaya prajurit yang memberikan sesuatu kepada sang ratu.

Sembari menunggu gue menyempatkan diri untuk menata ulang riasan gue sendiri dan mengisi perut gue dengan beberapa roti yang dibawakan Batra.

"Jangan cantik-cantik.." Batra yang ada disamping gue dengan posisi yang masih mengunyah sembari memperhatiakan gue yang masih merias.

"Biasa aja Mas, ini Cuma ngerapiih ini eyeliner nya kurang rapi."

"Yang mana sih yang nama nya eyeliner?" Ujar Batra tiba-tiba mencondongkan wajah nya didepan wajah gue membuat jantung gue rasa nya langsung turun hingga ujung kaki. Aduh lebay.

Setelah beberapa detik terdiam saling bertatap dengan jarak sebegini dekat nya gue lebih dulu menepuk pelan pipi Batra untuk tidak terlalu deket.

"Apaan sih Mass.."

Melihat gue yang shy-shy cat batra tertawa dengan keras. Untung Sayang.

***

Berkali-kali gue menghapus air mata gue dan menarik paksa masuk ingus gue karena sangking terharu nya mendengar Mas Aam berhasil dengan lancar mengucap ijab qobul dan meminta restu kepada Mama dan Papa. Sementara di sebelah gue Mas Batra sibuk memberikan tisu setiap kali tisu yang gue kenakan sudah basah. Beberapa kali tangan nya juga menggenggam tangan gue.

"Sedihh.."

"Bukan sedih kamu, tapi bahagia akhirnya Bang Aam bisa punya istri. Nangis nya karena bahagia." Ujar Batra disamping gue.

Gue mengangguk mengiyakan. Gue juga bingung jika ada orang yang mengatakan tangis bahagia. Yang nama nya menangis kan karena sedih, kenapa bisa mereka bilang tangis bahagia. Tapi jujur didalam hati gue, gue benar-benar mendoakan yang terbaik untuk Mas Aam. Bahagia akhirnya Mas Aam menemukan perempuan yang Insha Allah tepat untuk menemani nya.

Babysitter for Baby Devil'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang