Thirteen- 13? Not Bad

412 36 3
                                    

Ingin rasa nya gue sujud syukur karena Batra baru saja mengirim pesan ke gue jika mobilnya tiba-tiba mogok dan harus menunggu montir datang membenarkan mobilnya. Dan gue membalas jika ngedate kami kali ini dibatalkan saja diganti dengan besok malam atau minggu depan dan Batra menyetujuinya untuk besok malam kembali lagi.

Dan sekarang gue sedang berada diteras rumah bersama Banyu yang setidaknya gue menyuruhnya untuk masuk dan beralibi jika gue baru saja ingin bertemu teman gue untuk membicarakan skripsi.

"ATM kamu kebawa aku tadi, aku pikir card ku.." Ujar nya menyerahkan kartu kredit milik gue yang emang sejak tadi sudah hilang. Dan gue sudah lapor.

"I think lose from me.."

"Maaf banget.."

Gue menggeleng. "Gak papa Mas, untung kamu yang nemui.."

Banyu tersenyum samar. "Kamu gak jadi pergi?"

Gue menggeleng. "Engga, temen ku gak jadi jemput mobinya tiba-tiba rusak.."

Banyu hanya menganggukkan kepala nya, lalu kami sama-sama terdiam. Tapi beberapa menit kemudia terengar sesuatu yang membuat gue memandang Banyu lalu menahan tawa.

Perut Banyu keroncongan gaesss...

Calon suami gue ini. asal kalian tahu aja ya Mamas Banyu kesini masih pakai pakaian dinasnya yang tadi siang gue temua. Mungkin langsung kerumah gue setelah bekerja.

"Kamu laper Mas?"

Banyu menggaruk kepala nya bagian belakang, khas orang salah tingkah. "Belum makan, dari stasiun langsung kesini takut kamu sadar kalau uda kehilangan card tapi ternyata kamu uda lapor.."

Gue terkekeh cantik, jaga image ya teman-teman.

"Didepan komplek ada Mang Beo yang jual sate, mau makan sate? Aku yang traktir karena card aku gak jadi hilang.." Tawar gue. jujur gue merasa sangat beruntung, dalam card inilah tabungan terbanyak gue, hampir empat puluh sembilan juta. Card yang biasa gue pakai untuk keperluan kecil-kecil ketinggalan dirumah, card ini yang tersisah jadi mau tidak mau gue pakai sekalian gue narik buat uang bensin.

"Serius?"

"Serius dong, abis aku kasian banget sama anak-anak kamu yang kelapera. Daddy nya gak peka soalnya. Hahahhaa.." Tawa gue pada akhirnya. Wajah yang gue suka yaitu senyum Banyu, senyum manis jambu nya sejak pertama kali bertemu

Gue sedang belajar untuk melupakan segala kenangan pahit malam itu, Banyu sudah berlapang dada menjelaskan semua nya pada gue, masa sebagai manua gue gak mau memaffkan Banyu.

Gue mamngdang Banyu yang juga sedang menatap gue dengan senyumannya yang khas, bahkan kali ini Banyu memperlihatkan wajah yang sedang terpesona kepada gue.

"Kamu kenapa liatin aku terus sih Mas?" Tanya gue yang akhirnya salah tingkahs etelah ditatap oleh Banyu dengan senyum yang membuat gue meleleh.

Banyu menggeleng lalu bangit dari tempat duduknya, mengajak gue menuju tukang sate yang gue tawaran tadi. Kita memutuskan untuk jalan kaki, karena cukup dekta, bagi gue. karena gue sering keliling komplek ya kalian tahu lah untuk apa gue keliling komplek jika bukan untuk mencari hantu blau itu.

"Aku senang Mill..." Ujar Banyu pelan saat langkah kami perlahan membawa kami ketukang sate terenak di komplek ini.

"Senang kenapa eoh?"

Banyu memandang gue. "Aku senang kamu uda seperti dulu, Milley yang aku kenal.."

Gue terdiam memadangn Banyu yang juga memandang gue dengan senyumnya yang amat sangat menyejukan. "Kamu uda bisa ketawa sama aku, bukan menghidnar seperti tadi siang.."

Babysitter for Baby Devil'sOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz