Extra Part III - Aam dan Kisah Hidupnya

97 5 0
                                    

"Astaga, undangan lagi. Masya Allah Tabarakallah.."

Aam memendangan nanar tiga undangan pernikahan sekaligus ditanganya yang datang secara berturut dalam kurun waktu 3 hari ini. Benar-benar luar biasa para teman-teman dan adik-adik junior nya memojokan Aam.

Amzar Dhaiya Freyo, laki-laki tampan, sehat dan tajir sayang nya masih jomblo itu mengelus dada nya dramatis. Ingin mengajak siapa lagi untuk ke pernikahan teman-temannya. Bulan lalu ia sudah mengajak Milley, itu pun karena uang yang ia keluarkan cukup fantastis untuk membuat Milley mau menjadi partner nya dan rasa nya Aam tidak ingin mengulanginya lagi karena tumpur. Ditambah lagi, teman-temanya sudah tahu dengan jelas siapa Milley, bisa-bisa ia akan menjadi korban bullying lagi jika untuk pergi ke pesta pernikahan temannya harus mengajak Milley lagi.

Aam bangkit dari posisi duduk nya lalu menatapkan diri nya didepan cermin full body yang ada di kantor nya.

Untuk ukuran wajah, Aam tidak mengecewakan, walaupun 87% waktu kerja nya dihabiskan diluar ruangan dengan asap dan debu yang berterbangan Aam masih tergolong laki-laki yang memiliki kulit sehat, yang artinya wajah Aam tidak buluk-buluk banget, lalu untuk usia, Aam juga tidak terlalu muda untuk kencan dan tidak terlalu tua untuk berpacaran, usia 27 itu masih cukup ideal kok di kalangan para manusia-manusia sibuk seperti Aam. Dan yang terakhir, untuk masalah finansial, Aam Lebih dari cukup untuk mengajak perempuan pergi shopping di Plaza Indonesia atau GI, atau mungkin makan malam romantis nan ekstrim di Lounge in The sky yang yang sedang booming atau dinner romantis di Hensin. Tapi entah kenapa tidak ada satupun yang cocok dengan nya.

"Ya Allah, modelan cewek gimana yang bakalan cocok dengan saya? Saya ini ganteng, punya duit, dan sehat nan normal juga. Tapi kenapa hilal jodoh saya belum terlihat." Aam mengeluh sedih melihat kisah cintanya yang tidak semulus karir nya yang tengah berada dipuncak-puncaknya. Berkali-kali saat acara resmi, para staf kantor, dan jajaran direksi selalu menanyakan dimana gandengannya, dimana pasangannya, dan lain-lain nya yang terkadang membuatnya merasa kecil di antara jajaran teman kantornya yang rata-rata sudah memiliki pendamping, minimal pacar.

Padahal Aam juga tipe laki-laki yang baik-baik dan tidak neko-neko jika pacaran, Aam takut jika ia menjadi laki-laki berengsek, maka imbas nya akan terjadi kepada Milley, adik yang paling ia sayangi, tapi kenapa seakan perjalanan percintaan nya bukan padat merayap lagi, namun macet total sejak beberapa tahun belakangan. Apa ia yang tidak sadar jika pekerjaannya yang menyitah banyak waktunya.

"Bang Aam!"

Aam langsung berbalik kaget, "Ho, Elo Ki.."

Melihat Kiki, junior nya sekalian sohib nya Aam langsung melempar undangan di bangku dan duduk disebelahnya yang langsung di susul Kiki. Kiandra Batra.

"Bang di undang juga sama Harsa?"

Aam mengangguk, "Iya tuh!" Aam memajukan bibir nya mengarahkan ke undangan yang tergeletak, "Heran gue, kenapa pada buru-buru banget sih ya nikah, padahal foya-foya kan asik."

Kiki tertawa. "Sama Bang, uda kaya lomba gak sih?"

Tidak lama dari itu salah satu teman mereka, Fandy menyambung.

"Elo aja Bang yang belom nyobain gimana rasa nya punya pasangan. Lo juga Ki. Punya pasangan itu lebih asik bang dari pada foya-foya, apalagi kalau uda halal. Beuhhhh.."

Aam mendengarkan dengan seksama, "Contohnya apaan? Lo kan uda punya istri tuh, kalau gue tawari mabok di HW atau sama istri lo dirumah pilih mana?"

Kiki tertawa, "Bang, lo kaya bocah ngasih pilihan."

"Gue pilih dirumah lah, uda mabok di HW gue berdosa, dirumah sama istri mah boboan, dapat pahala, dapat enaknya juga."

Aam menggeleng tak percaya, "Gak percaya gue kalo belom nyoba."

Babysitter for Baby Devil'sWhere stories live. Discover now