Twenty Two- Bunga dan Dia

321 33 0
                                    

Saat melihat kearah seseorang yang menyentuh gue. kesempurnaan wisuda gue kali ini semakin terasa sempurna saat seseorang didepan gue sedang tersenyum lebar dengan sebucket mawar merah penuh ditangannya. Jangan lupa seragam nya yang ternyata menjadi perbincangan seluru gadis-gadis yang berada disini.

"Happy Graduation..." Ujar nya yang membuat senyum gue semakin lebar. Tak kuasa hingga seseorang didepan gue merentangkan tangannya yang langsung gue sambut.

"Wahh akhir nya pakai toga juga.." Ledek nya yang setelah beberapa saat akhir nya gue melepaskan pelukan kita. Meninju lengannya.

"Ini juga karena bantuan cogan.."

Laki-laki didepan ini tertawa dengan bangga nya lalu menyerahkan sebucket mawar merah yang sengaja gue minta sebelumnya.

"Mill.. syutt.." Gue langsung berbalik saat suara grusuk teman-teman gue terdengar. Pasti mereka akan menanyakan siapa laki-laki yang baru saja datang.

"Tenang, temen gue inimah." Gue berbalik lagi. "Yo. Sini, kenalan sama teman-teman gue." Gue sengaja menarik tangan Leo untuk lebih mendekat.

Iya, jadi laki-laki yang baru saja datang dengan seragam Pilotnya yang membuat sekampus ribut adalah Leo. Temen yang gue temui di Bandung, saat liburan.

Setelah Batra menghilang, gue jadi semakin dekat dengan Leo. Jika ada waktu free, Leo cukup membantu gue mengerjakan skripsi dan terkadang mengajak gue jalan-jalan jika gue sedang stres.

Ditambah Leo naksir sama tetangga gue yang waktu itu kebetulan datang kerumah untuk ngasih cake yang dibuat. Ya semua itu semakin membuat gue dan Leo nempel selayak nya sahabat. Yah, mungkin karena intensitas pertemuan dan komunikasi kami lebih banyak maka nya gue sudah menganggap Leo sebagai sahabat.

"Leo.." Ujar nya memperkenalkan diri didepan teman-teman gue. jujur, gue pikir ini terlalu singkat untuk perteman yang dinamakan sahabat apalagi antara laki-laki dan perempuan seperti gue. tapi setelah Leo menceritakan hidupnya dan gue menanggapinya kisah kita jadi semakin terbuka satu sama lain.

Semenjak putus dari model yang pernah dia ceritakan gue juga akhirnya semakin leluasa memulai perteman dengan Leo, sikaf nya lumayan bisa membuat gue sedikit melupakan Batra.

Laki- laki yang parannya bagai hilang ditelan bumi. Semua social media nya sengaja gue blokir atas saran dari Leo. Di stasiun juga gue tidak menemukan Banyu. Dan itu menjadi poin keberuntungan untuk gue.

Disekolah Anin juga gue tidak bertemu dengan Batra, Anin sering bilang, Batra menjemput Abi jika kebetulan gue sedang tidak bisa menjemput Anin. Saat berbarengan juga Batra lebih memilih menunggu Abi didalam mobilnya ketimbang didepan sekolah mereka.

See, Batra yang ingin menjauh dari gue, bukan gue yang menghindar. Lalu siapa yang harus disalahkan? Gue yang memblokir social media?

Jujur gue belum bisa lupa bagaimana dan apa saja yang sudah Batra ukir di hati gue. Bahkan saat-saat gue happy bersama Leo selalu Batra, kenapa bukan Batra, dulu gue sama Batra pernah ketempat ini, harus, semestinya. Dan banyak hal yang ingin gue pungkiri.

Dan seaindainya ada Batra diwisudahan gue?

"Mill.."

Gue terkejut saat seseorang meneriaki nama gue. Melihat kearah si pemanggil, Leo sedang jadi rebutan teman-teman gue.

"Please.." Ujar nya lagi berharap gue menolong nya.

"Lagian, ke wisudahan gue pakai seragam. Ya jadi rebutan kan lo.." Gue berujar saat mendekati kearah Leo, menarik Leo dari kerumunan teman-teman anarkis gue yang mengajak Leo untuk berfoto.

Babysitter for Baby Devil'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang