Seventeen- Suatu Kejadian

316 33 1
                                    

"Koper kamu uda kan Mill?"

Gue mengangguk, memasukan beberapa plastik yang berisi jajanan untuk persediaan selama dijalan nanti. Kebetulan Mas Aam yang nyetir dan Mama dan Papa gue jadi bos selama perjalanan ke Bandung.

"Lah.. ini kenapa kok Batman dibawa?" gue yang baru selesai memasukan barang-barang ke jok belakang pun menutup Pintu dan menatap Anin yang sudah mengendarai sepeda nya dan menggedong kucing hitam yang sedang menjilati tangannya.

Mama dan Papa gue menghampiri bocah gak gablek yang sedang mengelus Batman diatas sepeda nya. Ya kali kucing dibawa ke Bandung pakai mobil. Kalo ditengah jalan Pup lah gimana coba bersihin nya, yang ada semua pada mabok.

"Titip di Cat shop nya Uncle Dante aja ya?"

Anin menggeleng dan melangka keteras rumah mengambil keranjang Batman dan memasukan keranjang itu kedalam mobil. Tidak menghiraukan gue dan Papa yang mencoba membujuknya secara halus.

"Eeh, kata nya Batman mau dinikahi sama kucingnya siapa itu? Yang sering main pasir sama Anin? Gigi? Siapa namanya nak?" Tanya Papa lagi yang dihiraukan oleh Anin.

"Opaaa... Batman kan belum pernah liat puncak. Kasihan.. belum pernah naik pesawat belum pernah naik kereta api, belum pernah jalan-jalan..Iya kan Batman?" Tanya Anin pada kucing hitam nya.

"Nanti kalau Batman mabok mobil gimana?" Mas Aam tiba-tiba muncul dari belakang. Yakali Mas gue emang lebih sableng. Kucing mabok?

Anin terlihat berfikir sejenak. "Minum antimo kaya Anin dong, kan?"

Oke fix! Ini gendeng!

"Yaudah.. yaudah Batman masukan keranjang, keranjangnya letakan dijok belakang ya? Biarkan Batman tidur dibelakang!"

Anin mengangguk menyiyakan. Oke kali ini liburannya bersama kucing kesayangan Anin, si Batman.

***

To Batra

Are you oke?

Setelah sejam mengendarai mobil, Mama Papa gue dan Anin sudah tertidur dijok belakang. Sementara gue masih menunggu seseorang membalas pesan gue. sejak setengah jam yang lalu Batra mengabari gue jika ada suatu kejadian yang menimpa dirinya dan asisten nya mengalamai suatu kejadian yang kurang mengenakan.

Saat sepuluh kilometer lagi sampai distasiun Malang, seseorang tak bertanggung jawab melempari kereta mereka dengan batu dan salah satu batu itu mengenai Batra dan melukai kepala nya sampai Batra menyerahkan kendali kepada Asisten nya.

Semenjak semakin dekat, Batra memang mengaku jika dirinya bekerja di Perusahaan Indonesia ini, sama seperti Mas Aam dan Mas Banyu yang sunggu tidak gue duga sama sekali. Tapi gue juga belum mengaku jika gue adik dari Aam yang mungkin saja mereka kenal.

Kepala nya sampai harus ada tanda sembilan jahitan. Kebetulan Batra sembrono kali ini tidak menutup kaca nya. Sehingga batu itu nyasar dikepala nya. Sunggu membuat gue khawatir aja.

Ddrrrttt

Dddrrrttt...

Gue menatap ponsel yang ada disamping Mas Aam. Setelah melihat siapa yang menelpon Mas Aam meminggirkan mobil terlebih dahulu.

"Hallo? Iya? Kenapa?"

Mas Aam terdiam sejenak. Mencoba berfirik mungkin. "Kok bisa? Jadi ada korban?"

Gue yakin ada yang sedang melapor tentang kejadian pelemparan terhadapa kereta api itu.

"Gue lagi di puncak Yash, siapa aja yang jadi korban?"

Babysitter for Baby Devil'sWhere stories live. Discover now