#1

44.9K 3.1K 50
                                    

Gadis cantik yang kini sedang duduk manis dibangku, jemarinya asik memainkan benda yang berbentuk persegi panjang bernama ponsel.

Sampai kegiatan itu terusik dikarenakan seseorang yang datang menghampirinya lalu merebut ponsel miliknya.

"Rehan!" pekik gadis itu sambil berdecak kesal.

Sedangkan laki-laki yang bernama Rehan itu hanya tertawa, "Apa?" meledek gadis itu merupakan sesuatu rutinitas bagi Rehan.

Sayang sekali bel masuk berbunyi, membuat Rehan harus menghentikan aksinya. Lalu Rehan duduk disebelah gadis itu.

Datanglah wanita paruh baya dengan sebuah file ditangannya. Menjalankan tugasnya untuk mengajar. Wanita paruh baya itu juga memulai rutinitasnya pagi hari dengan menyebutkan nama satu persatu murid dikelas.

"Deana Quinzel." ucap Wanita itu.

Gadis yang duduk disebelah Rehan mengangkat tangannya, "Hadir."

Ya, gadis itu adalah Deana Quinzel. Yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini, memiliki mata kecoklatan, rambut lembut yang sedang terurai dengan bibir tipis berwarna pink dan kulit putihnya membuat Deana Quinzel terlihat sangat indah untuk dipandang.

Sayangnya Deana atau yang sering disapa Dean tidak memiliki bakat apapun sangat beruntung dirinya dianugrahi dengan parasnya yang indah.

Dean juga tidak memiliki bakat untuk berteman. selama 3 tahun bersekolah, dia hanya memiliki 3 teman. Bernama Rehan, Daniel, dan Azre.
Mereka bertiga adalah laki-laki yang selalu ada untuk Dean. Selalu menemani Dean dalam kondisi apapun.

Berawal dari Rehan yang dulu saat pertama masuk sekolah langsung duduk disebelah Dean dan orang pertama yang mengajak Dean berbicara. Setelah itu Rehan mengenalkan Daniel dan Azre.

Awalnya Dean sangat canggung dan kaku karna tidak memiliki bakat untuk memulai percakapan. Akan tetapi mereka bertiga mengerti dan terus mencoba membuat Dean nyaman berada diantara mereka.

Banyak yang bertanya kenapa Dean tidak mempunyai banyak teman, itu sebenarnya karena Dean tidak bisa memulai percakapan dan Dean seorang Convo Killer. Menjawab seperlunya, tidak suka basa-basi dan selalu berterus terang.

Sekarang Dean dan Rehan berjalan menuju kantin, disana sudah ada Daniel dan Azre yang menunggu.

"Gimana hasil ujian tadi?" tanya Azre.

"Gak buruk." jawab Dean sambil duduk disebelah Daniel lalu menyendok makanan milik Daniel.

"Gak buruk tapi dapat C." sarkas Daniel yang ditujukan pada Dean.

Dean tidak mau kalah, "Sial, jangan remehkan otakku Daniel, kali ini aku dapat nilai B- dan Rehan yang mendapatkan C." Dean menunjuk ke arah Rehan yang berada disebelah Azre.

"Hei nilai kita hanya beda satu angka ingat itu Dean!" desis Rehan tidak terima.

Azre terbahak mendengar hal itu, "Kalian berdua sama aja."

Dean merasakan perutnya sedikit sakit izin pergi ke toilet. Saat Dean pergi mereka bertiga berbisik mendiskusikan sesuatu, yang entah apa Dean tidak mengetahuinya dan tidak peduli juga.

Sebenarnya Dean tidak pergi ke toilet melainkan ke UKS untuk meminta obat penghilang nyeri. Dean berjalan memegangi perutnya dan sesekali meringis kesakitan.

Tiba-tiba saja Dean merasakan tubuhnya melayang, "Apa yang kau lakukan?!" teriak Dean pada laki-laki yang mengangkat tubuhnya.

Laki-laki itu tidak menjawabnya.

Dean memberontak "Lepaskan brengsek!"

Mendengar umpatan Dean laki-laki itu menghentikan langkahnya, saat itu lah Dean memberontak sehingga dirinya lepas dari laki-laki aneh itu.

Dean mengalihkan pandangan ke kotak berisikan nama yang berada didada laki-laki itu, 'Jordan D'.

Dean ingin sekali mengumpat dan berteriak kepada laki-laki bernama Jordan itu. Namun perutnya sangat sakit, dan segera berjalan menuju UKS. 

Sesampainya di tempat tujuan, Dean tidak melihat seorangpun didalam. Lalu bagaimana dirinya dapat mendapatkan obat. Hanya bisa meringis kesakitan Dean berjalan menuju kelasnya.

Menahan rasa sakit itu sampai wajahnya terlihat pucat pasi. Rehan yang baru saja kembali dari kantin segera berlari menghampiri Dean.

"Dean astaga kau kenapa?" tanya Rehan dengan nada khawatir.

Dean hanya menggeleng.

Rehan mengangkat dagu Dean pelan, "Pucat sekali ck, lemah."

Dean menepis tangan Rehan, "Berisik." kemudian menidurkan kepalanya dimeja.

Rehan yang melihat itu hanya menggeleng, lalu pergi mencarikan obat untuk Dean.

Beberapa menit kemudian Rehan menggoyangkan tubuh Dean memanggilnya pelan. "Hey payah! Cepat bangun."

Dean pun mencoba membuka matanya dengan berat, "Apasih! Ganggu aja!"

Dengan cepat Rehan memberikan obat dan minuman ke Dean. Sedangkan Dean memberikan obat itu kembali.

"Telat, perutku udah gak sakit lagi."

Rehan yang mendengar itu sedikit merasa kesal, "Manusia sialan." gumam Rehan.

"Aku masih bisa mendengar itu Rehan."

#TBC

The WolfWhere stories live. Discover now