#27

11.8K 1.1K 0
                                    

Author's Pov

"Siapa dia?" tanya Jordan.

Dean yang baru saja sampai menghampirinya, menggenggam tangannya untuk berbalik arah.
Jordan mengeratkan genggamannya.

"Darel, adik kelas." jawab Dean.

Jordan menghentikan langkahnya lagi.

"Kenapa merangkul? Dan ini bunga darinya? Kemana bunga dariku?" tanya Jordan.

Dean menghela napasnya, Jordan memang sangat posesif. Tapi hal itu cocok dengan Dean. Menurut Dean, Jordan sangat menggemaskan ketika cemburu.

"Entah, dia mengajak foto lalu tiba-tiba merangkul, aku meninggalkan bungamu dimobil karena ku pikir agak repot membawanya." jelas Dean.

Jordan melepas genggamannya tidak percaya bahwa Dean memilih bunga dari orang lain.

"Terimakasih gelangnya, aku suka." Dean memberi jeda dengan memberikan bunga yang dia pegang ke Jordan, "Supaya kamu tidak cemburu kamu saja yang bawa bunganya, sudah ku bilang membawa bunga itu merepotkan. Aku memegangnya karena dia baru memberikannya padaku."

Jordan tersenyum mendengar penjelasan itu, Jordan mengambil jari jemari Dean kemudian menciumnya, "Baiklah, akan aku singkirkan bekas rangkulan manusia itu."

Kemudian Jordan merangkulku dengan sangat dekat.

"Jordan, kau bukan merangkulku jika seperti ini kau mendekapku."

Jordan tertawa kecil lalu mengendurkan rangkulannya.

Menuju ke kelas Dean.

Jordan tidak meninggalkan Dean sedetik pun. Sama sekali tidak peduli dengan acara kelulusan miliknya.
Tujuan pertama datang ke tempat ini karena mencari mate, dan sudah terselesaikan. Tidak ada hal lain bagi Jordan disini.

Jordan duduk disebelah Dean, memainkan jari jemari Dean digenggamannya.
Melihat lengan kecil Dean memakai gelang pemberiannya, Jordan sangat senang.

Jordan dan Dean menjadi pusat perhatian untuk mereka yang lewat.

Tapi mereka berdua tidak mempedulikan hal itu.
Dean sibuk dengan ponsel ditangan kanannya, sedangkan Jordan sibuk menatap Dean sambil bermain dengan tangan kiri milik Dean.

Sesekali Jordan mengelus rambut Dean.

Siapapun yang melihat pasti akan sangat iri karena ingin memiliki kekasih seperti Jordan yang sangat mengayomi.

Seakan dunia milik berdua.

Sampai tidak sadar semua murid telah hadir dikelas, dan hanya Jordan yang tidak tahu malu berada dikelas orang lain.

"Hei pergi sana, akan ada sesi kelas." kata Dean.

"Kau mengusirku Deana?" tanya Jordan menghentikan aktivitasnya.

"Ya, aku malu semua mata melihat ke arahku."

"Aku tidak peduli Deana, aku hanya ingin bersamamu." kata Jordan.

"Setelah ini selesai kita bertemu, kau lihat Rehan kehilangan kursinya karena mu." jeda Dean sambil mengelus tangan Jordan, "Nanti setelah acara ini selesai aku akan langsung menemuimu."

Mendengar hal itu Jordan melirik ke arah Rehan, sedangkan Rehan hanya tertunduk.

Menurut dengan perkataan Dean, Jordan bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas.

"Jaga mate-ku, jika selesai hubungi aku Gamma." Jordan melakukan mindlink dengan Rehan.

"Baik Alpha." jawab Rehan.

Setelah Jordan pergi, barulah Rehan bisa duduk ditempat duduknya.

Setelah itu sesi kelas dimulai, dimana wali kelas menyebutkan nama-nama murid teladan.
Dan juga beberapa sambutan dan sesi foto kelas.

Setiap anggota kelas mulai berfoto dengan masing-masing temannya. Sangat ricuh.

Sedangkan Dean hanya bisa duduk bersama Rehan.

Berbeda dengan Dean, Rehan pasti memiliki banyak teman disini. Dean tidak tega membuat Rehan terus menjaga dirinya, dan akan kehilangan momen bersama temannya.

"Sana pergi." ucap Dean.

Rehan menoleh, "Kemana?"

"Ketemu teman-teman lah, sayang dilewatkan." kata Dean.

"Dean aku sudah hidup lebih lama darimu, dan masalah teman atau momen itu bukan hal besar."

Mendengar hal itu Dean bingung, memangnya berapa lama manusia srigala hidup?

"Hah? Berapa umur kamu emang?" tanya Dean.

"Aku lupa, sudah ribuan tahun tapi aku masih terhitung muda sama seperti Alpha." jelas Dean.

Sekarang dari satu pertanyaan yang muncul dikepala Dean menjadi ribuan pertanyaan.

Dean termenung. 

Jika sudah ribuan tahun, apa sebelumnya Jordan memiliki mate? Dan bagaimana Dean hidup nanti? Dean tidak akan bisa hidup ribuan tahun bersamanya.

"Aku jadi punya banyak pertanyaan untuk Jordan, karena itu ayo kita cari dia." ajak Dean.

Sedangkan Rehan mengangguk patuh.

"Alpha ada di parkiran." kata Rehan.

"Dari mana kau tahu?" tanya Dean.

Rehan tertawa kecil, "Melalui mindlink."

Dean benar-benar tidak mengerti maksud Rehan.

Dean bergegas menuju di parkiran, dan benar saja terlihat Jordan yang tengah bersandar dimobil sambil tersenyum ke arahnya.

Melihat tubuh gagah milik Jordan membuat Dean ingin selalu memeluknya, tapi itu tidak akan terjadi karena gengsi Dean lumayan tinggi.

Jordan membukakan pintu untuk Dean, kali ini Jordan yang menyetirkan sendiri untuknya.

Ditengah perjalanan Jordan menoleh ke arah Dean, "Jadi?" tanya Jordan tiba-tiba.

Mendengar hal itu, Dean mengerti apa yang dimaksud Jordan. Jantungnya berdetak dengan cepat menandakan Dean sangat gugup.

Dean mencoba untuk menetralkan dirinya, "Ya."

Jordan mencium tangan Dean yang berada digenggamannya. Hari ini adalah hari paling membahagiakan untuk Jordan.

Senyum yang tidak dapat Jordan sembunyikan terus menampilkan diri diwajah tampannya.

Dengan kecepatan penuh Jordan segera menuju ke rumah Dean untuk mengambil barang-barang milik Dean.

Dean harus menepati janjinya. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang muncul dikepalanya Dean akan menunggu sampai waktu yang tepat tapi segera.

Merasa malas untuk berbicara panjang lebar dimobil dan berbahaya.

Sampai dihalaman rumah Dean, disana sudah ada Neta dengan beberapa koper.

"Apa aku diusir dari rumah atau semacamnya?" Dean tidak habis pikir, semua barangnya kini sudah berada diluar.

Jordan terkekeh, "Sepertinya iya."

Jordan keluar terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untuk Dean.

Neta langsung memeluk hangat Dean, "Anak mama sudah besar, baik-baik ya dengan Jordan nanti sesekali mama akan berkunjung."

"Mama, Deana baru pulang dan semua barang Deana udah ada diluar."

Neta menggeleng cepat, "Bukan mama, Jordan yang menyuruh banyak orang untuk cepat mengemas barangmu."

Dean melirik tajam ke arah Jordan sedangkan Jordan hanya dapat menampilkan gigi putihnya.

"Kau terlihat seperti orang bodoh." celetuk Justin.

"Diamlah, kau harus berterima kasih padaku." jawab Jordan.

"Terserah, jaga mate-ku." lalu Justin memutuskan mindlink secara sepihak.

Cih, serigala tidak tahu diri dia juga mate-ku pikir Jordan.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang