#3

32.8K 2.3K 4
                                    

Keesokan harinya saat Dean berjalan di lorong, dirinya dikagetkan oleh seorang laki-laki. Dia adalah Arnes, ketua organisasi.

Dean tidak pernah merasa dekat dengan Arnes, namun Arnes selalu bertingkah layaknya mereka sangat kenal dekat.

"Hei, good morning Dean!" sapanya kemudian merangkul Dean.

Dean tidak menjawab, terus berjalan tidak menghiraukan laki-laki yang sedang merangkulnya.

"Aku mau bicara sesuatu Dean." namun gadis itu terus berjalan. "Ada tugas untuk mu."

Mendengar itu Dean menghentikan langkahnya, menunggu apa yang laki-laki itu ingin ucapkan. Meskipun sedikit risih, jika mengenai tugas Dean akan selalu bersikap profesional.

"Karena hari ini aku ditugaskan untuk mengurus beberapa lomba, jadi tolong kumpulkan kertas dari perusahaan itu karena meja ku sudah penuh dengan berkas lomba dan itu sangat memusingkan." jelas Arnes panjang lebar.

"Perusahaan itu kesini hari ini?" tanya Dean.

"Mungkin besok." jawab Arnes.

Dean mengangguk mengerti, setelah itu pergi melanjutkan langkahnya menuju kelas. Tentu saja dengan Arnes yang membuntuti nya.

Ngomong-ngomong pagi ini Dean merasakan seseorang mengawasinya. Dari saat ingin berangkat, bahkan saat berbincang dengan Arnes, hingga sampai dikelas.

Merasa selalu diawasi, terkadang Dean juga mendapatkan sekelibat orang yang melihat ke arahnya dari ujung matanya. Dean menganggap mungkin itu hanya perasaannya saja.

Sampai di kelas, Dean melihat ketiga temannya itu sudah duduk disana. Tidak biasanya, Dean menautkan alis bingung.

Dean berjalan mendekati mereka pelan-pelan karena ingin menguping pembicaraan. Sayang sekali saat dirinya ingin melakukan itu ketiganya langsung menoleh ke arah Dean.

Dean menghentakan kakinya kesal, "Ck, kenapa aku selalu ketauan."

Mereka bertiga hanya tertawa melihat kelakuan Dean. Dean hanya ingin tau apa yang mereka bicarakan saat Dean tidak ada. Apa salahnya jika ingin tau.

"Balik sana ke kelas kalian!"  titah Dean lalu melipat kedua tanganya.

"Kok ngambek, jangan ngambek dong." ucap Daniel sambil mencolek-colek dagu Dean.

Dean memasang wajah kesalnya, dan menepis tangan Daniel. Sedangkan Azre dan Rehan tertawa renyah.

Daniel terus meledek Dean, ini memang hobi dan bakat dari seorang Daniel. Entah kenapa banyak gadis yang menyukai Daniel, itu membuat Dean heran mengingat sikap Daniel yang sangat menyebalkan.

Pernah suatu hari Dean dalam kondidi  lapar dan meninggalkan bekalnya diatas meja lalu Dean pergi ke toilet sebentar, saat kembali ke mejanya kotak makan itu sudah kosong bersih dan Daniel disana dengan santainya mengucapkan 'lumayan enak tapi asin.'  Daniel memang sangat sangat sangat menyebalkan.

Berbeda dengan Azre yang paling waras diantara mereka bertiga. Azre selalu mengayomi dan memperlakukan Dean layaknya seorang adik, walaupun jarang.

Dan Rehan, memiliki sifat perpaduan antara Daniel dan Azre.

Dean heran bagaimana dirinya tahan berteman dengan mereka. Namun tidak bisa dipungkiri, mereka bertiga selalu menjaga Dean. Tidak terima jika seseorang menyakiti Dean, bahkan meledek Dean.

Tidak ada yang boleh meledek Dean selain mereka bertiga.
Mereka memang sangat posesif sebagai teman.

"Nanti siang jangan lupa, ditraktir Azre." kata Rehan. 

"Lihat nanti, ada tugas dari Arnes." jawab Dean singkat.

Daniel yang sedang mencolek-colek Dean berhenti sebentar, "Dia memang pengganggu." ucapnya sambil berdecak.

Setelah itu bel masuk berbunyi, Daniel dan Azre segera kembali ke kelas mereka.
Dean menghela napasnya dengan berat, akhirnya terbebas dari seorang Daniel.

Mata pelajaran pagi ini merupakan pelajaran yang paling Dean tidak sukai. Dan hal itu membuat jam terasa bergerak sangat lama.

Dean menguap sambil mengusap matanya yang terasa sangat berat, hingga akhirnya Dean tidak dapat menahan kantuknya dan terjatuh kedalam mimpinya.

Terlihat taman yang sangat indah dan membentang luas, Dean tersenyum lebar menghadap matahari yang hendak pergi. Tiba-tiba saja seseorang menggenggam tangannya, hal itu membuat Dean menoleh.

Betapa terkejutnya saat melihat seseorang yang menggandeng dirinya, laki laki aneh itu Jordan. Kemudian Jordan menghadap dirinya kemudian mencium dahi Dean dengan lembut. Sedangkan Dean hanya bisa diam terpaku dengan apa yang dilihat nya.

Sampai — , Braak!

"DEANA QUINZEL!" bentak wanita paruh baya yang kini berdiri disebelah Dean.

Dean melompat terkejut, kemudian memegangi dadanya sebentar. Kemudian melirik pelan wanita paruh baya itu sambil menunjukan gigi rapih miliknya.

"Keluar dari kelas saya sekarang!" ucap wanita itu dengan intonasi yang tinggi.

Dean mencoba memegang dan menggeleng kecil, "Tapi bu sebentar lagi ujian." lirih Dean.

"Tidak ada alasan! Keluar sekarang juga!"

Baiklah Dean menyerah. Sebelum keluar, Dean melirik tajam Rehan yang menjadi teman sebangkunya. Kenapa Rehan tidak membangunkannya, memang teman yang tidak bisa diandalkan.

Keluar dari kelas Dean berjalan menuju kantin, mengambil kesempatan untuk makan disana dengan tenang. Dean melirik jam tangan yang ia kenakan, ternyata sudah mendekati waktu istirahat.

Seperti biasa Dean harus mengambil makanan yang sudah disediakan itu terlebih dahulu, lalu Dean duduk disalah satu meja kosong di pojok kantin. Karena Dean tidak begitu suka menjadi pusat perhatian jika nanti bel istirahat berbunyi.

Saat menikmati makanannya Dean teringat kembali dengan mimpinya tadi. Bagaimana bisa Dean memimpikan seseorang yang asing? Bahkan tidak memiliki kesan yang baik.

Dean memijit kepalanya tipis.

Sampai seseorang yang membuat kepala Dean sakit muncul dihadapannya. Lalu orang itu tersenyum ramah, "Hai mate, senang bisa melihatmu."

#TBC 

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang