#20

14.1K 1.2K 0
                                    

Sudah berjam-jam Dean berkutat pada buku dihadapannya, sekarang dirinya mulai mengerti beberapa istilah yang membuatnya bingung.

Tanpa bosan Jordan menemani Dean, memperhatikan wajahnya. Terkadang Dean menautkan alis bingung, lalu kemudian mulutnya membentuk huruf O bulat. Sangat menggemaskan.

Tidak sekalipun Jordan mengalihkan pandangannya dari Dean yang berada disebelahnya, gadis itu terlalu fokus pada bacaannya.

"Jadi aku adalah mate kamu?" tanya Dean tiba-tiba.

Joran mengangguk sebagai jawaban.

"Terus selanjutnya apa yang terjadi kalau kamu gigit leherku?"

"Kamu tidak akan bisa berada jauh dariku Deana." dan bisa mati karna jika kamu jauh dariku tanda itu akan mengeluarkan rasa sakit yang luar biasa, lanjut Jordan dalam hati. Jordan tidak berani mengatakan semuanya karna dirinya takut Dean akan menolak.

"Cuma itu?" tanya Dean lagi.

"Ya, lalu penyatuan setelah itu penobatan menjadi Luna." jawab Jordan.

"Penyatuan bagaimana?"

Haruskah Jordan menjawab pertanyaannya kali ini. Pertanyaan yang sangat meresahkan untuk Jordan.

"Ekhem, tapi apa kamu ingin menikah denganku?"

Dean terkejut mendengar pertanyaan itu, dirinya sedang dilamar saat ini.
"Hah bagaimana bisa? Umur ku masih terlalu muda dan aku masih sekolah, lalu ibuku bagaimana??"

"Sebenarnya kamu tidak perlu sekolah, karna takdirmu berada disini Deana. Dan mungkin Ibu angkatmu akan mengerti karna dia juga seorang makhluk imortal."

Ibu angkat? Makhluk imortal? "M-maksudnya??"

"Ibu mu adalah seorang fairy yang bersembunyi di dunia manusia lalu mengadopsi mu untuk menyempurnakan penyamarannya." ucap Jordan dengan santai.

Dean terkejut mendengar hal itu.

"Jangan bercanda Jordan."

Dean tidak habis pikir dibuatnya, hatinya sakit mengetahui fakta itu. Air mata yang tidak dapat ditahannya mengalir begitu saja.

Bagaimana bisa ibunya ternyata bukan ibu kandungnya. Lalu siapa ibu kandungnya?

Dean memegang dadanya, sangat menyesakkan.

"Deana maafkan aku, jangan menangis... Aku tidak bermaksud membuatmu sedih." Jordan menghapus air mata yang mengalir dipipi Dean, apakah dirinya terlalu berlebihan memberi fakta-fakta itu sehingga Dean sangat terkejut dibuatnya.

Dean menangis sesegukan, "A-aku mau p-pulang, m-mau t-tanya langsung ke Mama..." Dean berusaha berbicara ditengah dirinya yang sesegukan, hatinya sangat sakit.

"Baiklah," Jordan membuka bajunya lalu memberikan pada Dean, "Tolong pegang bajuku, akan ku antar kamu pulang Deana."

Dean menerima baju Jordan sambil mengalihkan wajahnya, dan sekali lagi Jordan berubah menjadi serigala besar. Mata serigala itu berwarna merah menyala, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan ketakutan.

"Sayang, apa yang membuatmu menangis?" tanya serigala itu dengan mengjampiri Dean, lalu menjilat airmata Dean.

Dean menggeleng pelan. Dihadapannya seekor serigala yang sangat besar, ada rasa takut yang tiba-tiba datang namun Dean menyingkirkan hal itu segera. Karna Jordan dan serigalanya tidak akan menyakitinya.

"Naiklah kepunggungku, sayang."

Mendengar itu Dean langsung mencoba naikke punggung serigala itu. Sedikit kesusahan saat naik, karna serigala itu sangat besar.

"Emm, bisa tolong menunduk?" tanya Dean sambil sesegukan.

"Ah maafkan aku sayang, aku lupa." serigala itu langsung mengambil posisi duduk dan mempersilahkan Dean menaikinya.

"Dasar serigala bodoh, dimana otakmu menyuruh mate-ku yang mungil menaiki tubuh besar mu itu." umpatan Jordan didalam sana.

"Diamlah jangan berisik!" jawab Justin dengan mindlinknya.

Dean merasakan bulu serigala itu yang lembut, mengelusnya memainkan bulu-bulu yang berada disekitarnya.

Membuat Justin merasakan geli namun juga senang karna mate-nya yang menyentuhnya.
Lalu Justin langsung berlari dengan cepat, hal itu membuat Dean reflek memeluk leher serigala itu.

Justin hanya menyeringai melihat Dean yang memeluknya, kemudian mempercepat langkahnya.

Justin tidak langsung berlari keluar hutan, melainkan berkeliling hutan. Karna masih menginginkan mate-nya ini memeluknya.

Sedangkan Dean tidak menyadari hal itu, karna Dean masih buta arah.

"Apa yang kau lakukan serigala sialan?!"

"Mengajak mate-ku berkeliling."

"Tidak sekarang! Kau tidak lihat dia sedang bersedih?! Segera antarnya keluar hutan atau aku yang mengambil alih!"

"Ya ya ya berisik sekali." Justin memutuskan mindlinknya secara sepihak, berlari dengan cepat keluar hutan.

Lalu sampailah diluar hutan, Dean melihat mobil yang sudah terparkir disana. Dean segera turun dari punggung Justin.

"Sayang bajuku." kata Justin.

Tersentak, Dean langsung memberikan baju yang ada ditangannya ke arahnya. Justin menggigit baju itu lalu membawanya pergi masuk kedalam hutan.

Setelah itu muncullah laki-laki tampan yng sudah berpakaian rapih. Lalu langsung membukakan pintu mobil untuk Dean.

"Masuklah Deana."

Didalam mobil keadaan sangatlah hening, Dean tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan kali ini bukan karena dirinya tertidur. Melainkan karena dirinya sedang berkutat dengan pikirannya sekarang.

Melihat ke arah langit yang terlihat sedikit gelap, menahan air yang ingin sekali mengalir dipipinya, bermacam pertanyaan yang bermunculan didalam otaknya.

Tidak tahu apa yang harus Dean lakukan saat bertemu ibunya nanti, kuatkah dirinya menanyakan kebenaran ini.

Dean mendangak sesekali untuk menahan air matanya.

"Deana, jangan seperti ini aku tidak bisa melihatmu sedih." Jordan yang sedari tadi berada disebelah Dean hanya bisa menatapnya dengan pilu.

Jordan merasa ini salahnya karena terlalu terburu-buru dan lancang memberitahu semua ini.

Melihat Dean seperti ini membuat Jordan tidak kuasa menahan dirinya untuk memeluk Dean.

Jordan merengkuh Dean dengan perlahan, menepuk pelan bahunya.

Perlakuan Jordan membuat dinding pertahanan Dean runtuh. Air mata yang tertahan kini turun layaknya air hujan yang mengalir.

Tangan Dean memeras baju Jordan yang berada disekitarnya.

Jordan mengecup kening Dean, "Aku akan selalu berada disisimu Deana."

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang