#23

13K 1.2K 9
                                    

Saat ini Jordan sedang mengantar Dean pulang ke rumahnya. Sedari tadi Jordan hanya diam karena masih menahan amarah yang sangat besar didalam dadanya.

Teriakan Dean tadi masih sangat diingat oleh telinganya, bahkan Jordan tidak mendengarkan ocehan Dean sedari tadi. Hanya karena Dean berada di sisinya Jordan menahan semua amarahnya.

Jordan meremas keras setir yang kini ia kemudikan, jika tidak ada Dean mungkin sudah dia banting setir yang ada dihadapan nya.

Sedangkan Dean terus berusaha mencairkan suasana, dihadapannya Jordan yang sangat acuh tak acuh membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

Semua lelucon yang Dean miliki sudah ditampilkan namun tetap saja tidak ada jawaban. Sampai Dean tidak tahu harus berkata apa lagi.

Sesampainya didepan rumah Dean, Dean segera turun dan Jordan pun segera pergi.

Tidak seperti biasa yang Jordan akan ikut turun dan mengobrol sebentar sampai kemudian pergi. Kini Jordan pergi tanpa sepatah kata pun.

Dean menghela napasnya panjang. Berjalan dengan lesu ke dalam rumah.

Saat masuk ke dalam Dean sudah disambut oleh ibunya Neta yang kini sedang menghampirinya.
Neta memeluk Dean, kemudian merangkulnya mengajak Dean ke meja makan.

Sebagai seorang fairy Neta dapat merasakan emosi yang ada didalam tubuh Dean.

Dean sedang merasa sedih dan takut, namun entah apa yang membuatnya seperti itu.

"Ada yang mengganggu mu sayang?"

Dean menghela napasnya panjang, "Jordan marah sama Dean."

"Bagaimana bisa?"

Dean menceritakan ulang bagaimana saat bertemu dengan Arnes sampai Jordan datang.

Sebagai seorang ibu, Neta juga merasa kesal kepada sosok Arnes. Berani sekali Arnes menyentuh anak sematawayangnya.

Neta mengerti kenapa Jordan marah dengan Dean. Seorang werewolf memang sangat sensitif jika berhubungan dengan mate mereka.

Neta sangat yakin hari ini adalah hari terakhir bagi Arnes melihat dunia.

"Ya sudah biarkan Jordan menenangkan diri, dia pasti akan kembali lagi."

Dikamar Dean sedang merenung memikirkan Jordan, apakah dirinya sudah melampaui batas?

Kini di Lightmoon Pack sedang kebingungan, apa yang terjadi dengan Alphanya yang sampai sekarang tidak kembali?

Disisi lain sosok yang dicari oleh penghuni Lightmoon Pack kini berdiri berhadapan dengan laki-laki bernama Arnes.

Jordan mengepalkan tanganya berusaha menahan emosinya yang sedang meluap.

"Tidak menyangka aku bisa berhadapan dengan raja para anjing." smirk Arnes.

"Apakah Dean adalah mate mu? Malang sekali nasibnya," Arnes melangkah mendekat secara perlahan, "Tapi aku yang duluan bertemu dengannya, dan mencintainya jadi lebih baik kau musnah anjing sialan!"

Setelah mengakhiri ocehannya, Arnes menyerang Jordan dengan membabi buta.

Jordan dapat menghindar dari serangan Arnes dengan mudah, bahkan dia dapat menyerang balik jika dirinya mau.

"Hentikan ocehanmu sebelum diriku lepas kendali Iblis!"

Arnes tersenyum miring, "Kau takut? Ah aku lupa kau salah satu budak ayahku."

Melangkah mendekati Jordan lalu berbisik, "Jika kau budak yang patuh maka serahkan Dean, lalu mati dasar anjing!"

Arnes tiba-tiba saja menusukan belati emas ke dada Jordan.
Tidak selesai sampai situ Arnes menusuk dengan membabi buta ke seluruh area tubuh Jordan.

Sampai suatu ketika Jordan menahan gerakan tangan Arnes, lalu tertawa kecil.

"Hei brengsek, Jordan tidak memukulmu bukan karna dia budak ayah mu tapi dia sedikit menghormati permohonan seorang ayah untuk tidak membunuh putranya, mengerti?"

Mata Jordan kini merah menyala, "Tapi apa boleh buat, anak tidak tahu diri ini membuatku jijik bahkan aku tidak akan peduli jika terjadi perang setelah aku menghabisi mu."

Dengan cepat Justin yang kini mengambil alih tubuh jordan mencekik leher Arnes, terlihat kuku-kuku panjang milik Justin yang kini melingkar dileher Arnes.

Arnes tertawa renyah, "Kau pikir aku takut dengan seekor anjing?"

Arnes mengeluarkan sayap hitamnya, lalu mengepakan sayapnya dan dengan mudah melepaskan diri dari cengkraman Justin.

Terjadilah pertarungan yang sangat hebat dari seorang Alpha dari bangsa Srigala dan seorang putra mahkota dari bangsa Demon.

Pertarungan sangat sengit, Arnes terus menerus menyerang dan Justin menghindar dengan senyuman kecil diwajahnya.

"Kau tahu? Aku pernah melawan iblis yang jauh lebih hebat darimu, dan kau tidak ada apa-apanya." Justin tertawa renyah.

Mendengar hal itu membuat Arnes terpancing dan amarahnya memuncak. Arnes terus kembali menyerang Justin, namun Justin dapat menghindar dengan mudah.

"Baiklah sudah cukup, mari kita selesaikan." terukir senyum miring diwajah Justin.

Dengan sekali pukulan tepat ditengah perut Arnes, Justin mengeluarkan kuku nya lalu mencabik-cabik Arnes dengan mudah.

Serangan berkali-kali Justin berikan membuat Arnes tersungkur dengan lumuran darah hitam miliknya.

Sampai dimana Justin ingin menghabisi Arnes tiba-tiba ada api hitam dihadapannya dan seseorang yang muncul melalui api tersebut.

"Anak mu sangat lemah, Fredo." ucap Justin.

Pria itu tertawa, "Anak sialan, jika bukan karna aku malas bercinta dia tidak akan jadi putra mahkota."

"Lebih baik kau tidak membunuhnya untuk formalitas, kau tahu jika kau membunuh putra mahkota dari bangsa Demon tentu saja itu akan jadi kesempatan untuk bangsa Demon membunuh secara sukarela." ucap Fredo.

Justin tertawa, "Kau terlalu banyak bicara, bawa lah putra kesayangan mu ini." Justin mendekati Fredo, "Dan lebih baik kau sering bercinta supaya mendapat anak yang lebih baik."

Fredo mengangkat bahunya, "Yahh baiklah aku akan pergi."

Saat Fredo mengatakan hal itu muncul lah api hitam itu kembali.

"Bawa anak mu bodoh."  celetuk Justin.

"Merepotkan, aku tidak peduli." dan kemudian Fredo menghilang bersama api hitam itu.

Dan Justin melihat Arnes dengan miris, kemudian pergi meninggalkannya.

Justin melihat tangannya yang berlumuran darah seorang demon, tiba-tiba saja dirinya penasaran bagaimana rasa darah dari seorang demon.

"Hei hei apa yang kau lakukan anjing bodoh."
Jordan yang diberada dibawah alam sadarnya mengetahui apa yang ingin Justin lakukan.

"Aku hanya penasaran." jawab Justin.

"Berhenti melakukan hal yang bodoh sialan, cepat bertukar."

Justin memutuskan mindlink Jordan secara sepihak.

Kemudian menjilat tangannya, dan. . .

"AKH sial rasanya pahit sekali brengsek."

#TBC

The WolfWhere stories live. Discover now