#12

15.1K 1.4K 3
                                    

Mentari pagi yang menyelinap masuk menerangi kamar Dean, suara alarm yang nyaring membuat gadis itu bangun dari tidurnya.

Suasana hati Dean kali ini merasa buruk, mengkhawatirkan sesuatu yang tidak tahu apa.
Deanpun segera pergi mandi dan memakai seragam. Berusaha mengabaikan suasana hatinya yang buruk.

"Selamat pagi Deana!" sapa seorang wanita paruh baya.

"Pagi Ma." jawab Dean dengan lesu, kemudian mencium pipi ibunya.

"Kenapa anak Mama kok lemes? Masih pagi loh."

Dean menggeleng, "Entah."

"Yaudah, nih Mama udah buatin bekal roti bakar kesukaan kamu."

Dean tersenyum simpul, "Makasih Ma, Dean berangkat ya?"

"Gak sarapan dulu Nak?"

Dean menggeleng, "Deana sarapan bekal ini aja nanti." ujarnya sambil menunjuk kotak makan yang berisi roti bakar tersebut.

"Kalau begitu hatihati ya nak." ucapan Sang Ibu yang kini mengelus rambut putrinya.

Dean mengangguk, lalu melambaikan tangannya.

Dean segera berangkat sekolah, tidak tahu kenapa dirinya sangat gelisah kali ini.

Begitu sampai di sekolah Dean langsung ke kelasnya. Dan sudah ada tiga sejoli yang duduk disana, siapa lagi kalau bukan Rehan, Azre dan Daniel.

Dean pun duduk dengan cepat, melihat ke arah ketiga kawannya yang sedang asik bermain ponselnya.

"Eh," baru saja Dean berkata 2 huruf mereka langsung menghentikan kegiatan dan melihat ke arah Dean.

"Ya kenapa?" ucapan mereka kompak.

Dean terheran-heran dengan sikap mereka.
Dean menjitak satu persatu, tak tak tak'

"Kalian kenapa sih belakangan ini?"

Azre pun menjawab, "Emangnya kita kenapa?"

"Aneh, ketakutan kayak habis liat hantu." kata Dean yang membuat mereka tertawa serentak.

"Iya, tuh hantunya yang barusan ngomong."  kata Daniel.

Dean memukul kepala Daniel dengan kepalan tangannya, "Sukurin!"

"Tadi mau ngomong apa?" tanya Rehan.

"Gak jadi, gak penting."

Sebenarnya Dean ingin berbicara tentang suasana hatinya yang terus gelisah.
Akan tetapi tidak jadi dikarenakan menurut Dean hal itu tidak terlalu penting untuk dibicarakan.

Saatnya jam olahraga, Dean dan Rehan pergi ke lapangan bersama. Banyak teman kelas yang menyangka Dean dan Rehan menjalin hubungan, karna mereka selalu berdua.

Mereka tidak tahu saja bahwa Dean memiliki pujaan hati yang lain, sedangkan Rehan menjalani tugasnya untuk melindungi Luna-nya.

Setelah jam olahraga. Dean, Rehan, Azre dan Daniel berada dikantin.
Perasaan gelisah Dean semakin menjadi-jadi.

Dean tidak bisa diam, bahkan saat duduk dirinya terus bergerak.

"Kenapa sih?" tanya Rehan.

Dean memegangi kepalanya, menggeleng pelan "Dari tadi bangun tidur aku gelisah banget, gak ilang-ilang."

Setelah mendengar itu mereka bertiga memutuskan untuk mindlink.

"Apa ini terjadi berkaitan dengan Alpha yang tidak sadarkan diri?" tanya Azre dengan mindlink.

"Mungkin, Luna merasakan gelisah karna Alpha sedang sakit." jawab Rehan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Danil.

"Menenangkan Luna, bodoh!" jawab Rehan.

"Kalian kenapa tiba-tiba diem semua?" tanya Dean yang membuat mereka berita tersentak.

"Dean!"

Dean menoleh mendengar namanya dipanggil, "Jane?" Dean belum bisa melihatnya dengan jelas karena terlalu jauh. Namun Dean masih mengenali suara itu.

"Nona. ." gumam Rehan sambil melihat gadis yang berjalan kearahnya . Terdengar oleh Azre dan Daniel menoleh ke arahnya lalu mengikuti arah pandangan Rehan, sedangkan yang terdengar oleh Dean terdengar samar-samar.

"Hah? Kenapa Re?"

Rehan menggeleng keras, "Bukan apa-apa."

Dean menepuk jidat nya saat melihat Jane yang kini berada disebelahnya, "Lupa. Jane ini Azre, Daniel, Rehan," menunjuk tiga sejoli dihadapannya
Kemudian Dean menunjuk ke arah Jane, "Dan ini Jane."

Jane tersenyum melambaikan tangan, "Hai!"

Sedangkan mereka hanya bisa menunduk, tidak membalas apapun karena takut melewati batasan.

Kemudian mereka semua mengobrol sampai akhirnya bel masuk berbunyi.

-

Sore hari di Lightmoon pack, Jane yang senantiasa menemani saudaranya yang saat ini terbaring lemah. Menatap wajah saudaranya itu dengan sendu.

"Memang monster bedebah, akan ku hampiri tempat persembunyianmu dan ku jadikan abu kalian semua."  ucapan Jane.

Saat Jane hendak pergi dirinya ditahan oleh Beta.

"Jangan Nona, lebih baik anda menunggu Alpha sadar terlebih dahulu. Alpha lebih membutuhkan keberadaan mu daripada monster itu." jelas Sabian, dirinya harus berhasil mencegah Jane pergi. Karna terlalu berbahaya pergi sendiri.

"Tidak, aku harus pergi."

"Nona, keberadaan anda sangat berharga dan tidak ternilai. Monster itu tidak layak melihat keberadaan anda dan melihat paras cantik yang anda miliki." Sabian yang tidak menyerah membujuk Jane agara tetap tinggal.

Jane tertawa kecil, "Kau pandai bicara ya, tidak salah Alpha memilih mu menjadi Beta."

Sabian tersenyum simpul, "Terimakasih atas pujian anda, Nona."

#  TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang