#28

11.5K 1K 2
                                    

Saat ingin masuk ke dalam kastil Dean berhenti sejenak, "Jordan aku tidak sanggup." Dean mengarahkan tangan Jordan ke arah dadanya untuk mengecek detak jantungnya. "Kau bisa merasakan bukan jantungku astaga aku gugup."

Sedangkan Jordan hanya bisa terkejut dan meneguk salivanya.

"Deana tanpa harus menunjukan, aku bisa mendengar detak jantungmu." kata Jordan.

"Aku benar-benar takut." Dean menunduk lesu.

Jordan menarik dagu Dean dengan pelan, "Lihat aku, semuanya akan baik-baik saja dan aku akan selalu bersamamu."

Dean menatap Jordan sejenak, lalu memeluk Jordan untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Jordan dengan senang hati memeluk Dean dan mengelus pelan rambut indahnya.

Jordan mengecup kening Dean dengan pelan, "Sekarang kita masuk."

Dean memeluk lengan Jordan dengan erat.

Sepanjang jalan semua orang tersenyum dan menunduk hormat ke arah Dean. Dean tidak tahu harus membalas apa. Dia hanya bisa bersembunyi dilengan besar milik Jordan.

Setelah menyusuri berbagai lorong dan anak tangga akhirnya sampai didepan kamar yang memiliki dua pintu yang sangat besar.

"Loh ini kamar kamu?" setelah Dean masuk dia baru menyadari bahwa dirinya dibawa ke kamar milik Jordan.

"Kamar kita." kata Jordan.

"Tunggu, apa dari banyaknya kamar dikastil mu tidak memiliki satu kamar untukku tinggal?" tanya Dean.

"Tidak."

"Kalau begitu aku akan tidur bersama Jane." jelas Dean.

"Tidak aku izinkan."

Dean menghela napasnya, "Kita belum menikah."

"Akan segera menikah." ralat Jordan.

"Ya itu berarti belum."

"Deana aku tidak akan izinkan kamu tidur dimanapun selain di kamar ku."

"Ya ya baiklah terserah, tapi ada satu syarat."

Jordan menaikan satu alisnya.
Dean mendekatkan diri ke arah kuping Jordan.

"Janji untuk tidak melakukan itu sampai kita menikah." bisik Dean dengan pelan.

Dilanjutkan dengan mengecup pipi Jordan.

"Apa? Kamu menantangku Deana?" Jordan tersenyum miring.

"Ya jika sampai kamu melakukan hal itu sebelum kita menikah, aku akan membencimu." ucap Dean lalu duduk disisi kasur.

"Ribuan tahun aku menunggu, beberapa hari bukan masalah besar." kata Jordan.

Dean merebahkan diri dikasur Jordan, ah mungkin akan menjadi kasur milik Dean juga.

Dean menatap langit-langit, masih tidak percaya dengan kenyataan yang ia alami.
Saat ini Jordan sedang pergi mandi, Dean bangkit dari tidurnya. Dan berkeliling seisi kamar.

Kamar ini sangat luas, ada satu ruangan juga. Dean ragu untuk memasuki ruangan itu sepertinya itu ruangan pribadi Jordan.

Dean memasuki kearah ruangan wardobe dikamarnya, terlihat banyak sekali gaun indah, tas-tas cantik, sepatu dengan beragam macam, dan perhiasan lainnya.

Mungkin ini semua milik mantan mate Jordan, itu yang dipikirkan Dean. Sedikit ada sakit yang berkunjung ketika memikirkannya.

Bahwa dirinya bukanlah satu-satunya untuk Jordan.

Selama ribuan tahun Jordan hidup, sangat mustahil dirinya tidak memiliki wanita dihidupnya.

Melihat barang-barang ini membuat Dean yakin, bahwa wanita itu sangat cantik dan anggun. Sangat berbanding terbalik dengan Dean.

Mungkin Dean hanya bisa bersama Jordan sampai puluhan tahun, dan sisanya entah.

Kenapa semakin lama semakin sakit memikirkannya.

Tanpa sadar setetes cairan putih melewati pipinya.
Dengan cepat Dean menghapusnya.

Jordan yang baru saja selesai membasuh diri kini menghampiri Dean.
"Ada apa Deana? Kenapa kamu menangis?" tanya Jordan sambil memeluk Dean dari belakang.

"Cepat pakai bajumu, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan."  Dean masih menyeka air mata dipipinya.

Jordan menempelkan hidungnya ketelukuk leher Dean dan menghirupnya, "Hm baiklah."

"Ah apakah kau tidak ingin memakaikannya untukku?" ledek Jordan.

Dean memelakan mata, "Tidak berminat." dengan suara sedikit bindeng karna menangis, Dean segera pergi keluar ruangan.

Dean menuju balkon yang ada di kamarnya. Pemandangan yang ia lihat agak menenangkan.

Banyak prajurit dan omega berlalu lalang, dan dapat terlihat bangunan-bangunan dari kota kecil yang indah.

Dapat dilihat semua hidup dengan tentram, Jordan memang pemimpin yang hebat. Meski Dean pernah mendengar desas-desus ke kejaman Jordan saat pertama kali berkunjung ke kastil ini, tapi tetap saja Jordan memimpin dengan baik.

#TBC

The WolfWhere stories live. Discover now