#46

11.2K 1K 8
                                    

Author's POV

Didalam sebuah kamar yang kini sedang dipenuhi banyak penyihir yang ahli menggunakan sihir baik. Yang dipimpin oleh Khione.

Mereka mengitari seseorang yang tengah berbaring tertidur pulas wanita cantik siapa lagi kalau bukan Dean.

Selama bertahun-tahun ini adalah upaya mereka untuk membangunkan Dean yang sudah tertidur pulas.

Meskipun perang telah berakhir, kegelapan telah sirna tapi tidak untuk seorang Jordan.

Setelah perang Jordan selalu di kelilingi kegelapan disekitarnya. Tidak ada cahaya sedikitpun ketika perang itu berakhir.

Kembalinya Jordan saat perang dunianya sangat hancur mengetahui bahwa Dean sudah tidak berdaya selama seminggu.

Jordan tidak melakukan apapun kecuali menemani Dean yang sedang tertidur. Berada di sisinya setiap hari.

Sampai Jordan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin.

Namun semua orang tahu bahwa Jordan sedang mengalami masa beratnya.

Semua urusan diambil alih oleh Betanya yaitu Sabian.

Hubungan Jane dan Jordan menjadi sangat renggang. Jodan sangat tidak sudi bertemu dengan adiknya. Bahkan tadi ketika Jane masuk untuk menemuinya, Jordan benar-benar hampir hilang kendali.

Saat ini Jordan juga masih berada disisi Dean menggenggam jarinya.

Tanpa memperdulikan Khione dan yang lainnya merapalkan mantra.

Tiba-tiba saja tubuh Dean seperti kejang-kejang dan kaku.

"Dean akan mendengar apa yang kau katakan saat ini, suruh ia ucapkan 'La schuzekge ezda.' cepat!" kata Khione.

Jordan mengeratkan genggamannya, dan mendekat ke arah telinga Dean.

"Deana jika kau mendengarku ucapkan 'La schuzekge ezda' ikuti aku, ku mohon Deana."

Jantung nya berdebar sangat kencang saat ini, berharap yang dikatakan Khione benar adanya.

Tubuh Dean mulai kembali tenang seiring berjalan waktu.

Napasnya kembali teratur.

Bahkan Dean kini mengeluarkan air mata. Melihat hal itu Jordan mengusapnya secara perlahan dan mengecup kedua mata milik Dean.

Khione duduk disebelah Dean kemudian mengambil salah satu tangannya.

Merapalkan beberapa mantra, kemudian ikut memejamkan matanya.

"Dean? Apa kau disini?" Khione menyusuri tempat yang gelap tanpa ruang.

Terdengae suara isak tangis seseorang. Khione terus mendekat ke mengikuti isak tangis itu.

"Dean?" Khione memegang pundaknya.

Dean mendongak, "Kau siapa? Apa kau malaikat? Apa aku sudah mati lagi?" ucapnya sambil menangis.

Khione tersenyum dan mengajaknya bangkit, "Tidak, aku Khione temannya Jordan. Sekarang kita harus segera kembali."

Dean mengangguk pelan.

Khione memegang kedua tangannya, dan seketika cahaya muncul memenuhi ruangan.

Khione membuka matanya, kemudian mengarahkan tongkatnya ke seluruh badan Dean.

Dan mata Dean mulai bergerak, dengan perlahan Dean membuka matanya.

Jordan terkejut bukan main. Seolah waktu berhenti bergerak ketika melihat Dean membuka matanya.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Jordan mengangkat tubuh Dean dan mendekapnya dengan erat.

"Deana maafkan aku." ucapnya sambil bergetar. Tangis yang selama ini ia tahan, kini tidak dapat lagi ditahannya.

Dean tidak bisa melakukan apapun, seluruh tubuhnya kaku tidak bisa digerakan. Padahal saat ini Dean sangat ingin membalas pelukan seseorang yang sangat ia rindukan.

Hanya air mata yang bisa Dean keluarkan, "Jordan, aku merindukanmu." kata Dean dengan suaranya yang sedikit serak.

Jordan melepaskan dekapannya dan melihat ke arah Dean, "Aku juga sangat merindukanmu, Deana." kemudian Jordan mengecup seluruh bagian wajah Dean.

Khione dan yang lainnya tersenyum, kemudian saling berpandangan untuk segera memberikan waktu untuk Jordan dan Dean.

Saat tiba diluar Khione melihag Jane yang berada didepan ruangan sambil menangis.

"Aku merasakan Dean sudah kembali." kata Jane.

Khione mengangguk sebagai jawaban, "Ya, tugasku sudah selesai sekarang giliranmu untuk merawatnya."

Dengan mata berbinar Jane dengan semangat memeluk Khione dengan erat, "Terimakasih! Terimakasih!" kata Jane dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Baiklah aku harus pergi sekarang, sampai jumpa."

Jane mengangguk. Kemudian ikut mengantar Khione untuk kembali.

Setelahnya Jane mengabarkan kepada Beta bahwa lunanya sudah kembali.

Diruangan yang sama juga terdapat Rehan disana.

Mendengar hal itu Rehan terpaku, dan menutup mulutnya tidak percaya. Tangis bahagia yang ia rasakan ketika mendengar temannya kembali sadar.

Rehan memberikan kabar kepada Azre dan Daniel.

Mereka pun segera menemui Rehan untuk menangis bahagia bersama.

"Aku ingin bertemu dengan Dean." ucap Daniel sambil mengusap air matanya.

Azre mengangguk pelan.

Rehan pun juga menangis, "Ya tapi bagaimana, dia Luna kita dan Alpha selalu disisinya huhuhu."

"Apa kita harus menunggu sampai Dean pulih dan lari-lari lagi?" tanya Daniel.

Azre memegang pundak Daniel, "Sepertinya iya."

Sedangkan disuatu ruangan Jane kini menangis sambil mengucap syukur berulang kali. Kembali tepat waktu dimana Jane menyesali perbuatannya.

Tiba-tiba Jane merasa haus yang sangat parah. Tenggorokannya sangat panas, Jane tidak melihat air disekitar kamarnya. Rasa hausnya sangat berlebihan, Jane sedikit curiga dengan apa yang ia rasakan.

Berulang kali Jane meneriaki memanggil para Omega tapi tidak ada yang mendatanginya.

Dengan terpaksa Jane berlari secepat mungkin untuk mencari air. Dengan berat hati Jane meninggalkan Dean yang sedang terlelap. "Maafkan aku Dean ini sangat menyakitkan, aku janji tidak akan lama."

Jane berlari dan setelah mendapatkanya dia segera minum. Tidak lupa membawakan untuk Dean.

Dengan bergegas Jane segera kembali ke kamarnya.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat Dean keluar dari kamar dengan sempoyongan.

"Dean, Dean, Dean!" Jane meneriaki Dean dan setelahnya Dean jatuh tidak sadar kan diri.

Jane membopong Dean kembali ke kamarnya, berusaha menghubungi Jordan namun tidak bisa. Entah kenapa Jane tidak bisa menggunakan mindlinknya.

Dengan panik sambil berurai air mata, Jane merapalkan mantra yang ia ketahui.

"Dean ku mohon maafkan aku.." ucap Jane dengan nada bergetar.

Mengingat hal itu Jane sendiri menyesali perbuatannya yang tertipu dengan rasa haus buatan yang dibuat oleh musuh.

Jane sudah berserah diri untuk kehilangan nyawanya jika Jordan kakaknya membunuhnya pada saat itu.

Namun kini Dean sudah sadar akhirnya Jane bisa merasakan lega yang luar biasa, meskipun Jane tidak bisa memaafkan dirinya sepenuhnya.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang