#11

16.3K 1.4K 5
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi.

Kali ini Dean tidak langsung pulang, karna harus berkumpul dengan organisasinya.
Dikumpulkan di aula sekolah, tidak sedikit orang yang sudah hadir.

"Ekhem. . karena sudah hampir semua anggota hadir, mari kita mulai rapatnya." ucap Arnes berada disebelah Dean.

Rapat dimulai, Dean mencatat beberapa hal penting. Tanpa disadari seseorang yang berada disebelahnya, yaitu Arnes kini tengah memperhatikan dirinya.

Arnes tersenyum melihat mimik wajah Dean yang sedang serius. Sampai Dean menoleh ke arah Arnes.

Arnes tetap pada diposisinya, dan Dean melambaikan tangan ke arah Arnes yang sedang melihat kearahnya.

"Nes?" Arnes masih terdiam, Dean menepuk bahu Arnes"Arnes? Kamu kenapa?"

Laki-laki itu tersadar dari lamunannya, menggeleng cepat. "Hah, iya kenapa?"

Para anggota lain berbisik-bisik melihat tingkah laku Arnes.
Apa yang sedang ketua mereka lakukan dengan wajah merah tomat.

"Itu Rania minta pendapat kamu." kata Dean.

"Ah iya Rania, sorry bisa tolong jelaskan ulang?" Arnes menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Gadis yang bernama Rania hanya bisa menghela napasnya karena harus menjelaskan ulang.

Selesai rapat Dean keluar dari aula lalu berjalan menuju gerbang. Namun seseorang mengintrupsi Dean dengan meneriaki namanya.

"Dean!" teriak gadis itu yang membuat Dean menoleh, ternyata dia Jane. Gadis yang minta diantarkan ke ruang tata usaha tadi. Dean hanya diam melihat Jane yang sedang lari ke arahnya.

"Wah senangnya aku bisa melihatmu lagi!" pekik Jane dengan gembira.

Sedangkan Dean menatap Jane dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Heran dengan sikap Jane yang bertingkah layaknya teman dekat, sedangkan mereka baru kenal hari ini.

"Kenapa kamu belum pulang De?" tanya Jane dengan antusias.

"Habis kumpul, kamu?" Dean tidak tega untuk tidak acuh kepada Jane, walaupun sebenarnya Dean sedikit membenci situasi seperti ini, situasi yang menurut Dean sangat awkward.

"Aku menemani seseorang." jawab Jane sambil terkekeh.

Dean pikir mungkin kekasihnya, apalagi setelah melihat paras Jane yang amat cantik. Sudah dipastikan Jane menunggu kekasihnya.

Dean tersenyum tipis, kemudian berpamitan dengan Jane untuk pergi duluan mengingat hari sudah menjelang sore. Karena itu Dean memutuskan untuk tidak berjalan kaki, melainkan naik bus.

Duduk dihalte sambil memainkan ponselnya sendirian, itu adalah hal yang sering Dean lakukan karena pulang larut.

Menunggu bus yang tidak kunjung datang, tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepannya.

Seseorang yang didalam mobil itu menurunkan kacanya, "Deana, kemari dan masuk akan ku antar kamu ke kembali dengan selemat." ucap siapa lagi kalau bukan Jordan.

Dean melihat Jordan yang sedang memegang setir, akan tetapi pandangannya teralihkan melihat seorang gadis yang duduk disebelah Jordan.

"Terimakasih, tapi tidak perlu." kata Dean dengan singkat, kemudian berniat untuk meninggalkan halte tersebut.

Jordan keluar dari mobilnya, "Deana... tolong jangan menolak." berlari kecil kemudian menahan lengan Dean.

"Lepas!" Dean menarik paksa lengannya, kemudian pergi menjauh dari Jordan.

Mendengar hal itu Jordan terdiam kemudian kembali ke dalam mobilnya. Suasana hatinya kian memburuk.
Kenapa sampai saat ini Dean terus berprilaku seperti ini? Bagaimana cara mendapatkan hati Dean?

Dean sendiri memutuskan untuk memberhentikan taxi.

Sesampainya dirumah Dean segera merebahkan dirinya dikasur, sambil membuka aplikasi media sosial miliknya.

Dan tidak ada yang membuatnya tertarik.

Dean keluar ke arah balkon dikamarnya, duduk sambil menatap langit.

"Kenapa aku terus terbayang wajah Jordan? Tapi aku tidak bisa melupakan kalau Jordan memukuli Rehan. Padahal waktu di taman aku seneng banget bisa duduk berbincang bersamanya." Dean yang berbicara sendiri dengan senyum diwajahnya.

Mengingat bagaimana Jordan khawatir padanya dan menemani dia saat di UKS, rasanya seperti wanita yang sangat beruntung.

Di tempat lain, Jordan yang saat ini berada di kastilnya Lightmoon Pack mendapatkan berita buruk. Bahwa ada kaum Rouge yang kini sudah siap menyerang istananya dari dalam hutan.

Dengan cepat Jordan memerintahkan seluruh Warrior untuk mengikuti nya melawan para Rouge yang jumlahnya tidak sedikit.

Saat sudah berhadapan dengan Rouge, Jordan tersenyum.

"Kalian datang diwaktu yang tepat, suasana hatiku sangat ingin mengkoyak seseorang." Jordan yang tersenyum miring, bersiap menyerang.

Tanpa menunggu waktu lama Jordan mulai menyerang kaum Rouge. Sabian, Daniel, Azre, Theo, Jake dan Rehan berada dibelakang nya juga ikut menyerang.

Dengan bringas Jordan menghabiskan satu per satu para Rouge. Hanya butuh waktu yang sebentar para Rouge itu habis menyatu dengan tanah.

Akan tetapi setelah kaum Rouge selesai, terdengar suara monster yang berdatangan ke arah mereka.

Jordan yang berada di depan segera melawan satu persatu monster itu.

"Akh. ." rintihan seseorang dari belakang.

Jordan menoleh dan melihat Betanya Sabian sedang di cekik oleh salah satu monster.

Dengan cepat Jordan ke arah Sabian dan menghajar monster itu.
Namun sesuatu menusuk Jordan dari belakang.

"Alpha!" teriak Rehan dari belakang.

Salah satu monster telah menusuk Jordan dari belakang. Jordan berbalik, "Sialan berani sekali kau menusuk ku."

Jordan menarik kepala monster itu sampai terpisah dengan tubuhnya, sebelum akhirnya jatuh pingsan.

Para monster yang tersisa sedikit memilih untuk mundur. Sedangkan Sabian dan yang lainnya berusaha memapah Jordan kembali ke istana.

Sampailah dikamar megah Sang Alpha, beberapa Witch yang hebat kini berkumpul diruanganya.
Mereka adalah Witch penyembuh layaknya dokter didunia manusia.

Seorang gadis yang melihat saudaranya terbaring lemah hanya bisa menangis.

"Monster itu menggunakan racun, untuk sembuh dari racun ini membutuhkan waktu 14 hari untuk kembali sadar." ucapan salah satu Witch.

"Saya akan rutin membuat ramuan untuk Alpha dan biarkan beliau istirahat. Saya izin pamit undur diri Nona."

Kemudian para Witch itu pergi, tersisa lah gadis itu, beserta Beta dan Gamma.

# TBC

The WolfWhere stories live. Discover now