#14

15.1K 1.5K 6
                                    

Author's Pov

Dikamar yang megah ini hanya terdapat Jordan yang terbaring lemah dan Dean yang duduk disisinya.

Dean terus menatap wajah Jordan yang kini sedang tertidur.

Dengan ragu Dean memegang tangan Jordan, "Maaf ya aku pegang tanpa izin." Dean mengelus tangan Jordan yang lebih besar dari miliknya. Dean sangat menyukai tangan Jordan.

Memperhatikan wajah Jordan dengan teliti, membuat senyum Dean terukir diwajahnya. Bahkan tidak sadar Dean memegang pipi Jordan.

"Tampannya astaga." mengambil kesempatan dalam kesempitan Dean menaruh kepalanya di dada Jordan sambil menatap wajahnya.

"Maaf karena lancang." 

Telunjuk Dean kini menyusuri pelan hidung mancung milik Jordan.

"Baiklah sepertinya aku mulai tidak waras." Dean tersadar apa yang dia lakukan sudah kelewatan, berniat pergi sebelum dirinya menjadi-jadi.

Saat berdiri, langkahnya tertahan dikarenakan seseorang menarik tangannya. Dean terjatuh tepat disebelah Jordan. Sekarang Dean merasakan salah satu tangan melingkar di pinggang nya, dan menariknya keatas tubuh orang itu.

"Jordan. . . kamu sudah bangun?"

Dean gugup, saat ini dirinya sedang tengkurap diatas tubuh laki-laki. Bahkan Dean dapat merasakan hembusan nafas Jordan di wajahnya.

"Aku rela terkena racun setiap hari jika ketika bangun aku melihat kamu, Deana." Jordan tersenyum menatap wajah Deana yang kini berada diatas wajahnya.

"Jordan tolong lepaskan, bagaimana jika ada yang melihat?!"  ucapan Dean dengan wajah merahnya.

Jordan menggeleng pelan, "Tidak akan ada yang berani melangkahkan kakinya kesini."

"Ya walaupun begitu tolong lepas karena," ucapan Dean terhenti karena dia ragu untuk mengatakanya.

Jordan menaikan satu alisnya, "Karena?"

Dean menutup matanya, kemudian menundukkan kepalanya, "Malu. . ." cicit  Dean.

"Malu kenapa? Bahkan aku menyukai saat tangan mungil mu menyentuh tanganku, membelai wajahku. Aku menyukai apapun yang kau lakukan, Deana."

Wajah Dean merah merona, dia terus menduduk malu.

"Aku pikir kamu pasti memiliki banyak kekasih karena mulut manismu itu." kata Dean dengan ketus.

Jordan tertawa kecil, "Aku belum pernah memiliki kekasih, Deana... Dirimu adalah yang pertama dan terakhir untukku."

"Jordan stop berksta man-" belum sempat Dean menyelesaikan perkataannya, Jordan membalikan tubuhnya membuat tubuh Dean berada dibawah dirinya.

"Jordan, apa yang kau lakukan?"

"Deana, aku mencintai mu. Apakah kamu mencintai ku?"

Dean terkejut, terdiam sebentar berpikir, "Entah, aku tidak tahu tapi aku selalu memikirkanmu, dan mengkhawatirkan mu mungkin aku mulai menyuk-" lagi lagi saat Dean belum menyelesaikan perkataannya, Jordan membuat dirinya tidak bisa berkata-kata.

Merasakan sesuatu yang menempel pada bibirnya, membuat Dean membelakan mata. Apa yang sedang dirinya lakukan?

Jordan memperdalam ciumannya dengan lembut, tangannya mendorong cekuk kepala Dean untuk memperdalam ciumannya, dengan lihai lidah Jordan bermain didalam sana. Dean menutup matanya, merasakan kelembutan yang Jordan berikan kepadanya.

Dean memukul bahu Jordan, untuk menandakan bahwa dirinya membutuhkan oksigen.

"Maafkan aku Deana, bibirmu sangat manis dan lembut sampai aku lupa membuatmu bernafas."

The WolfWhere stories live. Discover now