#22

13.3K 1.2K 2
                                    

Saat sudah larut malam Jordan berpamitan karena harus segera kembali ke Lightmoon pack.

Dean mengantar Jordan ke depan. Sudah ada mobil yang sudah menunggu disana.

Sebelum berjalan ke mobil Jordan berdiri menghadap Dean, mengambil kedua tangan Dean.

"Perkataan Neta tadi jangan terlalu dipikirkan. Aku tidak apa-apa, jangan pernah memaksakan dirimu Deana. Tetap jalani harimu seperti biasanya, tetap tersenyum, tetap bahagia, aku mencintaimu." sampai kemudian Jordan mengecup bibir Dean, lalu tersenyum lembut.

Sebelum akhirnya Jordan berjalan ke ar
arah mobil, meninggalkan Dean yang masih terdiam.

Mobil yang Jordan naiki akhirnya pergi.

Dean kembali masuk kedalam rumahnya, akan tetapi tidak langsung masuk ke kamar melainkan ke taman milik ibu nya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Dean memikirkan semua perkataan yang ibunya ucapkan. Entah apa yang harus Dean lakukan.

Keesokan harinya seperti biasa Dean pergi ke sekolah namun kali ini Dean tidak berangkat bersama Jordan.

Tadi pagi Jordan mengabarkan kalau dirinya akan terlambat datang dikarenakan ada urusan yang harus ia selesaikan dan menyuruh Dean untuk pergi ke sekolah tanpanya.

Dean berjalan menuju kelasnya, terlihat tiga sejoli yang sedang berdiri didepan pintu kelas. Mereka adalah Daniel, Rehan dan Azre.

Seperti waktu itu Dean mencoba mengendap-endap ke arah mereka. Berniat untuk memberi kejutan kepada mereka.

Namun saat Dean ingin berteriak, mereka bertiga menoleh secara serentak yang membuat Dean terkejut setengah mati.

"MENYEBALKAN." Dean menghentakan kaki kemudian masuk kedalam kelasnya.

Sedangkan mereka bertiga terbahak melihat tingkah Dean.

Hari ini kelas Dean dan Rehan sedang melakukan ujian mingguan, dan tentu saja mereka berdua sedang kalang kabut mengerjakan kertas tersebut. Karena mereka berdua tidak tahu untuk mengisi kertas kosong itu dengan apa dan terlebih waktu yang tersisa tidak lah banyak.

Rehan menyiku tangan Dean, untuk memberi kode jawaban yang dia dapat dari bangku lain.
Sedangkan Dean dengan cepat menangkap kode tersebut dan menyalinnya.

"Pssst, gimana kalau kita isi bentuk S? Kamu bentuk normal aku mirrornya." bisik Dean pada Rehan.

Rehan menjawab nya dengan ibu jarinya yang mengangkat.
Ini lah mengapa mereka berdua berteman, dan selalu mendapatkan nilai yang kurang bagus.

Rehan dan Dean mengisi jawaban mereka dengan mengikuti bentuk huruf S, tanpa ragu pula mereka mengumpulkan kertas tersebut.

Bel istirahat berbunyi.

Rehan dan Dean bangkit dari tempat duduknya menuju kelas Daniel dan Azre.

Seperti biasa mereka akan pergi ke kantin.

Sebelum itu Dean izin untuk pergi ke kelas Jordan untuk mengajaknya bergabung. Berpisah dari teman-teman nya, Dean berjalan santai menuju kelas Jordan.

Sampai langkahnya terhenti karena tangan dicekal oleh seseorang.

Dean menoleh, menempati Arnes yang kini memandanginya.

Ah mungkin Arnes ingin menanyakan tentang tugas yang ia berikan.

"Tugasnya sudah ku selesaikan dan ku kirim ke sekertaris, apa ada yang kurang?"

Tanpa menjawab, Arnes menarik  dan mengajak Dean ke suatu tempat.
Tangga demi tangga dilewati dapat Dean tebak Arnes mengajaknya ke rooftop.

Dean mengerutkan keningnya, ada apa Arnes membawanya ke rooftop.

Sampai di rooftop Arnes mendorong tubuh Dean ke tembok dan mengunci dengan kedua tangannya.

"Apa kau tidak pernah melihat ku?" tanya Arnes.

Dean bingung dengan maksud pertanyaan Arnes, Dean tidak buta untuk tidak melihat tubuh gagah Arnes.

"Aku tidak buta, sekarang pun aku melihatmu. Menyingkirlah aku harus menemui Jordan."

"Jordan jordan jordan, kenapa kau selalu bersamanya? Aku lebih mengenalmu lebih dulu darinya, tapi kenapa kau tidak pernah melihat kehadiranku Dean?" kini napas Arnes memburu, intonasinya berubah sedikit meninggi dan menekan.

Dean memutar matanya dengan malas, "Aku tidak mengerti, dan aku ingin pergi."

Arnes menatap mata Dean dengan dalam, sambil memajukan kepalanya secara perlahan.

Dengan cepat Dean melengos, "Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!" Dean berteriak berharap ada yang mendengar nya.

Tangan Arnes kini menangkup wajah Dean dan mendekatkan wajah Dean dengan paksa.
Dean mencoba memberontak bahkan Dean msembungkam mulutnya dengan satu tangan, sedangka  tangan lain menahan tubuh Arnes.

Terus memberontak, sampai akhirnya Dean menendang bagian inti dari Arnes. Dan saat itulah Arnes melepaskan Dean.

Dengan cepat Dean menampar Arnes, "Brengsek!" sebelum akhirnya Dean pergi meninggalkan rooftop.

Saat ingin turun Dean melihat Jordan yang kini berlari kearahnya. Dean terkejut saat Jordan menghampirinya dan langsung memeluknya.

"Mana dia?! Laki-laki sialan akan ku habisi dia sekarang karna berani menyentuhmu!" Jordan memeluk Dean dengan posesif.

Tentu saja Dean tidak akan membiarkan Jordan bertemu dengan Arnes.

"Aku tidak apa, sekarang kita pergi ke kantin ya aku lapar."

Jordan menarik napasnya kemudian menghembuskan dengan pelan mencoba menahan amarah nya karena gadisnya sedang lapar.

Dengan lembut Jordan menggenggam tangan Dean lalu pergi dari tempat itu.

Jordan merasa bersalah karena tidak dapat menjaga Dean. Sedari tadi Jordan terjebak dalam rapatnya, sampai akhirnya Jordan mendengar teriakan Dean. Saat mendengar itu Jordan berlari tidak peduli dengan para tertua yang hadir di rapat itu.

Sampai dikantin Dean duduk dengan santai dihadapan teman-temannya. Sedangkan Jordan menatap dingin mereka bertiga.

Rehan, Azre, dan Daniel hanya melihat satu sama lain sambil kebingungan.

"Kalian tidak berguna."   Jordan memindlink mereka bertiga.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang