#29

11.6K 1.1K 2
                                    

Jordan melihat Dean yang sedang melamun dibalkon hendak menghampirinya. Namun Jordan masih ingin berdiam diri menatap Dean dari belakang.

Tidak yakin jika mate-nya merupakan seorang manusia biasanya. Jordan pikir Dean akan cocok jika menjadi bangsa fairy atau malaikat.

Dean adalah perempuan paling cantik yang pernah Jordan temui. Jordan benar-benar mencintai Dean dengan sepenuh jiwa raganya.

"Deana." panggil Jordan.

Mendengar hal itu Dean tersadar dari lamunannya dan membalikan badan.

Jordan tersenyum dengan hangat dan berseri, sedangkan Dean hanya terdiam tenggelam dalam pikirannya.

Jordan sangat membenci sesuatu yang mengganggu pikiran Dean. Entah apa itu, menimbulkan wajah murung Dean sangat menyebalkan.

"Apa yang mengganggu pikiranmu Deana?"

Jordan menarik tangan Dean dengan pelan dan mengajaknya duduk disalah satu sofa diruangannya.

Jordan menarik Dean duduk dipangkuannya.

"Apa benar kamu sudah hidup ribuan tahun?" tanya Dean.

Jordan mengangguk sebagai jawaban.

Dean menghela napasnya dan memandang Jordan dengan lesu.

"Boleh aku tahu siapa saja mantan mate kamu itu? Atau jika tidak bisa kau singkirkan barang-barang bekas mate-mu itu, dan sekaligus pertanyaan terakhir karena aku malas mengulang," jeda Dean sambil menarik napas, karena ketika dia mengatakan hal tersebut membutuhkan keberanian yang besar.

Jordan tersenyum jahil dan masih menunggu Dean melanjutkan pertanyaannya.

"Aku manusia biasa tidak dapat hidup ribuan tahun untuk menemanimu, setelah aku mati nanti apa kamu akan mencari mate baru lagi?"

Jordan mengangguk-ngangguk pelan, "Hm bagaimana aku menjelaskanya ya."

Dean tidak sanggup mendengar jawaban dari Jordan, memilih memeluk leher Jordan untuk menyembunyikan wajahnya.

Ternyata seperti itu, ya Dean harus mengerti bahwa dirinya bukanlah satu-satunya.

Dean mengeratkan pelukannya.
Jika boleh egois, dia tidak sudi orang lain memiliki Jordan.

Melihat Dean murung karena hal itu membuat Jordan hilang akal dengan kegemasan yang dimiliki Dean.

Jordan menahan tawanya. Sambil mengelus-elus punggung Dean.

Wanitanya ini astaga sangat menggemaskan.

"Deana, aku memang hidup ribuan tahun akan tetapi takdirku cuma satu yaitu dirimu." Jordan akan menjawab setiap hal yang Dean pertanyakan tentang dirinya.

"Aku sudah pernah mengatakan, kamu adalah pertama dan terakhir untukku, meski ribuan tahun lamanya aku menunggu kehadiranmu itu tidak masalah, dan untuk manusia biasa jika sudah melakukan penandaan itu akan membuat sebagian darahku mengalir ditubuhmu dan itu membuat kamu juga dapat hidup ribuan tahun tanpa cepat menua." Jordan mengecup pucuk kepala Dean.

"Dan itu tidak gratis, kau harus menemaniku sepanjang hidupmu dan aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi meninggalkanku, Deana."

Jordan menjelaskan secara ringkas agar Dean dapat mengerti maksudnya.

"Aku mencintaimu." lirih Dean.

Jordan tersenyum senang karena dirinya telah membuat sang pujaan hati menaruh hati padanya.

"Apa? Kau mengatakan sesuatu?"

Dean tidak menjawab, karena masih malu dengan pertanyaan yang dirinya ajukan.
Setelah mengalahkan gengsinya.

"Oh iya itu barang-barang baru yang aku siapkan untukmu, belum dikenakan siapapun."

Dean hanya diam.

"Selalu ingat Deana, bahwa kau satu-satunya wanita yang aku cintai selain ibuku."

Dean tetap diam, mendengar semua perkataan manis yang Jordan lontarkan membuatnya semakin tersipu.

"Baiklah, dengan senang hati memangkumu sepanjang hari."

Dean tidak peduli, entah sampai kapan haruskah dia pura-pura tidur? Tidak mungkin Jordan bisa tahu akan hal itu. Siapapun tolong Dean untuk mengakhiri situasi saat ini.

Memikirkan berbagai rencana, haruskah Dean tiba-tiba bangkit lalu keluar? Tidak, dia bisa kesasar.
Bagaimana dengan kamar mandi? Tidak mungkin, setelah ke kamar mandi dia harus apa?

Tapi bukan ide yang buruk. Haruskah dia coba? Tapi akan jadi sangat aneh sepertinya.

Tiba-tiba saja Jordan mencoba untuk melepaskan pelukan Dean dengan pelan.
Lalu menatap Dean dengan lembut, mengecup bibir Dean sekilas.

"Sudah waktunya makan, dan aku harus mengerjakan beberapa hal, Deana." Jordan tersenyum, "Nanti malam kita lanjutkan, bagaimana?" Jordan mengedipkan matanya.

"Ya, didalam mimpimu."

Akhirnya Dean bisa bangkit dari tempatnya tanpa melakukan rencana apapun.

Dean hendak pergi terlebih dahulu untuk pergi ketempat makan meninggalkan Jordan.
Saat ingin membuka pintu, Dean tidak bisa melakukannya.

Ya, Jordan hanya mengganti knop pintu tapi tidak dengan pintu besar miliknya.

Dean berbalik badan, "Aku tidak bisa membukanya ini terlalu berat."

Dean sedikit terkejut ketika melihat Jordan dihadapannya, Jordan memakai Jubah berbulu dan mahkota dikepalanya. Sangat tampan dan berwibawa. Untuk pertama kalinya Dean melihat penampilan Jordan seperti ini.

Jordan terkekeh, Lalu berjalan menghampiri Dean yang memandanginya.
Kemudian membukakan pintu untuknya.

"Tandanya kau tidak akan bisa pergi tanpa izinku Deana." ucap Jordan lalu berjalan mendahului Dean.

Jordan berjalan dengan gagah, Dean mengikutinya dari belakang. Memandangi punggung Jordan dengan jubah miliknya. Dimasa dulu Dean melukan kebaikan apa sampai bisa mendapatkan Jordan?

Jordan menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang.
Mengambil kembali jemari yang memiliki keharusan untuk berada digenggamannya.

"Seorang Luna harus selalu berada disamping Alphanya, bukan dibelakang."

#TBC

The WolfWhere stories live. Discover now