#35

11.8K 1K 2
                                    

Saat ini di kastil semua orang sedang sibuk menyiapkan acara pernikahan untuk Jordan dan Dean. Terutama adik perempuan Jordan yaitu Jane.

Jane begitu semangat ketika tahu Dean sudah menyetujui untuk menikah. Senyum dari wajahnya tidak pernah pudar ketika mendengar hal itu.

Semua persiapan diarahkan atas perintah Jane, Dean mengatakan bahwa Jane bebas mengatur karena Dean tidak terlalu tahu mengenai acara acara seperti ini.

Kini Jane sedang berada disalah satu butik ruangan yang sudah tersedia gaun-gaun yang akan Dean kenakan.

"Aku tidak ingin terlalu megah hanya simple saja Jane, karena akan merepotkan."

Itu yang Dean katakan mengenai gaun. Dan sesuai permintaan Dean, Jane akan mencarikan gaun yang menurutnya sangat simple.

Jane melihat gaun putih panjang yang disediakan sedikit terbelalak. Bagaimana bisa mereka menyediakan gaun seperti ini untuk pernikahan seorang Alpha?

"Hey aku meminta gaun yang simple bukan baju untuk keseharian!" titah Jane.

Para pelayan itu dengan cepat menyingkirkan gaun tersebut.

Jane bergeser ke gaun berikutnya. Jane menghela napasnya.

"Tema pernikahan kakak ku itu PUTIH! KENAPA ADA GAUN MERAH DISINI?!"

"Wow ini bagus tapi tidak, Dean mengatakan ingin gaun yang simple."

"Tapi ini terlalu simple!"

"Astaga ini cantik tapi Dean tidak akan ingin mengenakannya karna merepotkan."

"Kurang cocok."

"Terlalu tertutup."

"Terlalu biasa."

Jane terduduk lelah setelah mengatakan hal iti semua.
Seseorang menghampirinya dan memberikannya segelas air putih.

Jane menerimanya lalu menegak habis. Energinya terkuras hanya untuk mencari gaun yang akan Dean kenakan nanti.

"Ada perlu apa?" tanya Jane.

"Saya diperintahkan untuk menemani nona Jane." jawab Sabian.

Jane mengangguk, lalu kembali memperhatikan gaun-gaun yang ada dihadapannya.
Memerlukan dua gaun untuk acara janji suci dan resepsi.

Sampai dirinya melihat satu gaun yang berkilapan dibawah cahaya. 'Itu dia!' pikir Jane.

Dengan cepat ia bangkit lalu memeriksa setiap inti bagian gaun itu.
Tidak ada masalah. Jane tersenyum puas.

Namun senyum itu luntur ketika mengingat bahwa dirinya baru menemukan satu gaun.

Baiklah pekerjaanya masih sangat banyak.

Sepertinya Jane tidak akan tertidur sampai hari pernikahan itu selesai.

Sedangkan didalam ruangan yang sangat tenang, Dean kini duduk dengan manis dipangkuan Jordan sambil menyenderkan kepalanya didada bidang milik Jordan.

Dan yang Jordan lakukan hanya membolak-balik berkas sambil mengelus punggung milik Dean.

Sebenarnya Dean sudah bersikeras untuk membantu Jane melakukan persiapan pernikahannya.

Tapi Jordan melarangnya dengan berkata, "Tidak, kamu memiliki tugas untuk menemaniku Deana."

Ya disinilah Dean berakhir. Menemani Jordan yang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.

Jika bukan bersama Jordan mungkin Dean sudah mati karena rasa bosan.

Ah mengenai pernikahannya. Dean tidak menyangka akan secepat ini. Besok dirinya akan menyandang status sebagai seorang istri.

Sebenarnya Dean sedikit bingung. Jordan mengatakan bahwa mereka akan menikah lusa. Dan bagaimana dengan persiapan pernikahan yang hanya disiapkan dalam kurun waktu 1 hari?

Sesederhana apapun pernikahan akan merepotkan menyiapkannya dalam waktu 1 hari.

Dan sudah sudah satu hari berlalu. Yang artinya besok adalah hari pernikahannya. Dean merasa sangat bersalah kepada Jane yang bersikeras menyiapkan pernikahannya.

Kini Dean memandangi laki-laki yang akan menjadi suaminya.
Waktu berlalu dengan sangat cepat.
Tidak lebih dari satu tahun mereka bertemu dan memutuskan untuk menikah diusianya yang muda.

Merasa sedikit gugup dan gelisah entah kenapa.

Tapi saat bersama Jordan dan mengingat kembali bagaimama Jordan menjaganya. Membuat Dean merasa sangat aman dan nyaman disisinya.

Dean tersenyum simpul. Mengingat bagaimana saat pertama kali mereka bertemu.

Bagaimana Dean bisa jatuh cinta dengan Jordan dalam waktu yang sangat singkat.

Banyak sekali kenangan-kenangan indah yang Dean miliki bersama Jordan. Meskipun hanya sebentar, dan kini Dean akan hidup bersama Jordan. Akan ada banyak kenangan-kenangan indah yang mereka buat.

"Sudah puas memandangiku, Deana?" tanya Jordan yang memerkogi Dean sedang menatapinya.

Dean tersenyum lebar, "Belum, akan sayang wajah tampan dihadapanku disia-siakan."

"Baiklah, aku tidak akan mengganggu untuk kamu menikmatinya Deana." Jordan mengecup bibir Dean sekilas.

Dean memejamkan mata dan tersenyum menerimanya.

Menjalin kisah romansa adalah hal yang baru untuk Dean. Dirinya sangat bersyukur atas bagaimana dirinya bisa mengenal dan bersama Jordan untuk pertama kalinya.

Mendengar bagaimana banyak kurang beruntungnya kisah romansa yang dimiliki orang lain di internet membuat Dean merasa sangat beruntung.

Dipikir-pikir Dean sudah lama tidak bermain gadget saat tinggal di kastil ini.

Sangat menakjubkan bukan. Dean tidak membutuhkan gadget saat menjalani kehidupan bersama Jordan. Karena selalu bersamanya, dan menikmati waktu berdua.

Sebenarnya Dean sedikit penasaran dengan bagaimana kehidupan seorang manusia serigala.
Meskipun Dean pernah membaca buku yang Jordan berikan, jujur Dean tidak terlalu mengingatnya.

Dan Dean mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin dia tahu. Karena pasti Jordan akan lelah mendengar semua pertanyaannya.

Lagi pula Dean juga akan tinggal dan hidup bersama Jordan.
Biar waktu sendiri yang akan menjelaskannya pada Dean.

#TBC

The WolfWhere stories live. Discover now