#7

18.7K 1.7K 3
                                    

Author's Pov

Setelah kembali ke kelas dengan suasana hati yang buruk. Dean menatap bangku kosong disebelahnya.

"Rehan gak masuk ya?" gumam Dean.

Kini Dean bingung, jika tidak ada Rehan maka hari ini akan menjadi sepi sekali dikelas mengingat dirinya tidak memiliki teman selain Rehan.

Menjalani kelas dengan suasana hati yang buruk, karena Dean terus terpikirkan oleh bayang-bayang laki-laki aneh itu Jordan.

Sampai akhirnya bel istirahat berbunyi.

Dean menunggu kehadiran Azre dan Danil, seperti biasa mereka berdus pasti akan ke kelas ini. Begitulah prediksi seorang Dean.

Akan tetapi setelah menunggu lama, mereka tidak muncul. Akhirnya Dean memutuskan untuk pergi mencari mereka.

Dan saat Dean tiba dikantin, disana sudah ada Azre, Danil dan satu orang yang Dean tidak ketahui namanya.

"Rehan gak masuk, dan kalian pergi ke kantin tanpa aku." ucap Dean yang sembari duduk.

"Maaf De, lupa." kata Daniel.

Azre melihat tangan Dean yang merah berinisiatif bertanya, "Tangan kamu kenapa, De?"

Dean memperlihatkan tangannya. "Ini? Karna aku nampar orang."

Daniel tertawa, "Loh kenapa? Banyak tingkah sih."

Dean memutar bola matanya, "Ya bayangin aja tiba tiba aku dipeluk dipanggil Mate Mate di endus endus. Masa iya aku hanya diam saja?"

Mendengar penjelasan dari Dean kini mereka bertiga menunjukan ekspresi terkejut.

"Kenapa kalian semua?"

Daniel yang terlihat kikuk, seperti dirinya menjadi tiba-tiba takut akan sesuatu.
Dan Azre yang mematung, tidak lupa juga yang berada disebelahnya setelah dibaca bernama Theo, kini menunduk.

"S-siapa yang kamu tampar?" tanya Danil.

Dan kebetulan dia mendapatkan si pelaku yang berjalan menuju ke arahnya. "Dia, Jordan."

Dan mereka semua terlihat tampak gusar.
Membuat Dean terheran-heran, "kalian kenapa sih?"

Tidak ada jawaban. Sampai akhirnya Jordan berdiri dihadapannya.

Tiba-tiba saja Jordan mengambil tangan Dean yang sedang sakit. "Apa sangat menyakitkan, mate?"

Dean benar-benar tidak habis pikir, "Mate lagi Mate lagi. Aku bukan Mate, Jordan! Aku DEANA !"

Dean menghempaskan tangan Jordan dengan cepat kemudian pergi. Mengurungkan niatnya untuk duduk dan makan bersama Daniel dan Azre.

Sementara itu Jordan menatapnya bingung dan sedih. Mate-nya mencampakkan dirinya.

"Kita ke atap." ujar Jordan kepada ketiga orang yang sedang duduk dihadapannya.

Dan mereka semua kini bangkit dan mengikuti Jordan dibelakang layaknya buntut.

Setelah memastikan tidak ada orang mereka menutup dan mengunci pintu, beberapa orang berjaga didepan pintu memastikan tidak ada yang mendekati pintu tersebut.

"Dia Deana Quinzel adalah Mate-ku, Luna kalian." ucap Jordan singkat.

Daniel dan Azre membulatkan matanya, tidak menyangka bahwa temannya adalah mate dari Alphanya.

Jordan melihat ke arah Azre dan Daniel, "Kalian memiliki saran bagaimana caraku mendapatkan hati Mate-ku? Aku tidak mengerti kenapa dirinya terus menjauhiku."

Azre menjawab pertanyaan Alphanya dengan sedikit gugup, "Seperti yang kita tahu, bahwa  Luna kita adalah seorang manusia biasa. Dia tidak mengetahui apapun tentang kita, bahkan mungkin dirinya tidak percaya dengan keberadaan kita. Dan tadi ku lihat, Luna tidak menyukai dengan panggilan anda Alpha. ."

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Azre melihat kearah Sang Alpha yang kini mengeraskan rahangnya.

"Yang dikatakannya benar bodoh, Mate kita pasti sangat ketakutan dan menganggap mu aneh. Jangan sampai Mate menjauhi kita, Jordan." Justin yang tiba-tiba mindlink Jordan, dan itu membuat Jordan coba untuk mengendalikan emosinya.

"Tidak, maksudku bukan berarti Luna tidak menyukai anda. Tapi dia tidak tahu apa itu Mate, karna dia adalah seorang manusia. Dekatilah dia dengan cara manusia. Dia mengira bahwa Mate adalah nama orang lain, dan anda terlalu agresif menurutnya Alpha."

Azre terlihat tegang, tidak tenang. Karna jika menyangkut dengan Luna apapun itu nyawa adalah taruhannya.

Jordan terlihat berpikir sejenak, menetralkan emosinya mengetahui bahwa Mate-nya tidak menyukai perlakuannya selama ini.

Di lain sisi, Dean kini membereskan mejanya yang penuh dengan kertas berkas. Hanya tinggal menunggu perusahaan itu mengambilnya.

Lalu Dean berjalan ke arah kelasnya mengingat jam istirahat yang kini akan berakhir.

Sejujurnya Dean sekarang merasakan lapar yang bukan main, karna sudah waktunya jam makan siang. Akan tetapi Dean tidak bisa makan dikarenakan orang yang aneh itu.

'tuk

Dean menabrak seseorang, yang bukan lain adalah Jordan.

"Deana, Aku ingin berbicara." ucap Jordan sambil menatap mata Dean.

Tentu saja Dean tidak menerimanya, mengingat kejadian tadi pagi dimana Jordan bertindak seenaknya pada dirinya, dan penyebab tangannya yang kini sakit.

"Gak bisa, aku sibuk."

Jordan menghela nafasnya, dan menyingkir dari hadapan Dean karna dirinya merasa bersalah pada Dean.

Mengalah untuk menghindari kebencian dari Mate-nya jika dirinya terus memaksakan.
Jordan berbalik badan hendak pergi, dan Dean tidak tega melihat laki-laki itu menunduk sedih.

Dean tau bahwa sepertinya Dean menaruh hati pada Jordan, tetapi kelakuan Jordan membuatnya tidak habis pikir.

Dean labil dia tidak mengerti kenapa dirinya tidak tega melihat Jordan seperti itu.

"Jordan." gumam Dean dengan sangat pelan.

Seperti memiliki pendengaran yang tajam Jordan segera membalikan badannya, "Iya Deana, ada yang kamu inginkan?"

Deana terkejut kita melihat Jordan yang mendengar panggilan nya.

"Mau bicara apa?"

Terlihat ukiran senyum di wajah Jordan yang terlihat sangat sulit untuk disembunyikan.

# TBC

The WolfWhere stories live. Discover now