#18

13.5K 1.3K 4
                                    

Terlihat seorang gadis yang saat ini sedang sibuk memilih baju yang akan ia pakai. Mengingat sang pujaan hati menyuruhnya untuk bersiap dipagi hari, senyuman tak luntur dari wajahnya saat memutar memori kemarin.

Ting'ting' bunyi notif dari ponselnya. Dengan cepat Dean mengambil ponselnya itu karna mengira notif itu dari Jordan.

Sayang sekali saat melihat nama yang muncul dari Homescreennya. "Arnes"

"Astaga, padahal hari ini hari libur." sepertinya Dean menyesal sudah mengikuti organisasi ini, mendapat tugas mendadak dan di hari libur merupakan hal yang menyebalkan.

Saat ini Dean masih resmi menjadi anggota organisasi itu sampai nanti hari untuk melepaskan jabatannya.

Dengan berat hati Dean yang kini sudah rapih dengan penampilannya kembali membuka laptopnya sebentar, dan menyelesaikan tugas nya.

Berniat menunggu Jordan dibawah, dirinya malah terkejut bahwa laki-laki itu sudah ada disana sedang menyeruput segelas teh.

Laki-laki tampan dengan baju casualnya, Dean mimpi apa bisa bertemu dengan laki-laki seperti ini.

"Sudah lama nunggu?" tanya Dean sambil berjalan kearah Jordan.

"Sekitar setengah jam yang lalu." jawab Jordan.

Dean duduk disebelahnya, "Kok gak bilang?" belum sempat Jordan menjawab, wanita paruh baya yang baru saja muncul dari dapur sambil membawa masakannya mengeluarkan suara. "Tadi mama udah panggilin keatas, kamunya gak denger sibuk sama laptop."

Dean menepuk dahinya, "Maaf yaa, tadi Arnes kirim tugas mendadak."

Jordan tersenyum lembut, "Tidak masalah Deana." lalu mengelus rambut Dean.

"Yasudah sarapan dulu sebelum jalan, mama udah masakin nih."

Mereka berdua mengangguk, dan mengambil makanan tersebut.

Setelah makan Jordan dan Dean segera izin pamit untuk pergi.

Jordan membukakan pintu mobil untuk Dean sambil tersenyum manis. Saat masuk mobil seperti biasa sudah ada seseorang yang selalu berada dikursi depan untuk mengendarai mobil ini, "Hai Zion!" sapa Dean.

Pria bernama Zion menunduk hormat, "Selamat pagi Lun- maksudku Dean."

Jordan masuk kedalamnya dan duduk disebelah Dean. Seperti biasa tangannya selalu menggenggam jemari Dean seakan tidak ingin melepasnya.

Mobil itu jalan menuju suatu tempat yang Dean sendiri tidak tahu dirinya akan dibawa kemana.

Saat perjalanan Dean selalu memperhatikan wajah Jordan, bagaimana bisa laki-laki setampan Jordan menyukai gadis seperti dirinya.
Jordan pun selalu sadar bahwa gadisnya ini sedari tadi melihat kearahnya namun memilih untuk diam, karna merasa sangat senang jika gadisnya selalu melihat dirinya.

Sampai lama-kelamaan dirinya menjadi gugup, "Berhenti menatapku Deana, aku tahu aku tampan."

Dean mengangguk setuju, "Itu yang aku pikirkan, kenapa laki-laki sepertimu bisa menyukaiku? Banyak gadis yang lebih cantik dan cocok bersanding denganmu daripada diriku."

"Tidak ada gadis cantik selain Deana dimataku."

Blush, mendengar itu Dean langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Jantungnya berdegup sangat kencang, Jordan memang selalu dapat membuat jantungnya seperti ini setiap saat.

Sedangkan Jordan dapat mendengar suara jantung milik Dean yang berdegup sangat kencang, ia menyukai suara dentuman itu.

Tanpa disadari mereka sudah sampai ditujuan Jordan mengajak Dean untuk keluar dari mobil, lalu menuntunnya untuk pergi ke suatu tempat.

Tempat seperti taman kecil yang dipenuhi bunga, dan kupu-kupu tentunya. Bahkan terdengar suara arus air, mungkin ada sungai kecil disekitara sini.

Jordan mengajak Dean untuk duduk bersamanya diantara bunga bunga yang indah.
Dean mengambil sepotong bunga berwarna biru yang berada didekatnya, cantik sekali.

Jordan dengan perasaan gusar menatap wajah Dean, "Aku ingin memberitahu mu sesuatu, mungkin kau akan sedikit terkejut, tidak percaya padaku, atau mungkin dapat menjauhiku karna takut. Tapi percayalah aku tidak akan menyakitimu," belum melanjutkan perkataan nya Dean langsung memotong pembicaraan.

"Langsung saja, ada apa?" tanya Dean sambil memainkan kelopak bunga yang ada ditangannya.

Dengan helaan yang panjang, "Aku seorang werewolf."

Dean menatap Jordan terkejut membulatkan matanya, namun sedetik kemudian tawanya pecah.

"Kamu ini ada ada aja, aku pikir mau bicara serius." Dean tertawa keras sambil memegang perutnya yang terasa sakit karna terlalu banyak tertawa.

"Aku tidak bercanda Deana." ucap Jordan dengan nada tegasnya.

"Iya iya iya, jadi laki-laki didekatku sekarang ini seorang werewolf." ledek Dean dengan masih nada tertawanya.

Jordan mengarahkan wajah Dean dengan pelan, "Lihat mataku." menunjukan matanya yang dapat berganti warna dengan cepat.

Dean terdiam saat melihatnya.

"Saat mataku berwarna merah, dia adalah sosok serigala ku bernama Justin."

Dean masih mencerna apa yang dia lihat dan dengar dari penjelasan laki-laki yang berada dihadapannya.

"Jordan jangan bercanda."

Jordan mengacak rambutnya kasar, "Aku sudah bilang, aku tidak bercanda Deana."

Dean menggeleng, "Kamu masih terbayang film kemarin pasti ya."

Jordan berdiri menghadap Dean kemudian menjauh sedikit darinya, dan membuka bajunya. Hal itu membuat Dean terkejut, "Kamu mau ngapain?!" astaga Jordan kini berdiri shirtless dihadapannya.

Namun Jordan tidak menghiraukan hal itu, sekarang dirinya memanggil Justin untuk keluar.
Kreek, bunyi tulang Jordan yang mengalami perubahan. Sedangkan Dean membelakan matanya melihat kejadian yang berada didepannya.

Sekarang seekor serigala besar bermata merah berjalan kearahnya dengan gagah. Sedangkan Dean mundur ketakutan.

Pandangannya mulai buram, apa yang ia lihat pasti hanya halusinasi.

"Hai mate!" itu adalah sesuatu yang Dean dengar terakhir kali sebelum dirinya kehilangan kesadaran.

# TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang