#24

12.9K 1.1K 2
                                    

Dipagi hari Dean sedang mengecek ponselnya, berharap Jordan menghubunginya. Meskipun itu adalah hal yang mustahil.

Dean sangat merindukan laki-lakinya itu. Sudah beberapa hari dirinya tidak bertemu Jordan.

Apa Jordan sudah tidak lagi mencintainya dan ingi menjauhi dirinya, hal yang sangat Dean benci untuk dipikirkan namun terus menerus muncul.

Kncok knock knock

Suara ketukan yang berasal dari luar jendela.
Dean tersenyum, sepertinya sosok yang ia rindukan kini mendatanginya.

Dengan cepat Dean membuka jendelanya, dan benar saja ia adalah Jordan.

Dean segera memeluk Jordan dan mendekapnya dengan erat.

Jordan yang terkejut mendapat perlakuan mendadak dari Dean tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa membalas.

Tersenyum mengetahui bukan hanya Jordan yang merindukan disini ternyata mereka saling merindukan.

Dan setelah beberapa saat kemudian Dean melepaskan pelukan, lalu menatap Jordan dengan tajam.

"Wow wow tenang Deana."

Jordan mengambil tangan Dean yang kini melingkar dilehernya, menuntun Dean untuk duduk dipinggir kasur.

Sedangkan Dean terus menatap Jordan dengan tajam menuntut penjelasan dari dirinya.

Jordan menyenderkan dirinya dikasur milik Dean, "Ah aku sangat merindukanmu Deana." dengan wajahnya yang merasa tidak bersalah Jordan menarik Dean kedalam dekapannya.

Dean yang kesal melepaskan diri kemudian duduk tepat diatas perut rata milik Jordan.
Membuat wajahnya sejajar dengan milik Jordan dan menatapnya dengan kesal.

"Apa kau sudah tidak mencintaiku? Apa kau bertemu dengan mate lain?" tanya Dean sambil mencengkram kerah milik Jordan.

Melihat wajah kesal milik Dean membuat Jordan ingin menciumnya. Sangat menggemaskan.

Jordan tertawa kecil, "Tidak mungkin hal itu terjadi Deana, maaf karena ada beberapa urusan dikastil yang tidak bisa aku tinggalkan."

Membelai lembut rambut lurus milik Dean menatapnya dengan hangan, "Jadi kapan kau akan bisa ikut dengan ku? dan menikah dengan ku?"

Dean terdiam, dia bingung.
Ini semua terlalu dini baginya.

"Aku masih terlalu muda Jordan, bagaimana jika tunggu setidaknya aku lulus?"

"Hm, baiklah terserah saja yang penting aku selalu bersama mu." Jordan menyerah dengan keputusan Dean.

Dia tidak ingin Dean merasa terterkan olehnya, Jordan akan memberi Dean kebebasan asal dirinya bisa selalu bersama Dean.

Jordan memeluk Dean dan menghirup aroma mate-nya yang sangat memabukan.

Dean yang sangat merindukan Jordan membalas pelukannya dengan erat. Sepertinya Dean sudah sangat jatuh cinta dengan Jordan. Meskipun mereka masih terhitung baru kenal.

"Aku bosan, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" ajak Dean.

Jordan menyiritkan dahi, "Tidak seperti biasanya, kau demam?"

Dean menggeleng, "Aku hanya ingin kencan dengan kekasihku, apa tidak boleh?"

Jordan sedikit tersipu saat Dean menyebutnya dengan sebutan kekasih walaupun memang faktanya itu.

Jordan mengambil jemari Dean dengan lembut kemudian mengecupnya, "Dengan senang hati mate."

Setelah kejadian dirinya bertemu dengan Arnes, Jordan memiliki urusan dikastilnya dengan para pemberontak.

Jordan tidak memiliki waktu untuk mengurus hal lain selain para pemberontak yang tidak tahu diri itu. Bahkan Jordan tidak bisa menemui sang pujaan hati karna mereka.

Jordan sangat merindukan Dean akan tetapi dirinya tidak bisa meninggalkan kastil.

Setela semua selesai bergegaslah Jordan menemui Dean hari ini. Jordan sedikit dikejutkan dengan sikap Dean yang sedikit agresif dan berterus terang, akan tetapi Jordan sangat menyukai hal itu.

Rasanya seperti ini adalah hari keberuntungan bagi Jordan.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang