PART 9. RINDU

118K 23.8K 11K
                                    

1 September 2021.

REKOR LAGI BII UP CEPET PREN.

PROK PROK PROK 🤸

ABSEN PAKE NAMA DOI ATAU BIAS.

JANGAN LUPA VOTE DAN SPAM COMMENT DISETIAP PARAGRAFNYA YA📍

UDAH SIAP?

Let’s go!

HAPPY READING
____________________

PART 9. RINDU

Cinta itu bukan hanya berbicara tentang kepemilikan, tapi juga tentang mengikhlaskan.

Digta Rey Ibrahim

***

Menjadi kelas XII memang menjadi tekanan tersendiri untuk beberapa peserta didik, bukan hanya karena ujian nasional tinggal beberapa bulan lagi. Tapi karena dimasa itu juga mereka harus memutuskan, akan kemana kaki mereka kembali melangkah. Bekerja? Kuliah? Atau memutuskan untuk menikah?

Tapi sepertinya pilihan ketiga itu tidak ada dalam daftar pilihan teman-teman Eza saat ini. Jangankan menikah, pacarpun rata-rata mereka tidak punya.

“Apa gue harus les ya,” kata Ucup.

Gilang menempelkan tangannya ke dahi Ucup. “Gak panas ko, ini syetan mana?”

“Serius gue.” Ucup memasang wajah kesal tapi terlihat cute andalannya.

“Tumben,” timpal Althar.

“Kita tuh harus jadi orang bro, coba tengok dimasa depan ada apa? Kita bisa berbuat apa? Bisa bermanfaat atau ngga buat orang lain, emang lo mau hasil jerih payah orangtua lo buat sekolahin lo tinggi-tinggi tapi sia-sia gitu aja? Ngga kan?”

“Setidaknya untuk saat ini tugas kita cuma harus belajar. Ya walaupun nilainya gak sebagus kaya Eza atau Althar, setidaknya nama kita masih aman di dalem KK.”

“Gue suka gaya lo.” Alip mengarahkan tangannya yang terkepal untuk bertos dengan Ucup.

“Harusnya tadi gue rekam dia ngomong apa, jadi kalau dia lagi gak waras bisa gue tunjukin,” kata Digta menyesal.

“Sialan lo Ta!”

Saat ini Egryon core tengah berada di rooftop sekolah SMA Exsa Dirgantara, tempat favorit mereka saat waktu istirahat tiba selain kantin.

“Beberapa bulan lagi gue bakal jadi apa ya?” tanya Digta menerawang.

“Jadi mayat,” kata Eza cuek.

Gilang melemparkan kaleng minumannya ke arah Eza “Serem goblok! Gue tampol nih muka lo.”

“Tapi emang gak ada yang tau kan.” Althar merespon.

“Ya tapi jangan jadi mayat juga tai! Apa ke gitu yang bagusan dikit,” Gilang kesal.

“Yaudah Jenazah.”

“Si Anjing!”  Ucup menyikut lengan Alip.

“Inget! omongan adalah do’a. hati-hati lo kalau ngomong.”

Eza memainkan rubiknya dengan datar. “Remember too, death can come anytime.”

***

Istirahat pertama, Aurin langsung menyerbu telur gulung Mang Eman di kantin Exsa, jajanan favoritnya semenjak sekolah disini.

Semangatnya selalu naik 2x lipat ketika sudah melihat telur ayam yang dikocok lalu disebar ke dalam minyak panas diatas wajan. Ia suka, sangat suka.

EZAQUEL [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now