For you who adores the darkness things
Ada yang mengatakan, jika hujan turun pada saat pemakaman seseorang berlangsung, itu tandanya mereka yang datang benar-benar berduka atas kematian orang tersebut. Bukan berarti kalau tidak turun hujan mereka tidak larut dalam kesedihan, hanya saja hujan turun tepat pada saat berlangsungnya pemakaman Anthony Ackerman, yang dikenal sebagai seorang seniman independen berperut buncit paling berpengaruh.
Selain seorang seniman, Anthony juga dikenal sebagai philanthropy sejati, yang tidak segan merogoh koceknya sendiri hanya untuk memberi makan anak jalanan. Menurut beberapa sumber, beliau selalu menyempatkan waktunya untuk datang ke acara amal yang diadakan para aktivis setempat. Dia merupakan satu dari ribuan pengusaha yang dinilai dermawan dan rendah hati.
Penyebab kematiannya sendiri dikarenakan alasan yang kurang masuk akal. Menurut kabar yang beredar, Anthony meninggal akibat terlalu sering mendengarkan musik cadas ketimbang Mozart yang disarankan para dokter. Dan menurut catatan medis rumah sakit di seluruh dunia, kasus seperti ini hanya terjadi satu berbanding sepuluh ribu.
Kematian Anthony meninggalkan berjuta warisan dan hasil karya seni yang fenomenal--tidak ada tandingannya. Sekitar tiga galeri seni di Kota New York berlomba-lomba menawarkan tempatnya demi memamerkan hasil karya sang seniman semasa hidup, yang kabarnya akan dilelang dengan harga selangit. Namun, satu-satunya harta yang paling berharga--yang tidak dapat dibeli dengan uang ataupun satu juta hektar kebun anggur--adalah anak perempuannya yang baru berumur enam belas tahun. Banyak pihak yang bersimpati atas nasib anak semata wayang Anthony, tidak sedikit pula yang merasa kasihan.
Arabella Alexia Ackerman--begitu yang tertulis di akta kelahiran--merupakan satu-satunya penerus keluarga Ackerman, sekaligus pewaris tunggal sebagian besar harta kekayaan Anthony Ackerman. Dalam seminggu terakhir, namanya mendadak menduduki posisi ketiga sebagai orang terkaya di bawah umur dua puluh lima tahun pada majalah Forbes.
Arabella kini hidup sebatang kara, tanpa saudara kandung yang terhubung ikatan darah. Ibunya meninggal pada saat umurnya baru menginjak empat tahun. Hanya sekelebat wajah cantik ibunya yang masih teringat samar-samar di dalam benaknya. Semenjak gadis itu menjadi yatim piatu, dia berusaha untuk tidak melakukan kontak kepada siapa pun di dunia ini, kecuali Lewis--mantan asisten pribadi ayahnya yang diduga tidak memiliki sehelai rambut di kepala--yang setia memayunginya selama pemakaman berlangsung.
"Nona, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Lewis waspada.
"Ya, aku baik-baik saja. Jangan pedulikan aku," jawabnya dengan suara parau. Wajahnya menunjukkan kesedihan teramat dalam, namun tidak sampai mengeluarkan air mata.
"Nona, saya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda setelah pemakaman berakhir." Lewis tidak dapat menahan perkataan yang sedari tadi dipendamnya, meski tahu saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang hak asuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella & The Waterhouse Family
FantasyMaukah kamu tinggal bersama keluarga yang memiliki kuburan di halaman belakang rumah? Atau makan malam bersama mereka dengan menu otak kelelawar? Jawabannya tentu saja tidak. Tetapi kamu tidak tahu apa yang dirasakan Arabella. Akibat surat wasiat ya...