Grave 31

14.9K 1.6K 437
                                    

Tepat pada pukul tujuh pagi musik klasik Beethoven menggema di seluruh sudut ruangan, dibarengi foto selfie Lewis yang memamerkan senyum ala model pasta gigi kurang laris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pada pukul tujuh pagi musik klasik Beethoven menggema di seluruh sudut ruangan, dibarengi foto selfie Lewis yang memamerkan senyum ala model pasta gigi kurang laris. Semua kegaduhan itu berasal dari ponsel Arabella yang diletakkan di atas meja nakas di sampingnya. Dengan setengah sadar gadis itu meraih ponselnya, namun setelah matanya menangkap foto selfie Lewis ia jadi sadar total.

"Bikin kaget saja fotonya," gerutunya sebal.

Dia sudah menduga akan mendapat masalah besar. Kabar kepindahannya semalam sudah tersebar sampai ke telinga Lewis yang berjarak ribuan kilo meter. Gosip cepat berkembang biak layaknya virus. Arabella sedikit tertegun mengetahui Lewis menelepon lebih cepat dari perkiraannya. Sementara itu Lewis bukan satu-satunya orang yang menganggap keluarga Johansson merupakan jelmaan iblis.

"Selamat pagi juga," kata Arabella lebih ke arah sarkastis. "Senang akhirnya kau menghubungiku. Bagaimana kabarmu?"

"Tolong beri aku penjelasan!" Suara Lewis bernada tujuh oktaf, nyaris membuat seekor burung merpati yang hinggap di jendela kamar menjerit. "Aku baik-baik saja. Aku harap kau juga begitu."

Arabella membenarkan posisi tidur menjadi telentang. Di atas langit-langit kamar, lukisan Claudie Monet terukir sangat indah. Di sana tergantung dua malaikat kecil tanpa sehelai benang terbang berlawanan arah di atas awan. Dia yakin akan keaslian lukisan klasik itu, lagipula keluarga Johansson alergi dengan barang imitasi. Mereka dapat dengan mudah mendapatkan karya dari pelukis ternama dunia kalau mereka mau. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, rumah yang ditempatinya merupakan satu dari puluhan rumah yang dimiliki keluarga Johansson di seluruh dunia. Banyangkan saja berapa banyak lukisan langka yang tersebar di masing-masing rumah mereka. Ironisnya mereka hanya menempati satu rumah tetap yakni di New York.

Kejadian di malam sebelumnya membawa Arabella ke kamar baru di rumah baru. Dinding berwarna putih berpadu dengan corak lavender membuat gadis itu sempat terperangah beberapa saat, belum lagi banyaknya perabotan antik menambah suasana semakin klasik. Sudah berbulan-bulan ia menempati kamar yang pantas disebut sebagai kamar mayat. Keluarga Johansson seakan tahu apa yang ia sukai. Setelah menanti cukup panjang akhirnya ia mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.

"Kepalaku jadi sakit akibat mendengar suaramu." Arabella menghela napas letih. "Lewis, aku tidak punya pilihan. Bisakah kau membayangkan jika berada di posisiku?"

"Uhm, maaf ... aku hanya sedikit terkejut mengetahui kau berada bersama mahkluk-mahkluk buas itu." Lewis berdecak. "Secara hukum kau tidak diperbolehkan berada di tangan orang yang tidak memegang hak asuhmu. Mereka tidak punya wewenang atas dirimu sebelum kau benar-benar sah berpindah tangan. OMG ... kau bukanlah barang lelang mereka."

"Tapi keluarga Johansson punya pengacara hebat dan mereka akan mengaturnya secepat mungkin," jelas Arabella meniru apa yang dikatakan Daisy di malam sebelumnya. "Aku tidak mau tinggal bersama keluarga Waterhouse lagi. Mereka berencana akan membunuhku cepat atau lambat."

Arabella & The Waterhouse FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang