Grave 11

14.7K 1.9K 114
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, hujan turun dengan sangat deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, hujan turun dengan sangat deras. Suara sambaran petir yang memekkakan telinga membangunkan Arabella dari tidur lelapnya. Sementara di sisi lain, seluruh keluarga Waterhouse tidur dengan sangat pulas. Seakan-akan petir itu merupakan sebuah lagu pengantar tidur yang menenangkan.

Bulir-bulir keringat membasahi dahi Arabella. Padahal suhu udara di sekitar kamarnya lumayan dingin. Dalam kondisi yang terjaga itu, dia merasakan napasnya bergerak naik turun, tanda bahwa mimpi buruk baru saja menyambangi alam bawah sadarnya.

Arabella bertemu kembali dengan sang ayah di dalam mimpi. Anehnya, ayahnya itu tidak mengatakan apa-apa selain mengeluarkan air dari kedua matanya. Sontak gambaran itu membuat Arabella menjerit ketakutan, karena yang keluar dari mata ayahnya bukan air mata, melainkan darah segar.

Mimpi yang seharusnya dinantikan Arabella berubah menjadi malapetaka. Dia tidak mengerti apa arti dari mimpi tersebut. Apakah ayahnya menangis darah karena kehidupannya yang sekarang tidak bahagia? Tetapi, dia segera mengenyahkan pikiran konyol itu sambil menggelengkan kepalanya.

Mungkin saja Arabella terlalu merindukan sosok Anthony, mengingat dia belum pernah memimpikan ayahnya sejak beliau meninggal. Namun, di dalam dunia mimpi segala hal yang tidak masuk akal dapat terjadi. Semoga mimpi itu tidak ada kaitannya dengan dunianya yang sekarang, batinnya dalam hati.

Arabella menyeka dahinya yang basah menggunakan punggung tangan. Sambil mengumpat di balik selimut, dia menggerutu pelan, berusaha melupakan mimpi buruknya yang rancu. Hujan deras dan suara petir menjadi latar belakang kesendiriannya, ditambah lagi ruangan kamar yang gelap gulita semakin membuat suasana kian mencekam. Mendadak pikirannya dipenuhi oleh hal-hal konyol; seperti ada hantu yang bersembunyi di kolom tempat tidur, atau hantu yang diam-diam memperhatikannya dari sudut kamar. Namun, dia segera menepis pemikiran itu dengan mencoba kembali memejamkan mata.

Beberapa menit berselang, hujan tampak sedikit mereda. Samar-samar suara bising terdengar dari luar jendela kamar di satu sisi. Suaranya seperti cakaran halus yang bergerak tidak beraturan di luar dinding. Dengan cepat Arabella kembali membuka matanya, menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali, memastikan bahwa sesuatu yang berada di dekat jendelanya itu bukan sebuah bayangan hitam.

Arabella & The Waterhouse FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang