Pangeran Arsa🗡️🛡️

7.3K 507 2
                                    

Happy Reading clyzen ☄️

Ruangan itu hanya berisi suara dari seseorang yang sedang mempersentasikan sesuatu di depan layar lebar. Sebenarnya, ada sosok mungil yang sedari tadi membuat mereka salah fokus. Sedangkan sosok mungil itu terlihat sibuk mengayunkan pedang mainan yang ada di tangannya. Terkadang dia naik ke meja rapat dan meminta untuk turun lagi dari meja itu.

Ya, Arsa sedang berada di kantor Opanya. Di ruang rapat ini juga ada Richard, Delano, dan tentu saja Cendric. Mereka sengaja membawa anak mungil ini ke kantor agar tidak terjadi lagi kejadian seperti kemarin dimana Arsa yang hilang nyatanya dia sedang tidur di dapur. Bukan hanya itu saja alasan mereka membawa Arsa. Anak itu yang dengan senang hati meminta untuk ikut ke kantor karena sebenarnya hari ini Arsa sengaja menghindari Theo karena dia tahu dia akan diberikan latihan soal yang cukup membuatnya pusing.

Opa Dean merasa aneh dengan tingkah cucunya yang satu ini. Biasanya anak seusianya tidak akan mau diajak ke kantor. Bahkan cucu-cucunya yang lain tidak akan seantusias Arsa saat mereka di ajak ke kantor.

"Tiiiit tiiiit tiiiit" 

Mulut mungil itu terus mengeluarkan suara itu ketika ujung pedang mainannya menyentuh rambut, ataupun badan Opa Dean.

"Gemesin banget sih nak" ucap Richard, tangannya mengelus rambut Arsa.

"Aku bahkan tak bisa fokus di rapat kali ini karena anak mungil ini" ujar Delano

"Hey, hey Arsa itu anakku jangan menyentuh nya" ucap Cendric ikut menimbrung.

"Aku Ayahnya"

"Aku papahnya"

"Hei diamlah kalian ini dan dengarkan omong kosong dari seorang yang telah menggelapkan dana perusahaan." Ucapan opa Dean membuat Richard, Delano, dan Cendric mengalihkan tatapannya ke arah pria yang sibuk mengoceh di atas sana.

"Kau memanglah aneh pi, orang seperti itu masih kau pertahankan di kantor ini."

Opa Dean tetap memperhatikan Arsa yang bermain di atas pangkuannya dan hanya tersenyum tipis mendengar Delano yang tadi berbicara lebih tepatnya berbisik ke arahnya.

"Opa, paman itu tidak baik" ucap Arsa dengan berteriak, pedang mainannya pun di arahkan ke pria yang kini terdiam mendengar ucapannya.

"B-baiklah untuk poin yang terakhir" dengan terbata-bata pria yang bernama Evan itu melanjutkan persentasi nya dan sesekali melirik ke arah Arsa.

Arsa yang merasa diacuhkan menghampiri Evan. Opa, Daddy, Ayah, maupun Papahnya hanya menatap Arsa. Mereka menunggu apa yang akan dilakukan oleh Arsa di atas sana.

"Paman" Arsa menarik-narik ujung jas Evan.

"Ya?"

"aku ingin membelitahu Paman tentang sesuatu"

"Apa?"

"Sini ku bisikkan"

Evan pun sedikit merendahkan tubuhnya dan mendekatkan telinganya ke Arsa.

"Paman aku tahu bahwa kau telah memakai uang pelusahaan Opa untuk bellibul belsama kelualga paman kemalin. Sebenalnya tidak salah meluangkan waktu dengan kelualga tapi alangkah lebih baiknya Paman memakai uang yang halal untuk membahagiakan meleka. Apakah gaji dali pelusahaan belum cukup untukmu paman? Padahal gaji mu mencapai latusan juta pelbulan."

Setelahnya Arsa kembali ke tempat Opa Dean dan meminta untuk naik kembali di meja rapat itu. Sedangkan Evan masih membatu di tempatnya berdiri. Orang-orang yang berada di ruangan rapat itu juga kebingungan melihat tingkah Evan.

Opa Dean kembali menampilkan senyuman tipis "Rapat ini di lanjutkan minggu depan" setelah mengatakan itu, Opa Dean menggendong Arsa diikuti Richard, Delano, dan Cendric di belakangnya.

Ketika mereka berada di ruangan Opa Dean, Arsa meronta untuk turun dari gendongan sang Opa. Dia berlari ke arah kursi kebesaran Opanya dan dengan susah payah menaiki kursi itu. Sedangkan Opa, Daddy, Ayah dan Papahnya duduk di sofa ruangan itu.

"Daddy, Alsa mau syusyuuu" dengan gaya pongahnya, Arsa menaikkan kaki kecilnya di atas meja sedangkan tubuhnya tak terlihat sama sekali di meja kerja itu.

"Loh badan kamu mana dek? Masa kaki doang yang nongol" ujar Delano di akhiri kekehan kecil.

Arsa menggerakkan kakinya, "iiih kulsinya yang kebesalan, Daddy bantuin Alsa"

"Minta tolong sama Opa mu sana, susu kamu belum jadi" jawab Cendric

"Haha, kasihan sekali cucu mungil ku ini" ucap Opa Dean, dia berjalan ke arah Arsa yang kini masih bertahan di posisi anehnya.

"Sini nak ganti baju dulu" niat hati ingin menggendong Arsa, anak itu malah menggeleng.

"Nggak mau Opa, Alsa mau disini aja"

"Emang betah duduk begitu dek? Ayo turun dulu ayah mau atur kursinya biar Arsa nyaman duduknya" Richard pun ikut membujuk Arsa.

"Iya sayangnya Papah kan pintar"

Akhirnya Arsa mengulurkan tangannya ke arah Opa Dean.
Tapi wajahnya masih terlihat tidak ikhlas.

Opa Dean segera membawa cucunya itu ke arah kamar yang biasanya dia gunakan untuk beristirahat. Disana perlengkapan telah di sediakan jauh-jauh hari.

Sementara Opa Dean mengganti baju Arsa, Cendric menyediakan kukis dan susu di meja, Richard yang mengatur tinggi kursi itu, dan Delano mengatur suhu ruangan agar anaknya bisa tertidur pulas.

Beruntungnya Arsa ini yang dilayani oleh para pemegang perusahaan terkemuka sekaligus orang yang sangat berbahaya di dunia bawah.

Beberapa menit pun berlalu, Arsa berlari keluar dari kamar dengan piyama tayo yang terpasang apik di tubuhnya. Jangan lupakan bedak yang cemong-cemong di wajahnya. Sedangkan Opa Dean masih berada di dalam kamar.

"Daddy Alsa mau naik ke kulsinya" ucap Arsa kepada Cendric yang berbaring di sofa dengan paha Delano sebagai bantalannya.

"Yaudah naik aja" jawab Cendric santai.

"Tapi kulsinya makin tinggi" kesal Arsa, kakinya menghentak-hentak di atas lantai. Cendric malah semakin menyamankan rebahannya.

"Huwaaa Daddy ayo gendong Alsaaaa" kesal tak dihiraukan, Arsa pun langsung saja menjatuhkan tubuhnya di lantai.

Melihat anaknya yang sudah seperti cacing kepanasan, Cendric pun ingin beranjak untuk menggendong anaknya tapi di dahului oleh Richard.

"Cup cup udah jangan nangis, sini Ayah gendong"

Akhirnya Arsa pun duduk dengan nyaman di kursi itu dan segera menyambar botol susu yang tadi dibuatkan oleh Cendric. Matanya menatap tajam ke arah Daddynya yang kembali berbaring di sofa.

Tak butuh waktu lama, mata bulat Arsa perlahan-lahan terpejam namun mulut anak itu belum berhenti menghisap sisa susu di botol susunya.

"Loh sudah tidur?" Ucap Opa Dean yang baru saja keluar dari kamar.

"Iya bahkan Daddynya juga ikut tidur" jawab Delano dengan melirik ke arah Cendric yang berbaring di atas pahanya.

"Dia tak berubah meski telah memiliki banyak anak" ujar Richard

TBC






Maaf ya para readers terluv, cly lagi sibuk ngerjain tugas + siapin mental untuk PTM.

Ya, cly baru mau PTM:)

Sebagai permintaan maaf dari aku, hari ini aku usahain triple up. Bukan double lgi tapi udah triple,tungguin yak😋

Jangan lupa vote clyzen 🛸
*Eh kalau ada typo komen juga yak, hehe

Babbaaa 🖖


Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang