Ice Cream🍦

3.8K 265 16
                                    

Happy reading clyzen ☄️

Di bankar rumah sakit itu terdapat sosok mungil yang badannya terpasang berbagai alat penunjang hidupnya. Manik coklat terang itu perlahan terbuka dan jari-jari mungilnya sedikit bergerak membuat sosok mungil yang sedari tadi mengintip di luar sana melotot lebar.

Dari ujung koridor ada Opa Dean, Daddy Cendric , Ayah Richard, dan Papa Delano yang berjalan tergesa. Arsa yang melihat itu sontak saja melebarkan tangannya seolah menyambut mereka.

"Alsa disiniii" Arsa melambaikan tangannya membuat para Titan itu mendekati anak mungil itu.

"Adek ngapain disini, hm?" Ucap Delano ketika mereka sudah di dekat Arsa.

"Aksa sudah bangun" ucapan Arsa membuat keempat pria itu diam mematung.

Opa Dean pun segera mengintip di pintu itu dan benar saja cucunya yang berada di dalam sana kini telah membuka matanya. Cendric juga melihat itu dan tanpa basa basi ia langsung masuk di ruangan itu dengan Arsa yang berada di gendongannya.

Arsa dan Aksa saling menatap. Menyelami netra mata masing-masing. Keduanya benar-benar mirip. Gaya rambut mereka pun sama.

"H-hai adik" itu kalimat yang pertama kali di ucapkan oleh Aksa dan entah mengapa membuat Arsa ingin meneteskan air matanya.

"Jangan menangis" bukannya berhenti kalimat itu membuat air mata Arsa benar-benar turun di pipi chubby nya.

"HIKS HUWAAA ALSA NDAK MAU NANGIS HIKS HUWAAAA AIL MATANYA TULUN SENDILIII HUWAAAA"

Tangisan Arsa sepertinya membuat suasana di ruangan itu menghangat. Keempat Titan itu dan Aksa tertawa melihat Arsa yang sedang berusaha mengusap air matanya tapi air mata itu terus merembes dari matanya.

"HIKS JANGAN KETAWAIN ALSAAAAA"

Karena tak tega melihat anaknya menangis, Cendric mengusap air mata itu dan mengusap-ngusap dada anaknya. Benar saja anak mungil itu berhenti menangis walau masih sesenggukan.

"Hai Opa, Ayah, Papa, dan Daddy. Sepertinya ini pertemuan kedua kita ya. Lama tidak berjumpa." Richard dan Delano mendekat untuk mengecup pipi Aksa sedangkan Opa Dean mengusap lembut rambut anak itu. Cendric pun menurunkan Arsa di bankar itu dan memeluk Aksa dengan erat setelah ketiga pria tadi sudah selesai.

" I miss you Dad"

" Yeah, i miss you too. So much"

Arsa yang melihat itu berusaha untuk melerai pelukan itu. Dia kan juga ingin memeluk Aksa. Setelah berhasil, Arsa melayangkan tatapan sinis kepada Daddynya kemudian memeluk Aksa dengan erat. Arsa memeluk saudara kembarnya itu dengan menggoyangkan tubuh mereka kanan kiri.

Keempat pria yang berada di sofa ruangan tersebut tersenyum melihat kedua anak itu berpelukan bahkan terdengar suara cekikikan dari keduanya. Delano segera tersadar dan dengan cepat mengabari anggota keluarga yang lain.

"Mami sampai menangis begitu aku bilang bahwa Aksa sudah sadar" ujar Delano ketika ia baru saja selesai menelfon Oma Anna.

"Tentu saja, hati perempuan itu lembut dan sensitif" jawab Richard yang disetujui oleh Opa Dean.

Cendric menjatuhkan kepalanya di bahu Opa Dean dan menghela nafas membuat Opa Dean, Richard dan Delano menatap bingung kearahnya. "Aku bahagia melihat anakku sadar tapi disisi lain aku juga merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku takut."

Opa Dean mengelus rambut anaknya dan sedikit mengecupnya. Richard dan Delano hanya tersenyum tipis. Meskipun bungsu mereka telah menjadi seorang ayah, terkadang sifat manjanya Cendric muncul tanpa ia sadari.

"Tidak apa-apa dek. Lebih baik kau tidur mungkin karena kelelahan pikiran mau jadi kacau." Ujar Delano membuat Cendric benar-benar tertidur di bahu Opa Dean yang masih mengelus rambutnya.

Tanpa mereka sadari, dua bocah mungil yang berada di atas bankar memperhatikan kegiatan mereka. Arsa yang sudah biasa melihat itu memilih untuk mengajak Aksa yang masih cengo melihat adegan tadi untuk tidur juga. Kedua anak itu pun tertidur dengan posisi saling berpelukan. Tapi sebelum itu, Aksa membuka matanya dan tersenyum melihat wajah adiknya yang sangat dekat dengannya.

Aksa dengan pelan mengecup bibir kecil adiknya dan tersenyum lagi ketika melihat bibir adiknya bergerak seperti mengemut sesuatu.

"Aku akan menggunakan waktu ini sebaik mungkin." gumam Aksa kemudian benar-benar menyusul Arsa ke alam mimpi.

🍦🍦🍦

Ruangan itu begitu ramai dengan kehadiran keluarga Da Costa kecuali Rigel yang entah kemana. Semuanya bersukacita akan sadarnya Aksa. Ternyata selama ini Aksa dikurung di dalam kamar dan akan dijadikan bahan eksperimen oleh Eldrick. Akibat terkurung nya Aksa dalam waktu yang lama di dalam kamar menimbulkan beberapa gangguan kesehatan pada tubuh anak itu. Apalagi terkadang Eldrick akan masuk untuk menyuntikkan sesuatu kepada Aksa. Mengapa Aksa tak melawan? Bagaimana ia bisa melawan sedangkan tangan dan kakinya di rantai dan hanya di lepaskan jika ia ingin ke toilet.

Setelah mendengar apa yang dialami oleh Aksa, para pria Da Costa sepertinya akan menambah hukuman Eldrick yang sekarang tengah berada di pulau pengasingan. Salah satu pulau milik keluarga Da Costa yang di khususkan untuk para penjahat. Bahkan terkadang misi yang dilakukan keluarga Da Costa bekerja sama dengan pihak kepolisian. Semua pekerjaan yang di lakukan keluarga ini adalah pekerjaan yang bersih tetapi di dunia bawah pun mengetahui bahkan mengsegani keluarga Da Costa.

Arsa yang sedari tadi ikut mendengar cerita Aksa menepuk pelan pundak saudaranya itu, "Aksa hebat deh masih hidup sampai sekalang."

"Y-ya terimakasih" Aksa berucap bingung dengan pujian Arsa. Tapi apakah itu sebuah pujian?

"Arsa sama Aksa makan ya" Luna berjalan pelan ke arah dua anak itu dengan dua mangkok bubur di nampan yang ia bawa.

"Bubulnya itu lasa apa?" Tanya Arsa

"Rasa strawberry dong kesukaan Arsa" jawab Luna

"Kalau bubulnya Aksa lasa apa?"

"Rasa strawberry juga dong" padahal bubur Aksa memiliki rasa yang berbeda. Di lihat dari warnanya saja berbeda.

"Mamaa tolong bantu Alsa bangun. Soalnya punggung Alsa masih pelih kalena di cambuk om Eldrick." Ucap Arsa meskipun Aksa berada di sampingnya tapi Arsa tahu jika saudara nya itu juga sedang sakit.

"Bankarnya saja ya yang di atur"

"Nggak mau mama" ucap Arsa dan Aksa bersamaan.

"Nanti Alsa keselek. Kata bang Niall ndak boleh tidul sambil baling nanti uhuk uhuk." Ujar Arsa dengan wajah serius nya membuat semua orang yang berada di ruangan itu merasa gemas.

"Baik sayang" Luna pun membantu Arsa untuk duduk kemudian membantu Aksa.

Brak!

Baru saja ingin menyuapkan bubur kepada Arsa tapi tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka.

"Arsaaaa, Aksaaaa, Abang bawa ice cream" Disana Rigel berdiri dengan menenteng kantong plastik tak lupa cengirannya, mengabaikan tatapan tajam yang dilayangkan kepadanya.

"Yeaayyy!!! ice cleaaam!!!" Sorak Arsa membuat Richard dan Delano benar-benar bersiap untuk melelang Rigel.

"Rigel, asal kau tahu. Arsa dan Aksa baru saja ingin makan tapi kau malah datang dengan ice cream itu. Kau tahu benar bahwa Arsa akan sulit untuk di bujuk makan setelah ia makan ice cream." geram Vince membuat Rigel menyadari kesalahan yang tak sengaja ia buat.

"O'ooowww" ringis Rigel.

TBC






Meskipun udah lewat, mohon maaf lahir dan batin clyzen🙂.
Maafkan jika ada kalimat di cerita ini yang menyinggung perasaan kalian. Oh iya satu lagi, makan yang banyak urusan BB belakangan😉

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang