Pacalan? 💓

5.3K 314 8
                                    

Happy reading clyzen ☄️

Di siang hari ini, Arsa begitu tenang meminum susunya dengan posisi berbaring di atas karpet bulu di ruang keluarga. Anak itu mempunyai kebiasaan baru ketika meminum susunya yaitu memegang pusarnya. Kebiasaan itu berawal dari dia yang tak bisa tertidur ketika bayang-bayang sang 'ibu' kembali muncul di benaknya. Berbagai posisi dia coba tetapi tak ada yang bisa membuatnya tidur akhirnya dengan berbaring terlentang Arsa meraba pusarnya dan semakin lama membuat nya tertidur.

Hey tayo hey tayo 🎶

Dia bus-

"Loh? Kok mati?" bingung Arsa

"Adek ingatkan yang papa bilang? Adek nggak boleh terlalu lama nonton TV, oke?" ternyata Delano yang mematikan TV itu.

"Tapi tayonya lagi nyanyi papaaa"

"Yuk sama papa aja nyanyi nya" Delano mengambil Arsa ke gendongannya dan berjalan membawa anak itu ke lantai tiga.

"Papa kan udah tua jadi Alsa sama papa itu beda genelasi, pasti papa nggak tahu itu lagu apa" ucap Arsa dengan santainya, tangannya menggerayangi wajah Delano.

"Dih papa nggak sekudet itu kali" bantah Delano

"Bahkan papa hafal lagu itu, kan di rumah ini ada anak bayi papa yang sering nonton itu jadi papa hafal lah" sambung Delano

"Hah? Di lumah ini ada bayi? Mama Luna kapan melahilkan? Apa jangan-jangan papa culik anak Olang?"

Mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Arsa, Delano hanya bisa terkekeh kecil, "Bayinya itu kan kamu nak"

"Ini tangan kamu jahil banget sih nak" bukan risih atau apa tapi tangan Arsa sudah mulai ke area terlarang bagi papa Delano ini yaitu lubang hidungnya.

"Ahahaha telowongan papa besal banget" dan Arsa makin menjadi-jadi.

"Udah nak, itu kotor loh" Delano mengeluarkan tangan Arsa dari hidungnya dan mengambil selembar tisu basah yang memang selalu dia bawa.

"Tapi telowongan papa nggak ada batu-batunya tuh" ujar Arsa sambil melihat tangannya yang dibersihkan oleh Delano.

"Kita mau kemana sih pa? Kan ada lift kenapa halus naik tangga?" tanya Arsa yang merasa tak kunjung sampai.

"Papa ini lagi olahraga"

"Papa kan udah sehat"

"Biar lebih sehat lagi"

"Naah udah lantai dua, turun dulu dek papa mau istirahat bentar"

Benar saja, Delano langsung lesehan di lantai. Naik tangga sambil bicara memang melelahkan untuk orang seperti Delano yang memang sedari dulu malas berolahraga bahkan ketika saat masih sekolah, Delano sering membolos pada saat jam olahraga yang membuat Richard selaku ketua kelas dan kakak yang baik harus mencarinya ke penjuru sekolah.

"Iih papa lemah, nggak kayak Ayah sama Daddy, meleka itu kuat-kuat aja tuh gendong Alsa sampe ke lantai tiga, non stop lagi" ucap Arsa memanasi.

"Hilih, Nggak mungkin. Jalan ke parkiran kantor aja ayahmu itu udah kayak habis lari maraton tapi kalau Daddy mu sih dari kecil udah suka jalan-jalan kemana-mana kayak kamu, nggak bisa diem" bantah Delano

"Iiih mana ada, Alsa itu anaknya baik, kalem, lajin menabung dan tidak sombong" Arsa pun ikut lesehan di lantai bersama Delano

"Mau lanjut nggak dek?"

"Nggak usah disini aja pa, adem"

Akhirnya keduanya berbaring di lantai itu dimana posisi mereka berada di tengah-tengah beberapa kamar di lantai itu. Jadi, posisi kamar-kamar itu melingkar jadi dan untuk bagian tengahnya terdapat karpet dan juga beberapa sofa. Tapi entah mengapa dua orang ini malah berbaring di lantai yang dingin daripada di karpet bulu.

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang