Malhaban (Part 2)

1.3K 163 30
                                    

Happy reading clyzen.

Setelah melaksanakan shalat subuh berjamaah, keluarga Da Costa memilih untuk berkumpul di ruang keluarga sambil mendengarkan River melantunkan ayat Al-Qur'an dengan suara indahnya. Terutama Arsa yang sedari tadi begitu terpukau melihat River yang sedang membaca ayat Al-Qur'an. Suara River yang merdu mengalun indah dengan nada Jiharah membuat yang mendengarkannya merasa tenang, suasana di ruangan tersebut menjadi lebih adem. Cendric tersenyum bangga melihat River. Ternyata, didikannya dalam mengajarkan tauhid kepada anak-anaknya sepertinya berhasil. Kembarannya saja yang bodoh menelantarkan anak-anaknya yang berharga ini. Meskipun begitu, Cendric selalu mendoakan kakak kembarnya yaitu Eldrick agar mendapat hidayah. Sebejat apapun saudaranya, Cendric tak bisa membenci kakaknya terus menerus. Eldrick adalah bestienya dari dalam kandungan.

Oma Anna yang melihat tatapn sedih Cendric, sangat tahu jika lagi-lagi Cendric memikirkan kembarannya. Tak bisa dipungkiri, Oma Anna selalu memantau perkembangan anaknya yang saat ini masih dalam pengasingan. Sedih, gelisah, dan rindu yang ia rasakan ketika memikirkan Eldrick.

"Tidak lama lagi, ia akan kembali bersama kita. Tunggu saja." Ucap Opa Dean sambil merangkul Oma Anna untuk menenangkan istrinya itu.

Kembali lagi pada Arsa yang masih sibuk mengagumi kakaknya. Wajah tampan, karir sukses, pandai memasak, juga paham agama. Arsa sangat kagum dengan kakaknya ini.

"kakak, Alsa wanna say something." Ucap Arsa ketika melihat Arsa telah menyimpan Al-Qur'an nya.

"Ya? Adek kenapa? Mau apa?" River mengangkat Arsa ke pangkuannya.

"Nda jadi." River hanya bisa tersenyum sabar mendengar ucapan Arsa.

"Pacalan itu kan tidak boleh, meskipun kita lajin ibadah. Itu sama saja dengan menggali pahala lalu menimbunnya kembali dengan dosa. Telus kalau ada olang yang pacalan di bulan Lamadhan itu gimana, kak?" Sejenak di ruangan itu hening dan lagi-lagi Cendric tersenyum bannga mendengar celutukan anaknya.

"Kakak pernah dengar hadist, betapa banyak orang yang berpuasa namun yang dia dapatkan dari puasanya hanya lapar dan dahaga. Adek paham kan, maksudnya?" Jawab River yang di jawab anggukan antusias oleh Arsa.

"Ya kalau dia pacaran di bulan Ramadhan suruh aja dia minum." Ucap Arlo dengan tangannya yang sibuk mengotak atik rubik.

"Tapi temen gue punya sistem bang." Celutukan Rigel mengundang tatapan penasaran dari semua anggota keluarga.

"Katanya, dari adzan subuh dia putus, kalau udah berbuka ya balikan." Lanjut Rigel membuat semua anggota keluarganya mendengus kesal.

"Bilang ke teman mu itu, orang kayak kamu timbangan amalnya cocoknya pakai timbangan buah." Ujar Fitz yang juga ikut kesal dengan Kennet yang tidur menggunakan pahanya sebagai bantalan.

"Sebenarnya, pacaran di bulan Ramadhan itu buat apa si? Biar ada yang ngucapin selamat berbuka, biar ada yang ngingetin sahur? Halah, gak perlu itu mah. Aku yang dari lahir masih jomblo tetap ada yang ngucapin kok." Ujar Niall

"Siapa?" Tanya Atlas

"Iklan Sirup." Jawab Niall dengan wajah polosnya.

"Gimana ya nak, bunda lebih kesel lihat muka kamu daripada jawabanmu." Ucap Rose membuat Richard terkekeh.

"Astagfirullah, baru aja sahur udah di kasih ujian aja sama setan." Ucap Max sambil mengelus dadanya.

"By the way. Kalian tahu nggak kepanjangan P-U-A-S-A." Ucap Delano.

"Jokes andalan." Celutuk Richard sambil mengelus punggung Aksa yang kini di pangkuannya.

"Ndak tau. Emang apa papa?" Tanya Arsa

"P artinya Pikiran jangan macem-macem."

"widih, U apa?" Tanya Rigel antusias

"U, Ucapan jangan jorok-jorok."

"Nice." Ucap Bread

"A, Aksi jangan yang tidak baik."

"Kiw." Ini celutukan Kennet

"S, Sesama hormati selalu."

"Sedikit aneh tapi gak papa." Kali ini Rigell lagi yang bercelutuk

"A, Amal di perbanyak."

"Ofcourse." Kali ini Vince sangat setuju.

"Ngomong-ngomong nih ye, cewek kalau bangunin sahur di masjid kayak gimana ya?" Tanya Rigel tiba-tiba.

"Alsa tau! Kayak ginih nih, ekhem ekhem."

"SAHUL! PADA MAU SAHUL GAK SIH? KALO GA MAU YAUDAH TELSELAH!"

"Lagi-lagi gue speechles sama adek gue yang satu ini." Ucap Rigel.

***

Menjelang sore hari, tepatnya setelah shalat Ashar para anak-anak sudah tepar di ruang tamu. Di hari pertama puasa mereka akan selalu begini. Niatnya sih, ingin ngabuburit tapi karpet empuk di ruang tamu lebih menggoda. Lucunya, dari Fitz sebagai tertua sampai Arsa yang paling bungsu, semuanya berbaring disana dengan posisi berjejer seperti ikan yang terjejer rapi ketika di jual.

"Widih, kompak banget." Ucap Delano yang kini bersiap untuk untuk berburu takjil.

"Kalian mirip ikan selar yang dijejer." Ujar Luna terkekeh

"Mama sama Papa mau kelual?" Tanya Arsa yang kini bangkit dari acara berbaringnya.

"Iya, Adek mau ikut?"

"Mau!!!" Delano segera mengangkat Arsa ke gendongannya.

"Aksa, nggak mau ikut?" Tanya Delano pada Aksa yang masih asik memainkan rambut River.

"Ng-"

"MAU DONG! IYA KAN AKSA?" bukan Aksa yang menjawab tapi Arss yang begitu antusias.

"Iya mau." Aksa hanya bisa pasrah.

"Rigel ikut!"

"Twins juga ikut!

"Aku juga."

"Lah? Semua ikut?" Tanya Luna kebingungan melihat para pemuda bangkit dari rabahan mereka dan bersiap mengambil kunci mobil masing-masing.

"Soalnya si duo bungsu ikut mah, mereka kan imut dan mungil jadi harus di jaga ekstra." Jelas Rigel.

"Kalian mau pergi beli takjil?" Ucap Opa Dean yang baru saja keluar dari lift.

"Iya dong Opa." Jawab Arsa

"Nggak usah, Opa udah datengin semua pedagang takjil di halaman depan mansion." Dengan kompak mereka melihat beberapa pedagang yang berjejer rapi di halaman mansion.

"Kalau gini ceritanya, Opa mematahkan stigma war takjil." Ucap Niall.


TBC

Bulan Ramadhan nya udah mau selesai, tapi Arsa masih hari  pertama puasa.

Ini sebagai THR aku buat kalian ya!

See you gaiss.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang