SPECIAL CHAPTER : ABOUT RIGEL

2K 168 14
                                    

WARNING!!! BEBERAPA KATA DI CHAPTER INI AGAK "DIRTY" DAN TERDAPAT BEBERAPA KATA KASAR LAINNYA.

SPECIAL CHAPTER FOR RIGEL

Rigel Da Costa. Salah satu abang Arsa yang kelakuannya sangat ajaib. Maka jangan heran jika Arsa mempunyai sifat yang sama dengan Rigel. Tetapi ini cerita Rigel ketika si kecil Arsa belum ada di antara keluarga Da Costa. Sedari kecil, kelakuan Rigel selalu membuat orang disekitarnya tertawa akan tingkah maupun perkatannya yang nyeleneh. Sikapnya itu, makin menjadi-jadi ketika ia beranjak remaja. Jika saudaranya yang lain memilih untuk sekolah milik keluarga Da Costa maka tidak dengan Rigel. Dengan bujuk rayunya, Rigel berhasil meluluhkan hati para anggota keluarganya terutama Opa Dean dan bapak Delanonya untuk sekolah di SMA Negeri.

Saking senangya ia pergi sekolah, Rigel sudah nangkring di meja makan dengan senyuman lebar. Tetapi penampilannya jauh dari kata rapi, Dasi yang diikat di kepala, tas yang tersampir di bahu, model rambut cepmek, dan tiga kancing teratas yang sengaja ia buka. Delano yang melihat penampilan anak sulungnya hanya bisa mengelus dada. Rigel memang sesuatu.

"Rigel, kok penampilannya kayak gitu?" tanya Luna selaku mama dari Rigel.

"Ini tuh lagi trend ma. Biar aura bad boynya Rigel menguar." Rigel merapikan rambut cepmeknya.

"Cih, penis." Semua orang yang berada di meja makan tersebut menoleh ke arah Niall.

"Niall, your language please." Tegur Daddy Cendric.

"Penis, Pede dan Narsis." Lanjut Niall.

"Kata-kata anak zaman sekarang." Opa Dean menggelengkan kepalanya.

"Tau nih Niall, bikin orang kanjut aja." Ujar Rigel

"Kanjut?" Tanya Niall

"Kaget dan Terkejut." Jawab Rigel dengan senyuman tengilnya.

"STOP! Rigell, Niall. Hentikan bahasa aneh kalian itu. " Ujar Richard.

Akhirnya, sarapan pagi keluarga Da Costa dimulai. Namun, di tengah-tengah berlangsungnya sarapan itu, tiba-tiba Rigel bercelutuk.

"Waah toast bikinan mama emang entot!"

"Niall." Tegur Vince

"Maksudnya Enak Total!"

"Setrong!" Celutuk Bread

"Apaan tuh?" Tanya Rigel

"Stress Tak Tertolong." Kali ini Papa Delano membenarkan perkataan Bread. Emang, Rigel ini sudah tak tertolong. Delano jadi ragu, Jangan-jangan Rigel bukan anak kandungnya? Apakah Rigel anak yang tertukar?"

***

" Yaah gak jadi keren deh." Keluh Rigel ketika Mamanya merapikan rambut, Dasi, dan seragamnya.

"Keren apaan. Kayak jamet iya." Cibir Delano

"Malas menanggapi." Rigel berpamitan kepada Mama Luna kemudian masuk ke dalam mobil Papanya dimana sudah ada Kennet yang fokus membaca komik.

"Sarkas" Ucap Papa Delano

"Sarkas?" Tanya Mama Luna

"Sabar dan Ikhlas." Mama Luna hanya bisa tersenyum pasrah.

Setelah itu, Delano juga berpamitan dengan istri tercintanya dengan pelukan singkat dan cium kening. Luna pun mencium tangan suaminya tak lupa membubuhkan kecupan di rahang tegas suaminya.

"Semua orang pantas mendapatkan cinta, tapi aku pantasnya dapat uang dan harta warisan yang banyak." Ucap Rigel melihat keromantisan orang tuanya.

"Kunci waras yaitu pura-pura pikun." Gumam Kennet

"Tuan dan Nyonya, anak-anakmu ini ingin berangkat ke sekolah. Bisakah kalian menyudahi keromantisan kalian? Anakmu ini sudah tak sabar ke sekolah." Ujar Rigel yang membuat kedua orang tuanya tertawa geli.

"Yaudah mas pamit dulu ya." Mama Luna mengangguk.

"Rigel, Kennet. Habisin bekalnya ya."

"Siap Nyonya!"

"Iya ma."

Tanpa diketahui oleh keluarga cemara itu, ada Opa Dean yang memantau mereka dari balkon kamarnya.

"Cucuku yang satu itu memang sesuatu." Ujar Opa Dean.

Mata Rigel memandang tajam kertas yang berisi soal-soal yang diberikan oleh guru matematika. Di hari pertamanya ini, ia kira dibebaskan oleh tugas-tugas semacam ini. Ternyata, Rigel salah besar. Laut, pemuda dengan mata yang sebiru laut dan sifat yang setenang laut itu hanya diam mendengarkan segala ocehan sahabatnya ini. Karena Rigel, ia rela menemani anak ini yang ingin mencoba sekolah negeri. Begitupula dengan Kavin dan Arthur yang juga ikut sekolah disini. Laut, Kavin, dan Arthur menebak bahwa setelah ini Rigel akan mengeluarkan kata-kata absudrnya sambil mengerjakan soal-soal tersebut.

"Hidup ini terlalu sadis, untuk aku yang gampang stress."

"Kadang kalau banyak pikiran, pengen deh bagi-bagi ke orang yang gak punya pikiran."

"Di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang capek tapi dikuat-kuatin."

"Setelah kesulitan, pasti ada kesulitan lainnya."

"Wajah Ceria, Batin tersiksa."

"Maap ya ngeluh mulu, soalnya ini pengalaman hidup pertama."

Kavin yang selalu gemas akan tingkah Rigel, mengusak kepala Riigel yang tak diindahkan oleh anak itu. Ada pula Laut yang sesekali menyuapkan coklat ke Rigel dan Arthur yanng mengabadikan moment itu di handphone nya. Video itu juga bentuk laporan ke Papa Delano akan tingkah Rigel di hari pertama sekolahnya.

Tiba-tiba saja, Rigel memperhatikan kedua pasangan yang sedang kasmaran di bangku paling depan.

"Fuck jatuh cinta! Gue maunya di jatuhi kekayaan." Lalu kembali mengerjakan soal terakhir di bukunya.

"Juara satu, tetap ngerjain meskipun sambil ngeluh." Ujar Kavin disertai kekehan kecilnya.

Papa Delano yang melihat video yang dikirimkan oleh Arthur, hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tetapi, senyuman geli tercipta di bibirnya. Delano tak bisa bohong jika semua kelakuan Rigel adalah moodbosternya dan Kennet merupakan teman cerita terbaiknya.

TBC

HEHE, INI UNTUK CEMILAN MENUNGGU LANJUTAN CERITA DEDEK ARSA.

KALIAN HARUS KUAT MENUNGGU.

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang