Sakit Gigi 🦷

4.4K 297 1
                                    

Happy reading clyzen ☄️

Sepulangnya mereka dari villa, semua kembali ke kesibukan masing-masing kecuali Opa Dean dan Oma Anna yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di villa itu. Terutama para lelaki yang sibuk mengurus bisnis dan juga sekolah. Arsa juga begitu, kini ia sedang fokus mendengarkan penjelasan dari Theo. Tak tahu saja, bahwa di bawah meja tangan Arsa tak diam untuk terus menyuapkan nutella ke mulutnya.

Hihihi dasal Theo, padahal dali tadi sibuk makan coklat, kok gak nyadal ya? . Batin Arsa

"Gimana? Arsa sudah paham kan?" Tiba-tiba saja Theo berbalik ke arah Arsa yang juga kebetulan sedang menjilati jari jempolnya yang berlumuran coklat.

"Ehehehe, jangan kasih tau Daddy ya" cengenges Arsa

"Huh, jadi Arsa gak merhatiin penjelasan kakak?" Tanya Theo tapi langsung di jawab gelengan kuat oleh Arsa. Theo jadi ngeri sendiri melihat gelengan kepala Arsa.

"Gak kok, Alsa melhatiin kok, Alsa juga paham tapi Alsa gak bisa konsen kalau gak makan jadi yaudah Alsa culi nutella dali dapul sebelum belajal tadi" jelas Arsa yang kini mencolek lagi nutella itu.

"Ehem ngomong-ngomong jamnya kakak sudah selesai loh" sindir Arsa kepada Theo

"Iya iya, ini kakak lagi beresin barang kakak kok, oh iya udahan makan nutella nya lihat nih udah tinggal setengah nanti kamu sakit gigi" ujar Theo sambil mengambil kedua tangan Arsa dan membersihkannya dengan tisu basah.

"Solly ya kak Theo tapi Nutella sama sakit gigi itu gak ada hubungannya" ucap Arsa dengan nada tengilnya.

"Dih lihat aja ya kalau nanti kami sakit gigi"

"Loh? Kak Theo doain Alsa sakit gigi? Dasal gulu dulhaka"

"Yang ada kamu tuh murid durhaka"

"Gak ya, Alsa itu mulid yang belbakti kepada gulu"

"Au ah gelap"

Perdebatan mereka tak kunjung berhenti, dari mereka masuk lift sampai ke lantai satu di ruang tamu dimana ada Rose dan Luna beserta teman-temannya yang sedang mengadakan arisan.

Semua mata tertuju kepada dua orang yang masih sibuk berdebat itu apalagi topik perdebatan mereka semakin membelok kemana-mana. Ya, saat ini topiknya yaitu apakah bokong itu satu atau dua.

Menurut kalian bokong itu satu atau dua nih?

"Ehem" Luna berdehem untuk menyadarkan keduanya bahwa mereka saat ini jadi pusat perhatian.

"E-eh? Selamat siang nyonya Rose dan nyonya Luna, saya izin pamit dulu" Theo pun berjalan tergesa untuk mencapai pintu utama. Tentu saja untuk segera pulang tapi sebenarnya dia malu karena jadi pusat perhatian dari teman-teman Rose dan Luna.

Arsa yang masih berdiri di tempatnya memandang bingung ke arah Theo yang hampir jatuh akibat tersandung kakinya sendiri.

Aneh. Itu yang dikatakan Arsa dalam hatinya.

"KAK THEO LUPA PAMIT LOH SAMA ALSAAA" teriakan Arsa sepertinya masih terdengar oleh Theo.

"DADAH ARSA KAKAK PULANG DULU YA" dan ya Theo pun menjawabnya dengan teriakan juga.

Arsa kembali terdiam dan menatap polos ke arah para wanita yang ada di ruang tamu itu. Dengan langkah pelan namun pasti, Arsa mendekati Bunda dan Mamahnya tapi matanya masih tertuju ke arah para wanita itu.

"Bunda, tante-tante ini mau daftal jadi istli balu Ayah sama Papah ya?" Bisik Arsa kepada Rose. Keheningan membuat bisikan Arsa terdengar oleh semua wanita di ruangan itu.

Sontak saja tawa mereka pecah mendengar ucapan polos itu. Arsa yang malu menyembunyikan wajahnya di dada bunda.

"Bunda, Alsa maluuu" ucap Arsa yang sedikit teredam.

"Gak papa, yuk kenalan sama teman-teman bunda" ucap Rose

Wajah menggemaskan dan tatapan polos Arsa berhasil memikat para wanita yang ada disana. Tak jarang Arsa mendapatkan kecupan baik itu di pipi, dahi, maupun pucuk kepalanya tapi Arsa membiarkan karena cemilan yang tersedia disana lebih menggoda.

Selama arisan itu berlangsung, Arsa tak hentinya menyuapkan beberapa cemilan manis seperti mochi, tanghulu strawberry, ice cream, donat, cheese cake, dan masih banyak lagi. Sepertinya perkataan Theo tentang sakit gigi akan segera terkabulkan.

Sore harinya, arisan itu selesai dan para wanita itu pulang ke rumah mereka masing-masing. Arsa yang kekenyangan hanya bisa memberikan mereka senyuman dan lambaian tangan.

"Mamah Alsa ngantuk" ucap Arsa, tangannya menarik-narik kecil baju Luna yang berada di sampingnya.

"Udah sore sayang, Arsa mandi saja ya" bujuk Luna

"Mau tiduuul hiks" isakan Arsa membuat kedua wanita itu saling bertatapan dan menghela nafas pasrah.

"Yaudah tapi mandi dulu ya baru tidur" tak tahan melihat wajah anaknya, Rose dan Luna pun membiarkan Arsa tidur saja. Mereka akan membangun anak ini lagi ketika waktu shalat Maghrib nanti.

Akhirnya Arsa pun tidur dengan badan yang sudah bersih dan perut yang kekenyangan. Tapi tak hanya itu, sepertinya tadi gigi gerahamnya sedikit berdenyut tapi ia abaikan.

Para lelaki yang saja pulang ke rumah menyerngit bingung melihat hanya Rose dan Luna yang berada di ruang keluarga. Tak ada si anak mungil yang selalu berteriak senang dan memberikan mereka pelukan satu-persatu ketika mereka pulang.

Cendric sebagai ayah anak mungil itu bertanya kepada kedua kakak iparnya setelah mendudukkan bokongnya di sofa tunggal.

"Anakku mana?"

"Dia sedang tidur ric" jawab Luna

"Tapi tak biasanya dia tidur jam segini"

"Mungkin ini karena efek kekenyangan, tadi dia juga ikut di acara arisan kami dan memakan hampir semua cemilan yang tersaji tadi" ini Rose yang menjawab.

"Ya, dia tak ingin mendengar kami yang terus menerus melarangnya" sahut Luna

"Sepertinya malam ini akan dipenuhi rengekan dan isakan Arsa Dad" ucap Brad duduk di sofa sambil memejamkan matanya, menikmati pijatan River di kepalanya.

Mendengar perkataan Brad, Cendric menghela nafas dan sedikit memijit di bagian tulang tapisnya. 

"Bersiaplah, sepertinya bukan hanya aku saja yang jadi korban tapi kalian juga" 

Setelah berkata itu, Cendric memilih ke kamarnya untuk membersihkan diri sekaligus mempersiapkan diri untuk menghadapi guncangan nanti malam. Ya, guncangan mental dari rengekan Arsa di sepanjang malam nanti.

Benar saja, malam hari itu setelah melaksanakan shalat isya dan makan malam, seperti biasa mereka akan berkumpul di ruang keluarga dan saat itu gigi Arsa semakin berdenyut sakit membuatnya diam sedari tadi di pangkuan Daddynya. Dia tak menghiraukan kicauan dari Rigel maupun Niall yang sedari tadi menggodanya. Bahkan tak segan-segan untuk melempari kedua abangnya itu dengan bantal sofa.

Orang yang sakit gigi itu memang sedikit sensitif dan tak ingin di ganggu. Sakit gigi membuat seseorang menjadi lebih pendiam dan sangat benci kepada orang yang mengajak berbicara ataupun berinteraksi. Arsa pun merasakan hal yang sama.

"Hiks giginya Alsa nyut-nyut"

Mendengar itu, semua orang disana menghela nafas kemudian bersiap diri untuk melaksanakan tugas mereka.

TBC






Hai clyzen ☄️ apa kabar? Semoga kabar mu baik dan sehat selalu🥰

Selamat 1k readers Arsa 🥳
Arsa : hehe makaciih

Thank you so much clyzen ☄️

Jangan lupa vote dan komen. Oh iya, share juga ya cerita ke teman-teman mu yang juga suka cerita Brothership. Siapa tau kecantol juga ye kan😉

Babbaaaa 🖖

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang