•Darah untuk kebenaran•

3.2K 250 2
                                    

Happy reading clyzen ☄️

"Hai keponakan ku tersayang, apa kabar? Ah sepertinya kau sangat baik ya, kau tak rindu dengan paman mu ini?"

"Alsa benci paman"

"Hm? Membenciku? Karena apa? Padahal pamanmu ini tak pernah melakukan kesalahan apapun" ucap orang itu lagi dengan memainkan sebuah pisau di tangannya.

"Paman selalu pukul Alsa dan Mommy"

"Hm? Lagi?"

"Paman telah membunuh mommy"

Runtuh sudah pertahanan Arsa. Ia kira ia tak lagi mengeluarkan air mata di depan orang ini. Tapi ternyata tak bisa. Berbagai perlakuan orang ini di masa lalu sangat berat untuk dilupakan. Bahkan di tubuh Arsa, masih terdapat bekas cambukan dari pamannya ini. Paman El lebih tepatnya Eldrick Da Costa.

"Aku tak membunuh nya nak, mommy mu sendiri yang memilih untuk mengakhiri hidupnya itu dan Daddy bodoh mu itu malah membiarkan Mommy mu merenggang nyawa" ujar Eldrick sambil menerawang pada saat itu.

"Tentu saja wanita itu lebih memilih untuk meninggalkan mu karena kamu itu anak yang sangat tidak berguna" sambung Eldrick lalu terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Tidak, Mommy sayang Alsa. Kata Mommy, Alsa anak yang baik" bantah Arsa

"Oh benarkah? Lalu siapa ini?"

Tiba-tiba sebuah layar lebar di ruangan itu menampakkan sebuah video. Video yang berisikan Aruna dengan Arin yang berada di hadapannya.

"Hari ini adalah hari terakhir mu Aruna" ucap Arin dalam video itu dengan sebuah korek di tangannya.

"Sayangnya aku tak takut kepada kematian. Justru kau yang harus dikhawatirkan. Kau tak menyiapkan apapun menjelang kematian mu juga hari ini selain keserakahan dan kedengkian mu itu Arin. Aku tak menyangka orang yang kutemani berbagi rahim akan menjadi sosok iblis seperti sekarang." Tantang Aruna yang menyulut emosi Arin.

"KAU DAN ANAK SIALAN MU ITU TAK AKAN SELAMAT MALAM INI ARUNA!"

"Anakku akan selamat Arin. Anakku akan bebas. Anakku akan bahagia. Mulai hari ini juga, dia akan terbebas dari neraka yang kau buat dengan pria sialan itu." Ucap Aruna dengan tenang.

"Tidak akan Aruna. Itu tidak akan terjadi." Geram Arin.

"Itu terjadi Arin. Kau kira dengan menculik ku sejauh mungkin dari suamiku akan semudah itu? Tentu tidak Arin. Aku juga mempunyai tujuan yang jelas dari awal Arin. "

"Tujuan?"

"Ya, Arsa anakku adalah anak yang cerdas. Dia mampu mengotak atik komputer di ruangan suami mu itu dengan mudah. Tentu saja itu memudahkan ku untuk menguak bukti-bukti kejahatan yang kalian lakukan selama ini. Bukti-bukti itu ada padaku Arin. "

"AHAHAHAHA BUALAN MU ITU SANGAT LUCU ARUNA"

"Kau tak percaya? Baiklah akan ku sebutkan salah satunya." Ucapan Aruna membuat Arin menatap tajam saudaranya itu.

"Kalian adalah pembunuh bayaran yang telah menewaskan ratusan orang. Sayangnya, bos kalian itu sudah tertangkap di tangan suamiku. Mungkin aku dan suamiku tak akan ikut campur jika saja orang yang kalian bunuh bukanlah orang tua kita Arin bahkan sampai sanak saudara kita."

"Hoooh kau sudah tau rupanya. Tapi itu tak akan menghentikan ku untuk membunuh mu Aruna. Kau dan keluarga sialan mu itu selalu menyiksa ku dengan perlakuan kalian dan inilah saatnya untuk menghabisi mu dan anakmu. Lagipula, sejauh anakmu lari ia akan tetap mati di tanganku dan suamiku. " Ucap Arin dengan nada sombong.

"Selama ini ternyata kau salah paham ya. Keluarga kita selalu berlaku adil kepada kita tapi kau selalu menutup diri dari mereka bahkan terkadang pehatian mereka tak kau hiraukan. Mereka berfikir jika kau risih dengan mereka maka dari itu mereka memberikan mu ruang sendiri. Jangan lupa juga Arin, aku juga mempunyai suami yang akan membasmi mu dengan suami mu suatu saat nanti." Ucapan Aruna kali ini membuat Arin sedikit terkesiap.

"Jangan berani membohongi ku jalang"

"Berarti kau juga jalang, kita kan kembar"

"Diamlah Aruna!!! Hari ini kau dan anakmu akan mati di tempat ini." Korek yang di pegang wanita itu terhenti ketika Aruna berkata lagi.

"Tak usah repot Arin. Aku sudah menyalakan api di sekitar rumah ini yang akan melahap habis diriku dan dirimu. Lengkap bukan? Kau yang menabur minyak tanah nya maka aku yang membakar nya." Ucap Aruna dengan senyuman yang mengerikan.

Arin tentu saja kaget dan mencoba berlari keluar tapi sepertinya api itu sudah merayap ke berbagai sudut rumah itu.

"Kau tak bisa kabur Arin. Kita akan mati disini. Ini adil kok, tujuan mu tercapai dan berbagai tujuan ku juga tercapai. "

"K-kau mengapa kau...."

"Jika kau bertanya mengapa aku juga akan ikut mati disini. Sebenarnya ini bukan rencanaku tapi mau bagaimana lagi. Ini kulakukan agar kalian tak fokus akan kaburnya anakku. Aku sayang suami dan anak-anak ku Arin."

"Baiklah sepertinya ini sudah waktunya. Oh iya, suami mu juga ikut kabur tapi dia akan di urus oleh suamiku. Tinggal kita berdua." Ucap Aruna ketika api itu mulai membakar benda yang berada di dekatnya.

"TIDAK!!!!!!"

Selanjutnya, Arsa melihat begitu jelas tubuh Mommy dan tantenya terbakar hidup-hidup. Dugaan Arsa benar jika jeritan itu berasal dari mommynya.

"Bagaimana? Puas melihat nya? " Ucap Eldrick ketika melihat tubuh keponakan nya bergetar takut setelah melihat video yang ia tayangkan. Sebenarnya malam itu ia tak kabur hanya saja ia memantau kamera yang ia pasang di dekat rumah itu dan menyuruh orang lain menyamar menjadi dirinya untuk mengalihkan perhatian Cendric yang mengejarnya.

"Hiks paman jahat"

"Ya, aku memang jahat Arsa. Tapi itu menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi, aku akan melawan keluarga ku sendiri." jawab Eldrick dengan bangganya.

"Paman sudah gila"

"Aku tak gila Arsa. Paman mu ini orang yang sangat waras. Justru keluarga mu itu yang kurang waras. Ingin melawanku yang sebenarnya tak sebanding dengan mereka."

"Paman akan kalah"

Sepertinya ucapan Arsa kali ini menyulut emosi sang Paman terbukti dari wajah pria itu yang mengeras.

"Sepertinya kau ingin merasakan siksaan ku lagi ya"

Yang terdengar di ruangan itu hanyalah suara jeritan Arsa yang dicambuk berkali-kali oleh Eldrick. Ya, ini yang dulu selalu ia lakukan kepada keponakannya ini jika ia sedang emosi. Tak lupa ia akan menggoreskan karya seni di tubuh keponakannya nanti. Memikirkan itu membuat Eldrick semakin semangat saja untuk melukai keponakannya.

Arsa berharap para titan-titannya akan segera datang untuk menyelamatkannya. Sungguh ia sangat takut dan juga sangat kesakitan mendapatkan perlakuan yang sama dari orang yang sama. Di tengah ia mendapat cambukan, Arsa juga tak bisa melupakan wajah Mommynya yang terbakar api. Mental dan fisik anak itu sedang tidak baik-baik saja.

TBC

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang