Mommy Aruna 🥀

3.4K 245 16
                                    

Happy reading clyzen ☄️

"Mommy, kenapa kita telus di pukul oleh aunty Alin dan paman El, kita kan tidak salah apa-apa" tanya seorang bocah mungil dengan tatapan polosnya.

"Karena ada sesuatu yang jahat dalam hati mereka" jawab seorang wanita dengan senyuman lembutnya meskipun di wajahnya terdapat beberapa lebam yang sepertinya masih baru.

"Sesuatu yang jahat? Apa itu? Monstel atau alien? Alsa pelnah menonton monstel di TV nya Lendi dan itu sangat menyelamkan." Arsa bercerita penuh semangat dengan wajah yang berbinar.

"Oh iya? Rendi mengajak Arsa menonton monster?" Tanya Aruna menanggapi cerita anaknya.

"Tidak mom, Alsa hanya menonton dali lual jendela lumah Lendi. Disana Alsa bisa menonton sepuasnya tanpa dimalahi oleh Aunty Alin dan paman El." Kalimat yang begitu miris itu terucap dari mulut mungilnya dengan nada yang masih antusias.

Aruna berusaha keras untuk menyeka air mata yang terus mendesak turun di pipinya.

"Suatu saat nanti Arsa bisa kok nonton TV sepuasnya. Bisa belajar juga kayak teman yang lain. Punya mobil remot sendiri jadi Arsa nggak usah main mobilan plastik bikinan bunda yang jelek itu. Arsa juga bisa digendong sama Daddy terus main sama Daddy juga." Wanita itu mengelus sayang pipi anaknya yang duduk dihadapannya.

"Waaah jadi nggak sabal ketemu Daddy, nanti kita ketemu Daddy sama-sama ya Mommy"

"Iya sayang, sekarang Arsa tidur ya pasti Arsa capek habis temenin mommy kerja"

"Iya mom"

Melihat anaknya berbaring dengan alas kardus bekas membuat hati Aruna lagi-lagi dihantam luka yang begitu kuat. Aruna menyelimuti tubuh anaknya dengan selimut tipis yang mereka dapat di gudang kecil ini. Sungguh Aruna tak paham dengan pikiran kedua kakaknya itu. Sebegitu bencinya kah mereka dengan dirinya sehingga memberikan penderitaan yang begitu menyakitkan. Bahkan anaknya  pun terkena imbasnya.

Dengan menggigit kuat bibir nya Aruna berusaha mengelus punggung ringkih anaknya. Besok adalah hari ulang tahun anaknya dan ia berjanji akan memberikan apa yang selama ini anaknya idam-idamkan.

Setelah memastikan anaknya tertidur pulas, Aruna berjalan ke sudut ruangan kumuh itu. Disana terdapat sebuah kotak dan juga sebuah kue kecil yang ia persiapkan dari jauh-jauh hari. Ia tak bisa menahan lagi, anaknya harus bahagia. Anaknya harus bebas dari meskipun harus mempertaruhkan nyawanya.

Tangannya meraih sebuah gelang dari sakunya yang selama ini ia jaga. Ini adalah benda untuk mengirimkan kode ke seseorang. Benda yang akan menyelamatkan putranya.

Matanya beralih melihat jam dinding yang terpajang di ruangan itu. Meskipun hanya menggunakan lilin sebagai pencahayaan, Aruna masih bisa melihat jelas pukul yang ditunjukkan benda itu. Sekarang pukul 21 : 00 itu tandanya hanya tersisa tiga jam sebelum memulai semuanya.

Wanita itu hanya diam memandangi lekat-lekat anaknya yang sedang tertidur pulas. Bermenit-menit ia habiskan hanya untuk memandangi Arsa karena setelah ini sepertinya ia tak akan bisa lagi melihat anaknya.

Pukul 22 : 45 Aruna menekan sebuah tombol di gelang itu. Pukul 22 : 50 Aruna membangunkan Arsa dan segera menyuruh anak itu berdoa dan meniup lilin yang tertancap di kue itu.

"Mommy sehalusnya kita nyanyi dulu tau balu tiup lilin"

"Untuk sekarang kita gak boleh berisik nanti Aunty Alin dan paman El bisa datang lagi, oke sayang?"

"Oke mommy sayang!"

Ibu dan anak itu saling menyuapi dengan kue kecil itu. Memang sederhana tetapi kenangannya akan menjadi sesuatu yang besar dan mahal suatu saat nanti.

Aruna kembali menatap lamat pahatan wajah anaknya yang menggemaskan itu. Tangannya mulai merambat untuk menggenggam tangan mungil anaknya dan mengelus lembut tangan itu.

"Iih soswit" celutukan anak itu membuat Aruna terkekeh kecil bersamaan dengan air matanya yang juga ikut turun membasahi pipinya.

Menghela nafas panjang, mungkin inilah saatnya.

"Arsa sayang mommy kan?"

"Sayang banget malah"

"Arsa mau kan keluar dari sini demi mommy?"

"Hm? Kelual dali sini? Kita mau kabul mommy?"

"Emm ya seperti itu, tapi Arsa harus lari lebih dulu baru mommy nyusul"

"Kenapa tidak sama-sama saja mommy?"

"Ada yang mommy mau selesaikan disini"

Mata Aruna beralih ke jam dinding yang telah menunjukkan pukul 00:00. Semua benar-benar akan dimulai.

Aruna membuka sekuat tenaga pintu yang ia buat di gudang tersebut. Selama ia tinggal disini, ia mencoba membuat sebuah jalan rahasia untuk kabur dari sini. Rumah yang mereka tempati berada di dekat hutan dan Aruna tahu bahwa Cendric sang suami akan menyelamatkan anak mereka.

"Dengar mommy, Arsa harus lari sekencang dan sejauh mungkin. Apapun yang terjadi jangan berbalik ke belakang. Ini demi mommy dan Arsa sendiri. "

"Janji ya, mommy halus susul Alsa" Aruna hanya membalasnya dengan tersenyum tipis.

"Mommy sangat sangat menyayangi mu"

"Arsa juga sayang mommy"

Detik itu juga, kaki mungil Arsa mulai berlari menjauh dari rumah itu. Kakinya terus mengikuti sebuah jalan yang dibuat oleh Aruna. Tiba-tiba saja, dari belakang sana terdengar letusan yang begitu dahsyat. Arsa ingin berbalik tapi ia sudah janji kepada mommynya. Air mata mengucur deras di pipi chubby nya.

Mommy akan nyusul Alsa kan?

Seharusnya saat itu Arsa sadar bahwa sang mommy tidak berjanji untuk menyusulnya. Itu hanyalah sebuah bujukan agar ia kabur lebih dulu.

Arsa terus berlari tak peduli kakinya yang mulai terasa sakit. Sakit di hatinya lebih terasa saat ini. Ia masih berharap bahwa sang mommy masih hidup tapi ia juga tak yakin karena ledakan itu begitu dahsyat dan lebih menyakitkan nya lagi Arsa mendengar suara jeritan mommynya.

Arsa kini singgah di sebuah pohon besar. Ia duduk meringkuk di bawah pohon itu. Menangis sekeras ia bisa. Bibir mungilnya tak berhenti mengucap kata 'tolong'.

Tak lama, deru mobil terdengar dari kejauhan dan berhenti di dekat pohon yang Arsa tempati bersembunyi. Arsa semakin ketakutan ketika mendengar suara langkah mereka yang terdengar begitu jelas di telinganya. Tiga pasang kaki berhenti di depannya. Dengan pelan, Arsa mendongak untuk melihat siapa orang-orang itu. Rasanya, ada sesuatu di relung hatinya yang kembali terisi. Ia seperti mendapatkan suatu penopang lagi. Meski sebuah pistol tertodong ke arah nya, ia dengan berani memeluk kaki salah satu dari mereka.

"K-kakak T-tolong Alsa,hiks"

"M-mereka membunuh mommy Arsa hiks hiks"

"Alsa takuuut "

"Hiks tolong Alsaa"

TBC
Seorang ibu memang seorang malaikat tanpa sayap.

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang