sekolah 🏫

3.7K 271 27
                                    

Happy reading clyzen ☄️

"No! Ndak mau pake bedak! Jelek . Nanti Alsa nggak dapat pacal" elak Arsa untuk kesekian kalinya karena Rose yang memaksa memakaikan bedak pada anak itu.

"Kayaknya seru nih kalau diaduin ke Opa, Ayah, Papa, sama Daddy kalau bayi kita ini sudah berani bahas pacaran lagi padahal sudah di larang waktu itu dan serunya lagi bayi mungil ini berniat mencari pacar" Arsa mendelik ke arah Niall yang tadi berbicara itu.

"Aduin aja, Alsa punya bang Allo yang bakal bela Alsa, wleee"

Ucapan Arsa membuat Niall tersenyum miring "oh iya? Tapi Abang juga bakal aduin Arsa ke bang Atlas kalau adik kecilnya udah berani pacar-pacaran"

Wajah Arsa semakin keruh mendengar perkataan Niall. Sepertinya abang-abang nya ini masih dendam kepadanya setelah hari dimana Arsa dan Rigel membawakan sesuatu kesukaan mereka. Rose yang melihat itu hanya tersenyum dan kembali memberikan bedak ke wajah Arsa, tak lupa ia juga menyemprotkan parfum yang beraroma khas bayi ke bagian tertentu di seragam sekolah Arsa.

"Anak bunda udah ganteng nih, yaudah yuk kita turun, semua udah nungguin Arsa loh dari tadi" ucap Rose membuat Niall segera meraih Arsa ke gendongannya.

Di dalam lift, Niall tak berhenti menciumi wajah Arsa. Aroma tubuh Arsa begitu candu di penciumannya. Rasanya Niall ingin mengurung Arsa di kamarnya dan menciumi wajah adiknya sepuasnya. Sedangkan si empu wajah hanya bisa pasrah. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan keluarganya ini. Padahal kan dia sudah besar? Apakah mereka ini buta atau bagaimana? Huh, Arsa juga tak tahu. Sepertinya berapapun umurnya, keluarganya akan terus memperlakukannya seperti bayi. Buktinya Daddynya juga terkadang masih di perlakukan seperti itu. Nasib sebagai bungsu di keluarga Da Costa.

"Sebelum Alsa datang, bang Niall juga di kasih kayak gini nggak?" Tanya Arsa tiba-tiba.

"Nggak tuh, Abang sih masih di perlakukan sewajarnya. Kalau kamu ya wajar, udah kecil, pendek, masih cadel, muka masih kayak bayi, masih makan bubur, masih ngedot, masih pake pacifer pula." Jawab Niall membuat Arsa kembali berpikir keras.

"Yaudah mulai hali ini Alsa gak mau lagi makan bubul, gak mau pakai dot, gak mau pakai pacifel. Alsa mau jadi besal kayak abang-abang." Sayangnya, Arsa tak melihat sekitarnya ketika mengatakan itu. Perkataannya di dengarkan oleh semua anggota keluarganya di meja makan itu. Bahkan sekarang, Atlas dan Arlo juga berada di meja makan itu.

"Sepertinya tak bisa sayang, kamu itu akan tetap menjadi bungsu keluarga Da Costa. Itu kenyataan karena baik Bunda maupun Mama sudah tak bisa mengandung lagi" Arsa langsung berbalik menatap Arlo yang baru saja berbicara. Anak itu baru menyadari bahwa mereka telah sampai di meja makan.

"Kemari, Daddy suapi. Bubur mu sudah dingin" Cendric mengambil Arsa dari gendongan Niall kemudian mendudukkan di pangkuannya.

"Tapi Dad-" ucapan Arsa terpotong karena suapan bubur dari Cendric.

Cendric terkekeh melihat anaknya mengunyah dengan semangat buburnya. Kemudian mulut mungil itu kembali terbuka menandakan bahwa dia ingin suapan bubur lagi. Kemana tadi anaknya yang ingin jadi besar katanya. Cendric pun kembali menyuapkan bubur itu kemudian menyuapkan makanan untuk dirinya sendiri.

"Makan makanan kalian" tegur Opa Dean kepada anggota keluarganya yang masih setia menatap Arsa.

"Dan Cendric jangan menyisihkan wortel itu di pinggiran piringmu" kali ini Cendric yang terkena terguran dari Opa Dean.

"Tapi aku tak suka Pi" tolak Cendric, tangannya kembali menyuapi Arsa.

"Berikan kepada kakak" ucap Delano yang segera saja dilakukan oleh Cendric.

Little Gem [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang