38. DAVIN?

12.1K 1K 12
                                    

Disisi lain. Angkasa masih termenung memikirkan keadaan Raisa, pasalnya dia menghubungi sahabatnya tetap tidak bisa terhubung, karena panggilan jarak jauh juga sangat sulit untuk dilakukan.

“Ada apa? Kamu memikirkan kekasih kamu?” tanya Riana mengusap punggung Angkasa.

“Tan, kapan kita akan memulai rencana itu? Setidaknya Angkasa akan melihat Raisa dalam keadaan baik-baik saja.”

“Sabar, papa kamu belum memberikan kita izin untuk kembali ke Indonesia, saat ini Satya masih mengerahkan beberapa penjaganya untuk mengawasi Raisa, jika kita kembali ke Indonesia dan memulai rencana kita, maka nyawa Raisa akan jadi taruhannya.”

“Kenapa harus Raisa, sih? Kenapa gak Angkasa aja? Bukankah Angkasa yang dia inginkan kenapa harus Raisa?”

“Karena Satya mengincar kelemahan kamu, sebenarnya dia bisa saja langsung mengancam kamu, tetapi dia masih ingin bermain-main dengan kamu terlebih dahulu, Angkasa. Ini sangat berbahaya.”

“Apa kematian mama ada hubungannya dengan Satya?” tanya Angkasa dingin. Dia rasanya enggan untuk memanggil Satya dengan sebutan Om, baginya Satya sama seperti musuh Angkasa.

“Hm, kejadian itu tidak bisa terdeteksi. Polisi hanya mengetahui bahwa itu disebabkan karena kelalaian sopir taksi.” Balas Riana. “Kamu harus sabar, setelah semua ini selesai, dan papa kamu mendapatkan bukti, semuanya akan berakhir.”

Bryan yang melihat mereka berdua hanya bisa tersenyum, dia langsung menghampiri mereka dengan membawa anaknya Riana yang bernama Viktor dalam pelukannya.

“Coba dong, Om. Angkasa mau gendong Viktor,” ucap Angkasa dan segera dianggukan oleh Bryan.

“Apa kamu berencana menikah muda?” tanya Bryan.

“Angkasa belum kepikiran untuk menikah, Om.”

“Lalu untuk apa kamu memacari Raisa?” tanya Riana menyela perbincangan mereka. “Setiap perempuan pasti ingin sebuah kepastian, Angkasa. Jika kamu hanya mencintainya, kamu juga harus siap akan resiko menikah yang harus kamu dapatkan. Terlebih kamu sudah menyentuhnya, dalam keluarga Wiratama, jika kamu sudah menyentuh perempuan, maka kamu harus siap untuk menikahi perempuan itu.”

“Apa benar?” tanya Angkasa terkejut.

“Om tidak pernah menyentuh perempuan, sebab itu Om belum menikah.”

“Raisa masih punya ayah. Ayahnya pasti tidak ingin, anak perempuannya disentuh oleh laki-laki begitu saja, apalagi sampai membuat anaknya menangis. Karena bagi seorang ayah, anak perempuan adalah harta berharga mereka.”

“Angkasa akan pikirkan hal ini.”

***

Sudah 1 Minggu berlalu. Kondisi Raisa sudah semakin membaik, hanya saja dia masih belum bisa melangkahkan kakinya dengan lancar, Raisa butuh pegangan untuk menjadi penyangga agar dia bisa berdiri.

“Aku kangen banget sama kamu, Angkasa. Kapan kamu akan pulang kesini? Aku sudah sembuh, aku sudah selesai melakukan operasi ginjal, karena kamu. Tapi saat ini aku gak bisa jalan, kaki aku masih gak bisa digerakin. Kamu masih mau sama aku?” Raisa menatap kosong sebuah jaket berwarna hitam, berlambang sayap burung elang, dengan jahitan emas, tetapi banyak beberapa yang sobek karena Angkasa terlalu sering melakukan tauran.

“Aku takut kamu gak akan mau kenal sama aku, saat kamu tau aku gak bisa jalan. Apa kamu akan malu saat kamu tau keadaan aku seperti ini? Aku janji aku bakalan bisa jalan lagi demi kamu, aku pengen kamu pulang. Udah lama kita gak ketemu.”

“Raisa, Nak. Diluar ada teman kamu,” ucap Alina memasuki kamar Raisa. “Laki-laki.”

“Apa itu Angkasa, Ma?” tanya Raisa.

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now