1. Razel dan Ketuanya

179K 6.8K 259
                                    

Pasukan murid cowok berjaket hitam dengan lambang sayap elang di punggung nya, baru saja datang ke area sekolah. Kehadiran mereka membuat sorotan di area lapangan. Tentu saja dengan keterlambatam nya, apalagi suara klakson motor yang sengaja di bunyikan, hingga ke khidmatan upacara langsung buyar begitu saja. 

“ANGKASA SAPUTRA WIRATAMA!!” teriakan yang menggema di lapangan, menjadikan semua murid menoleh ke arah parkir sekolah. 

Bu Endang selaku guru BK di buat kepalang oleh tingkah Angkasa dan teman nya yang datang begitu saja. “Kemari kalian!! Jangan kabur dari Ibu. Kalian akan dapat hukuman karena terlambat!!” ujarnya marah. 

“Kita ngga terlambat Bu,” Aan masih mencoba mengelak ucaapan Bu Endang. “Kita udah dateng dari tadi. Cuma sarapan dulu di Warteg.” 

“Bener Bu. Masalah nya ini hari Senin. Kita harus makan, kalau ngga makan nanti kita bisa pingsan. Masih mending kalau pingsan, tapi kalau mati kan bahaya Bu.” Erick menimpalinya. “Nanti biaya tanggungan nya mahal loh Bu.” 

Para murid yang mendengar itu terkekeh kecil. “Kalian harus nya berangkat lebih pagi, biar bisa sarapan. Udah tau ini hari Senin.” Ujar Bu Endang. 

“Warteg belum buka Bu. Enyak sama Babeh masih pada tidur. Ini jadwal nya kepagian, coba kalau berangkat nya jam sebelas, pasti kita ngga akan terlambat,” kata Aan kepada Bu Endang. 

“Menjawab saja kalau di beri tau. Kalian itu membuat contoh yang tidak baik untuk murid-murid lainnya.” ujar Bu Endang lagi. 

“Kita ngga minta di contoh kok Bu. Kita realistis aja. Kalau ada yang buruk dalam diri kita, di buang. Dan kalau ada yang baik di ambil.” Ucap Aan. Para murid langsung melotot menatap Aan, anak itu begitu berani menjawab ucapan Bu Endang. 

“SYAHDAN ADI!! KAMU ITU SELALU MENJAWAB UCAPAN IBU!!” teriak Bu Endang berjalan ke arahnya, hingga Aan langsung menghindar dan mengumpat di balik Angkasa. “Sini kamu Aan!” 

Para murid yang melihat itu langsung tertawa geli. “Udah si Bu. Ibu mau hukum kita apaan? Emang Ibu ngga malu di lihatin anak murid?” Kata Robi sembari menghalau Bu Endang. 

“Lama-lama Ibu bisa stroke kalau ngurus kalian terus!!” gerutunya. 

“Omongan itu do’a loh Bu,” sahut Aan dari balik badan Angkasa. “Bener kan Pak Gun?” Aan menatap Pak Gunawan selaku guru Agama. 

Bu Endang mengumpat dalam hati. “Udah Bu langsung kasih hukuman aja. Kalau terus di balasin, kasihan Ibu nya.” Kata Pak Gunawan. 

“Hukuman kalian membersihkan toilet laki-laki. Jika kalian tidak mengerjakan nya. Orang tua kalian akan Ibu panggil. Termasuk orang tua kamu Angkasa!!” ancaman itu sukses membuat nyali anak Razel menciut. 

“SIAP 86 KOMANDAN!!” ujar mereka serentak. 

***

“Ini semua gara-gara lo, An. Kalau lo ngga adu mulut sama Bu Endang, kita ngga akan bersihin toilet.” ujar Hafiz yang masih menyender di dinding toilet anak lelaki. 

“Bukan karena gue. Tapi karena penjual Warteg itu buka nya kesiangan. Coba kalau buka pagi-pagi pasti kita masih bisa upacara,” kata Aan sembari menyikat lantai kamar mandi. 

“Permisi kak, saya mau ke toilet.” Salah satu murid memakai nametag yang terbuat dari kardus menatap Aan. 

“Enak aje lo. Ini lantai lagi gue sikat, main injek-injek aja. Gantiin nih!!” kata Aan menyerahkan sikat kamar mandinya. 

“Siapa suruh lo nyikat di depan pintu?! Orang mau buang hajat ya ngga bisa lah,” kata Robi. “Jangan mau dek. Ini nama nya pembullyan.” Katanya lagi. 

“Minggir An. Jangan sampai dia ngompol,” kata Angkasa menatapnya. “Tonjok aja. Gue setuju lo nonjok Aan.” 

Adik kelas itu menatap Angkasa takut lalu beralih menatap Aan dengan tatapan ragu. “Udah tuh masuk. Jangan lupa di siram. Gue habis sikat.”

“Iya kak, permisi.” Katanya memasuki kamar mandi tersebut. 

Mereka berjongkok di dekat kamar mandi tersebut. “Nanti kita bales dendam Bos sama Harilla?” tanya Robi kepada Angkasa. 

“Nanti gue ke markas Harilla. Gue ngga mau Razel terus-terusan ribut sama Harilla Cuma karena hal yang sepele,” kata Angkasa dingin. “Masalahnya banyak banget anak Razel yang jadi korban kebusukan nya Harilla.” 

“Anjing emang Alex! Dia berani banget umtuk langsung bantai Yudha. Apalagi kemarin Yudha sempat masuk ICU, kita harus bales dendam sama Alex,” kata Erick. 

“Sabar dulu jangan gegabah, bisa aja itu cuma pancingan supaya kita kena perangkap Alex. Fikirin dulu mateng-mateng.” Hafiz menimpalinya. “Kita boleh bales dendam, tapi nanti.” 

“Gue setuju sama Hafiz,” kata Robi. “Dari pada mikirin bales dendam, mendingan bersihin dulu kamar mandi nya.” 

“Au lo Rick, ini gue doang yang bersihin kamar mandi. Lo semua pada ngga bantuin gue.” Kata Aan kesal. “Udah deh cepet. Upacara udah selesai, habis ini istirahat. Lo semua mau di kamar mandi terus?! Udah ah gue duluan,” katanya lagi. 

“Udahlah cabut, udah bersih ini sama Aan.” Balas Hafiz. “Lo berbakat An, jadi OB. Siapa tau nanti lo lulus langsung dapet kerja jadi OB kamar mandi kan lumayan.” 

***

“So!! Bakso!! Bu Bakso lima Bu. Pedes semua, bakso nya aja jangan kasih mie rambut!” Teriak Aan kepada penjual bakso di kantin. Mie rambut adalah istilah yang biasa di gunakan oleh mereka untuk mie kuning dan mie putih, karena bentuknya yang seperti rambut.

Mereka duduk di kursi kantin yang berada di pojokan. “Eh sekalian Es cekek nya lima, rasa apel.” Ujarnya lagi. 

“Es cekek number one ya An?!” kata Erick. 

“Hidup tanpa Es cekek bagaikan hidup tanpa kamu. Ngga akan ada artinya baaang,” kata Aan dengan kalimat terakhir yang dia lebaykan. 

Bakso yang sudah mereka tunggu-tunggu akhirnya datang dan mereka langsung menyantap nya dengan lahap. “Si Aan kalau naruh micin banyak banget, nanti otak lo gesrek An.” Kata Erick. 

“Emang udah gesrek ngga perlu nyalahin micin, dia nya aja yang ketagihan kalau udah makan sesuatu.” Sahut Hafiz menatapnya. “Tergantung keimanan seseorang sih, hahaha.” 

“Bully gue aja terus,” Aan melirik mereka. “Kali-kali aja Angkasa kek yang di bully gue mau lihat kalian punya nyawa berapa.” Kata Aan. 

“Lo aja ngga usah nyuruh orang,” ujar Hafiz. “Palingan nanti lo masuk ICU.” 

“Sialan lo semua!” 

Razel. Nama besar itu sudah tidak asing di SMA Merah Putih. Geng yang berdiri dari dulu hingga sekarang di bawah pimpiman Angkasa. Perkumpulan anak motor itu adalah wadah murid nakal dan pemberontak. 

Angkasa dan Razel adalah nama yang sulit di pisahkan. Jika ada Angkasa, maka ada Razel. Begitupun sebaliknya. Angkasa adalah pemimpin kedua yang berhasil menaklukan wilayah nya. Nama nya di takuti dari berbagai macam Gangster. Wilayah yang sudah Angkasa dapatkan, baginya itu adalah prioritas paling penting dalam dirinya dan Razel. Jika ada yang berani menyerapahi wilayah Angkasa, maka dia tidak akan segan-segan untuk membunuh nya. 

Angkasa mengedarkan pandangan nya. Melihat beberapa murid yang tersenyum kepadanya. Angkasa adalah tipikal orang yang dingin, dia tidak terlalu memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya. Cukup Tuhan yang mengetahui diri Angkasa, orang lain tak perlu tau tentang nya. 

“Nanti main bola gimana?” ajak Angkasa. 

“Gue ikut aja. Kalau emang bocah lain pada mau, langsung aja kita main bola, tantang aja anak SMA lain supaya mau duel sama anak SMA Merah Putih.” Kata Robi. “Lumayan kan kita balas budi ke sekolah, bawain piala.” 

“SETUJU!!”

***

TBC.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang