10. Ini tentang Raisa

46K 3K 63
                                    

Raisa Putri. Semenjak 10 tahun terakhir, dokter mendiagnosa bahwa salah satu ginjal nya rusak, karena terlambat penanganan pertama, kini kedua ginjal itu sudah rusak. Kehidupan nya terpaku kepada ruang HD (hemodialisa)yaitu ruang cuci darah. Cuci darah berfungsi untuk menyaring makanan, atau zat yang masuk ke dalam tubuh, karena ginjal Raisa sudah tidak bisa di gunakan dengan baik. 

Apalagi dengan biaya dan harus menunggu pendonor yang cocok. Itu hal yang sangat sulit. Jika terjadi penolakan Ginjal pada tubuh, itu akan sangat berbahaya untuk hdiup Raisa. Bagi Raisa hidupnya sudah tidak berarti, jika dalam waktu dekat belum ada pendonor untuknya, maka nyawa Raisa tidak bisa di selamatkan. 

Ketika mendengar kabar itu, Raisa terkejut. Dia mencoba melakukan percobaan bunuh diri, daripada harus membuat keluarganya hidup kesusahan. Bagi Raisa dia adalah benalu di keluarga itu. Kehidupan pahit yang Raisa jalani, itu semua tidak sesuai dengan keinginan nya. Raisa enggan untuk hidup, setelah datang penyakitnya, yang dia pikirkan adalah bagaimana jerih payah orang tuanya untuk menyembuhkan Raisa. 

“Minum obatnya, Nak,” Alina menyodorkan nya bungkusan obat beserta dengan air putihnya. “Jangan banyak-banyak minum nya,” sahut Alina memperingatkan. 

Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh Raisa memang harus di batasi. Karena ginjalnya yang sudah tidak bisa menyaring kembali. Itu juga yang membuat Raisa terus membawa bubur sereal ke sekolah untuk porsi makan nya. 

“Ada hubungan apa kamu sama lelaki tadi?” tanya Alina. “Memang nya kapan kalian bertemu? Kita baru pindah rumah di sini, Raisa.” 

Raisa tidur di pangkuan Alina. Mama nya dengan lihai mengusap kepala itu. “Dia namanya Angkasa, Ma. Temen Raisa di sekolah. Awalnya Raisa emang ngga kenal dia, tapi karena dia terkenal di sekolah, semua murid ngomongin dia, jadi nya Raisa kenal dia deh. Dia itu ketua Gangster, Ma. Serem kan?” sahut Raisa terkekeh. “Tapi ternyata dia baik loh. Cuma keras kepala sama egois nya itu udah jadi bagian dalam diri dia. Angkasa itu most wanted nya SMA Merah Putih. Dia juga orang yang paling berkuasa di sana. Dan yang paling penting adalah, dia anak nya Pak Wiratama, Pengusaha sukses itu, yang sering seminar di pekerjaan nya Papa. Keren kan?” kata Raisa. 

Alina terkekeh kecil mendengar nya. “Ganteng Ma. Adiknya juga lucu banget, tadi Raisa ketemu sama adiknya Angkasa, namanya Raka. Oh iya, kata Angkasa, Raisa itu mirip Mama nya loh, berarti Raisa di miripin sama Nyonya besar Wiratama, Ma,” sahut Raisa bangga. 

“Kalian pacaran?” tanya Alina. 

“Gak tau deh, tapi Raisa milik Angkasa, dan Angkasa milik Raisa. Dia punya nama panggilan untuk Raisa, namanya Caca. Kata Angkasa, orang spesial itu, juga harus punya panggilan spesial.” 

“Kamu tuh ada-ada aja,” Alina menyentil dahi Raisa. “Kalau Papa tau, dia pasti marah ya?” 

“Ya Mama jangan kasih tau dong!” sahut Raisa.

“Besok Mama dan Papa harus pergi kerja, sekalian cari pendonor untuk kamu, di rumah sakit lain,” kata Alina. “Kamu di rumah sama Bang Kevin, nanti dia yang akan nemenin kamu cuci darah. Jangan ganggu Bang Kevin terus. Jangan telat minum obat sama makan, untuk makan di sekolah bubur sereal, jangan makan sembarangan apalagi sampai berleihan, ngga baik. Selama Mama dan Papa kerja, kamu baik-baik di rumah. Ngerti kan?” 

*** 

“Ku hanya diam!! Menggenggam, menahan segala kerinduan, memanggil namamu di setiap malam, ingin engkau datang dan hadir dimimpiku, rindu.”

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now