9. Angkasa dan Raka

47.6K 3.2K 117
                                    

Angkasa bergegas pulang. Setelah mendengar kabar bahwa Raka demam tinggi. Padahal semalam keadaan Raka dalam keadaan baik, tetapi pembantu di rumahnya mengabarkan bahwa Raka sakit ketika di sekolah tadi. 

“Raka?” Angkasa memasuki kamarnya, dengan Raka meringkuk di balik selimut. Dia menghampirinya, mengusap kepala Raka yang meracau tak jelas. “Kita ke rumah sakit ya? Supaya Raka sembuh,” katanya. 

Raka adalahorang yang paling sulit di bujuk ketika sakit. Semestikan Angkasa harus menuruti semua kemauan adiknya. “Raka. Makan dulu ya, sedikit. Minum obat,” bujuk Angkasa. 

“Mama... Papa...,” Raka menatap Angkasa berbinar. “Raka mau sama Mama dan Papa, Bang,” kata Raka dengan nada merengek. 

“Raka, Mama sama Papa kerja. Raka jangan kekanakan gini dong, makan sendiri, minum obat, nanti abang bawa Raka ke rumah sakit,” kata Angkasa menaruh makanan nya di atas nakas. “Bangun dulu, makan sedikit. Biar cepet sembuh, nanti abang bawa Raka jalan-jalan,” katanya lagi. 

Raka menggeleng lesu. “Raka mau sama Mama dan Papa, Bang,” lirihnya dengan air mata yang mengalir. “Raka kangen sama mereka, Bang.” 

“Raka!! Abang ngga mau berantem. Kamu harus makan dan minum obat, setelah itu tidur!” ujar Angkasa. “Cepat Raka, bangun.” 

“Mas, jangan di marahin terus atuh Den Raka nya. Masih pusing kali, jadi ngga mau makan. Udah nanti biar Bibik aja yang kasih makanan nya ke Den Raka,” kata Bik Uti. “Apa ngga sebaiknya, Mas telpon Tuan dan Nyonya supaya pulang?"

“Abang....” Raka menatap Angkasa. “Raka mau ketemu Mama sama Papa, Bang. Raka kangen sama mereka, Bang,” sahutnya parau. 

“RAKA!!” ujar Angkasa kesal. “Mereka ngga akan pulang ke rumah!! Kamu jangan kekanakan!! Abang balik ke rumah, kamu harus udah makan dan minum obat!!” ujarnya lagi. 

*** 

“Apa?! Belum puas lo mempermalukan gue di depan umum?! Mau ngehancurin hidup gue lagi lo?!” sahut Raisa menatap kesal Angkasa. 

Saat Dia sedang berada di kamar. Dia terkejut akan kedatangan Angkasa ke rumahnya. Pasalnya sejak kejadian di kantin tadi, Raisa benar-benar di permalukan oleh nya. Dia sudah cukup sampai di sini mengenal Angkasa, tidak ingin mengenal lebih dalam tentang laki-laki itu. 

“Hm. Gue mau minta maaf,” Angkasa menatap Raisa dalam. “Gue salah.” 

Raisa tersenyum miring. Semudah itu Angkasa meminta maaf kepadanya. Dia fikir Raisa akan mau memafkan nya. Tentu tidak. Tetapi di dalam lubuk hati Raisa yang paling dalam, dia terkejut ketika Angkasa meminta maaf. Raisa kira, Angkasa tidak akan berani meminta maaf kepadanya, tetapi Raisa salah.

“Gue maaafin,” Raisa mengalihkan pandangan nya ke arah lain. “Mata lo sembab. Lo nangisin gue?” katanya dengan percaya diri. “Ketua Gangster kok lemah.” 

“Gangster juga manusia,” Angkasa langsung duduk di tepi kolam rumah Raisa. Saat ini mereka memang ada di teras rumah perempuan itu. 

Raisa memberikan Angkasa air yang sudah di buat oleh Alina tadi. “Kenapa nangis?” Raisa duduk di sebelah Angkasa dan memainkan air di kolam Ikan nya. “Ada masalah? Walaupun gue ngga tau masalah lo itu apa, dan gue juga ngga bisa nyelesain masalah lo. Tapi gue bisa jadi tempat untuk lo curhat, kalau ada masalah,” kata Raisa lagi. 

ANGKASA (END)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora