15. Ketua OSIS dan ketua Razel

35.5K 2.4K 27
                                    

Raisa sedari tadi mondar-mandir tidak jelas menunggu kedatangan Angkasa. Karena laki-laki itu bilang akan menjemputnya di depan rumah semenjak 30 menit yang lalu. Tetapi sampai sekarang Angkasa belum juga muncul di hadapan nya. KBM sudah berlangsung sejak tadi, pasti ketika Raisa datang terlambat, dia akan di hukum. 

“Sudah datang Angkasa nya? Ini sudah jam tujuh, nanti kamu bisa terlambat. Mendingan Abang antar ke sekolah, daripada kamu terlambat,” kata Kevin saat melihat adiknya masih berada di depan gerbang. 

Raisa mengangguk menyetujui ucapan Kevin. Dia menaiki mobil milik keluarganya yang berada di garasi. “Memang nya kalian udah janjian? Kenapa Angkasa bisa sampai lupa sih?” tanya Kevin. 

“Gak tau!! Raisa kesel!! Pasti Raisa di hukum!” uajrnya emosi. “Padahal tadi kata Angkasa dia sudah on the way tapi sekarang belum datang juga. Harusnya Raisa berangkat lebih pagi supaya nggak terlambat!” 

“Kan sudah dibilang.” 

Raisa menuruni mobil nya. Dia menatap takut Bu Endang yang sudah berdiri di gerbang dengan tatapan horornya. Mata Bu Endang terlihat memicing tajam bagaikan mencari mangsa. Dengan langkah ragu, Raisa menghampirinya. 

“Raisa!!” teriaknya memenuhi lapangan. “Sudah berapa kali Ibu bilang, kalau kamu tidak boleh telat!! Kamu itu murid beasiswa etika kamu harus di contoh sama murid lain!! Tapi kamu sudah buat kesalahan!!” 

“Maaf Buk, tadi saya ketiduran,” katanya berbohong. Dengan jemari yang dia remas dibalik rok nya, Raisa menunduk takut. 

“SEKARANG HORMAT SAMPAI ISTIRAHAT!! TIDAK ADA TOLERANSI!!” teriaknya. 

Dengan tubuh yang langsung tegak, Raisa berlari ke arah tiang bendera yang saat ini kosong. Hanya Raisa seorang yang dihukum. Dengan tatapan sinis para murid yang melihat nya, Raisa merasa malu. 

Segerombolan laki-laki dengan kemeja yang memperlihatkan semua kaos hitam nya menjadi tontonan para murid. Tidak lupa, dengan candaan yang terdengar diantaranya. Keseragaman mereka menjadi pusat perhatian sekolah. Kancing kemeja yang memang tidak dipasang semua, dan menjadi luaran kaos, berlambang sayap elang di dada kiri nya, benar-benar mencerminkan anak tidak baik. 

Raisa mengepalkan tangan kirinya yangb tergantung biasa, di saat tangan kanan nya tengah hormat. Mata nya menyorot, laki-laki tinggi yang berdiri paling depan di antara mereka. 

“Ca!!” teriak Angkasa saat pandangan mereka beradu. “Ca, kamu kenapa di hukum? Kamu ngelakuin kesalahan apa?” sahutnya saat sudah berdiri di hadapan Raisa. 

“Ngapain kamu disini?! Mau ikut Ibu hukum?!” ujar Bu Endang kesal. “Raisa terlambat masuk!! Ini lagi, kemeja bukan nya di kancingin!! Malah di buka gini, mau tebar pesona kamu?!” Bu Endang langsung menunjuk kemeja Angkasa. 

Pandangan Angkasaa langsung kearah Raisa. Perempuan itu terlihat lesu, terlalu lama berdiri di bawah sinar matahari yang terik. “Pergi sana Angkasa!!” ujar Bu Endang. 

“Ini salah saya, Bu. Bukan salah Raisa. Gara-gara saya, Raisa jadi telat.” Kata Angkasa menatap Bu Endang. “Biarin saya yang gantiin hukuman nya Raisa ya Buk, dia gak bisa di hukum lama-lama. Ibu lupa waktu dia pingsan gara-gara Ibu?” 

“Halah!! Kalian itu sama saja. Lebih baik, kamu juga harus dihukum sama Raisa!! Kalian itu memang sama-sama nakal!! Sampai Ibu tau, Raisa buat kesalahan lagi, akan Ibu laporkan dengan Kepsek, dan mencabut beasiswanya.” Ujar Bu Endang kesal. 

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now