11. Masa lalu Angkasa dengan rumah pohon

41.8K 2.9K 31
                                    

Suasana kantin riuh ramai dengan beberapa anak murid yang sudah siap menerkam makanan mereka. Pasalnya hari ini mereka mendapatkan pelajaran tambahan yang lumayan banyak. Membuat mereka harus pulang terlambat, apalagi posisi nya, mereka hanya membawa uang sedikit. 

Raisa memakan bubur sereal yang sudah dia bawa dari rumah, karena Raisa tidak boleh makan makanan sembarang dan berlebihan. 

“Lo kayaknya makan sereal itu terus deh, lo ngga ada uang? Gue jajanin deh,” sahut Kania kepada Raisa. 

Semenjak kejadian kemarin, sekarang Angkasa menyuruh Raisa untuk duduk di meja pojok, tempat biasa anak Razel duduk. Begitupun dengan sahabatnya, yang sekarang jadi duduk di meja pojok tersebut. 

Raisa mengeluarkan uang berlembar warna merah, “Anjir!! Duit lo banyak juga!!” sahut Riri terkejut melihat uang berwarna merah yang di keluarkan dari saku kemeja Raisa. 

“Gue punya uang, tapi ngga boleh makan sembarang, ngga baik,” balas Raisa. “Ini juga enak, dulu waktu di sekolah lama gue, gue selalu bawa ini. Kalau jajan sembarangan nanti Mama pasti marah,” balas Raisa kembali. 

“Posesif ya Mama lo? Padahal lo kan udah dewasa, masa harus makan sereal itu terus. Gak mungkin juga kan?!” sahut Riri melirik Raisa sembari mengunyah mie Instan nya. “Lo sakit?” selidiknya. 

“Ha?!” sahut Raisa terkejut. “Ngga kok, gue baik-baik aja, sehat. Cuma emang biasa bawa bekal, gue juga lebih suka makan bubur ini daripada jajan,” balas Raisa. 

Raisa sedari dulu memang biasa menutupi penyakitnya dari orang lain. Dia takut tidak ada yang mau berteman dengan orang penyakitan seperti dia, apalagi sampai kehilangan sahabat yang baru dia kenal. 

Angkasa mengusap kepala Raisa dan memainkan rambut nya di jari telunjuk. “Gue bilang juga apa, Pak Bos pasti bakalan Bucin banget kalau punya pacar!” sahut Erick. “Apalagi modelan gay kayak dia!!”

“Kembaran Hafiz bentar lagi nih,” sahut Robi. “Bakalan bucin semua anak Razel lama-lama, males gue!!” ujarnya kesal. 

“Berisik!!” sengit Angkasa dan Hafiz bersamaan. “Kalau jomblo, cari pacar!! Jangan bisanya dengki mulu sama orang pacaran!!” sahut Hafiz tak suka. 

“Markonah!! Diem lu!!” ujar Robi. Robi menyender dengan kaki yang dia lipat dinatas paha kiri, dan memakan kuaci nya. “Si Erick lagi ngeliatin Vina bae!!” 

“Berisik lo jomblo!!” sahut mereka bersamaan dengan melempar masing-masing kuaci nya. “Udah Rob, mendingan lo pergi aja daripada di sini, yang ada ganggu orang pacaran terus. Kasihan Aan di hukum sama Bu Endang, mending lo bantuin, lumayan kan dapet pahala.” 

“Eh kemarin uang yang lo suruh kumpulin untuk buat Cafe udah ada, Sa. Kita udah mintain sama anak Razel sebagian, nanti mereka sisa nya patungan untuk beli beberapa bahan,” kata Hafiz. 

Kebetulan kemarin ketika mereka sedang  berada di rumah Angkasa. Mereka membicarakan pekerjaan tambahan, karena untuk tabungan mereka masing-masing, dan untuk kebutuhan anak Geng motor itu. Raisa mengusulkan kepada mereka untuk membuat Cafe sebagai pekerjaan tambahan nya, selain karena cocok untuk anak zaman sekarang. Anak Razel suka meminum kopi, jadi mereka tidak perlu membuang uang banyak untuk mengopi di Cafe nya sendiri. 

“Udah ada konsep?” tanya Raisa. “Konsep kedepan nya nanti, kalian cari kios untuk buka tempatnya, buat supaya menarik perhatian. Biasanya mereka suka sama yang authentic gitu deh, kalian mau coba? Kita cewek-cewek bisa bantu untuk minta harga diskon kok, bener kan?” tanya Raisa. 

“Yuuupp!! Tugas cewek tawar-menawar!” 

*** 

Raka berada di pangkuan Raisa, sembari bernyanyi kecil. Mereka membuka kaca mobil, dan bernyanyi dengan tangan yang keluar dari kaca. Berhubung suasana jalan terasa sepi, membuat mereka nyaman. 

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now