39. ANGKASA BALIK?

13.1K 1K 17
                                    

Saat mereka sampai di sekolah, Davin langsung menggendong Raisa untuk pindah ke kursi roda. Dia mendorong kursi roda Raisa ke koridor.

“Berhenti, Vin,” ucap Raisa.

“Ada apa?” tanya Davin.

Suara motor besar, dengan bunyi knalpot khas, menjadi sorotan anak murid kali ini. Seorang lelaki yang mengendarai motor itu, memakai jaket berlambang sayap burung elang berwarna hitam, dengan helm full face yang langsung menjadi teriakan para siswi.

“Angkasa balik woi!!”

“Angkasa masuk woi!!”

SMA Merah Putih langsung riuh karena kedatangan seorang lelaki, yang pernah mendapatkan rumor berhenti sekolah.

“Ada Angkasa, Sa,” ucap Davin mengusap pundak Raisa.

Raisa hanya bisa tersenyum melihat hal itu, detak jantungnya berdebar lebih cepat. Beberapa anak Razel langsung keluar koridor dan menyambut Angkasa, keselarasan jaket mereka membuat beberapa murid perempuan langsung berteriak kegirangan.

“Gimana kabar lo?” Robi bersalaman dengan Angkasa, sembari memeluknya.

“Gue baik,” balas Angkasa.

“Widih Pak Bos, bisa glowup gitu lo!” kata Aan.

“Orang cakep mah beda, An.” Balas Hafiz.

Tatapan Angkasa langsung terjatuh kearah seorang perempuan yang tengah duduk dikursi roda, sembari memandangnya dengan penuh kerinduan, perempuan itu masih terlihat sama seperti dulu, senyuman yang selalu menjadi perhatian Raisa.

“Kenapa? Kangen sama Raisa?” bisik Robi.

Angkasa langsung menggeleng, dan mengalihkan pandangan nya. Mereka berjalan bersama memasuki koridor, saat mata Angkasa dan Raisaberadu, detak jantung mereka langsung kembali berdebar.

“Angkasa...”

Saat mendengar suara Raisa, Angkasa langsung menghindarinya, dia meninggalkan Raisa dikoridor. Anak Razel hanya bisa saling memandang karena sikap Angkasa.

“Jangan dipikirin, biar gue bicara sama Angkasa,” kata Hafiz.

Anak Razel langsung menghampiri Angkasa, dan mengikuti langkah kakinya. Sedangkan Raisa hanya bisa menatap punggung jangkung itu dengan tatapan sendu.

“Akukangen banget sama kamu. Apa kamu malu melihat aku duduk di kursi roda? Aku pengen banget meluk kamu, Angkasa.”

“Gak akan ada yang mau lah, sama orang cacat kayak lo!! Apalagi Angkasa!!”

“Angkasa bisa dapat yang lebih kali, daripada cewek cacat kayak lo!!”

“BERISIK ANJING!” sungut Tiara kesal. “PUNYA MULUT GUNAIN YANG BENER!!”

“Ra, udah!” ucap Raisa.

“Jangan dipikirin dulu, mungkin Angkasa butuh waktu untuk terima kondisi lo. Dia gak akan ninggalin lo, Sa.” Kata Davin sembari mengusap pundak Raisa. “Ke kelas aja, sudah mau bel.”

Saat pelajaran berlangsung, Raisa hanya bisa memandangi kakinya yang masih belum bisa untuk di gerakan.

“Sa, mungkin Angkasa butuh waktu untuk bisa terima keadaan lo. Nanti dia bakalan temui lo, dan bakalan tetap sama lo. Angkasa gak seperti apa yang lo pikirkan,” ucap Kania mengusap punggung Raisa.

“Gue takut, Kan.”

“Untuk apa lo takut?” tanya Kania.

“Gue takut kalau Angkasa bakalan jauhin gue.”

“Gak akan, Angkasa gak akan melakukan itu sama lo.”

Disisi lain. Robi hanya bisa melirik Angkasa yang sedari tadi tampak terlihat gusar dan cemas. “Kenapa lo tadi ninggalin Raisa gitu aja? Lo malu karena dia lumpuh?”

“Gila lo! Waktu Raisa meninggal, lo nangis-nangis supaya Raisa bisa hidup lagi, tapi sekarang apa?” tanya Robi menyeringai. “Munafik lo, Sa!! Lo gak sadar apa, yang sebenarnya kayak orang gila itu, lo!!”

“Lo gak tau apa-apa,” balas Angkasa dingin.

“Apa?! Apa yang gue gak tau tentang lo?! Lo cuma cowok bodoh, yang gak tau diri sama orang!!”

Bugh!!

Angkasa langsung menonjok Robi, hingga tersungkur ke belakang. Hafiz langsung membantu Robi yang terjatuh.

“Lo kenapa, Sa?” tanya Hafiz.

“Santai dong, Bos! Jangan esmosi gitu!”

“Emosi goblok!” ujar Erick.

“Lo pada kenapa sih?! Kita ngumpul-ngumpul gini kok malah pada ribut!!” sungut Hafiz.

“Suruh Ketua lo nyadar diri!” Robi langsung meninggalkan area kantin.

“Lo  ribut apa sama Robi?” tanya Hafiz. “Lo gak pernah ribut sama Robi, dan sekarang lo malah ribut. Kenapa, Sa?”

Angkasa tak menjawab ucapan Hafiz, dia langsung meninggalkan kantin yang padat karena jam makan siang. Dia duduk dikursi koridor yang sepi, lalu menarik kasar rambutnya sembari memaki dirinya sendiri.

Raisa mendorong kursi rodanya keluar kelas, karena ingin menemui Angkasa. Tetapi saat baru keluar kelas,Raisa sudah mendapati Angkasa tengah duduk dikursi koridor. Dia tersenyum lalu menghampirinya.

Tangan mungil Raisa, langsung menggenggam lengan besar Angkasa. Hal itu langsung membuat Angkasa menoleh, melihat perempuan yang amat dia rindukan menatapnya berbinar.

“Aku kangen kamu,” ucap Raisa dengan nada suara serak.

“Gimana kabar kamu, Angkasa?” tanya Raisa. “Aku kangen banget sama kamu. Sekarang kenapa kamu menjauh dari aku?”

Angkasa langsung bangkit, tetapi Raisa langsung menahan tangan Angkasa. “Kenapa? Kenapa kamu terus menjauh dari aku? Kenapa, Angkasa?”

“Kita harus udahan, Ca. Kamu gak pantes untuk aku.” Ucap Angkasa.

“Apa yang membuat aku gak pantes untuk kamu? Apa karena aku lumpuh? Iya? Jawab aku Angkasa!”

Angkasa menepis tangan Raisa dengan kasar, dan langsung meninggalkan Raisa menuju kelasnya. Raisa hanya bisa menahan tangisnya.

“Aku kangen banget sama kamu, Angkasa.”

***

ANGKASA (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz