6. Satu hari bersama dengan nya

53.7K 4K 137
                                    

Raisa mengumpat beberapa kali karena terlambat sekolah. Ini karena semalam dia terkena ocehan panjang oleh kedua orang tuanya, karena telat minum obat. Belum lagi belakangan ini kondisi perempuan itu kurang stabil, dia pasti akan mendapatkan akibat nya nanti. 

“Baiklah anak-anak, keluarkan PR yang kemarin Ibu berikan kepada kalian. Maju satu baris dan taruh di meja.” Semua murid menaruh buku tulis mereka di atas meja guru yang berada di depan. “Raisa, kenapa kamu duduk saja?! Keluarkan PR nya segera!!” sahutnya. 

“Hm, anu, Bu. Saya lupa kalau ada PR. Hm, saya, tidak mengerjakan nya Bu,” kata Raisa cemas dengan tangan yang meremas rok abu-abu nya. 

Guru itu menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu mencibir Raisa. “Kamu nih murid baru, tapi kamu udah buat masalah aja di sekolah!! Percuma kalau kamu anak beasiswa tapi ngga disiplin!!” ujarnya. “KELUAR DARI KELAS SAYA!! Temu BK, kamu akan dapat hukuman nya karena tidak mengerjakan PR!!” sahut Guru itu kembali. 

Raisa berjalan meninggalkan ruang kelas. Sahabatnya menatap sendu Raisa, perempuan itu pasti tidak tau kalau ada Pekerjaan Rumah. 

Raisa menengok ke arah lapangan, yang cuacanya cukup panas. Apalagi dia sempat mendengar cemooh tentang Raisa, yang membuay nyali perempuan itu langsung menciut. 

Dia menatap lapangan. Terlihat Angkasa dengan baju yang sudah tidak rapih, dan keringat yang mengalir deras dari kepala. Dia berjalan ke arah Bu Endang, dan menjelaskan maksud tujuan nya menemui BK. 

Bu Endang menggelengkan kepalanya berulang kali melihat Raisa. “Anak baru bisanya kamu membuat ulah!! Sekarang kamu hormat di tiang bendera bersama Angkasa!! JANGAN BERHENTI SAMPAI IBU SURUH!!” 

“Tapi Bu, Maaf. Saya tidak bisa kena matahari lama-lama, Bu.” Raisa mendalamkan kepalanya menunduk. 

Angkasa yang tengah menahan panasnya Matahari langsung menoleh ke arah asal suara. Dia berdecih pelan, dan menyerapahi Raisa. “Baru kena Matahari doang, udah kayak mau mati aja tuh cewek!! Dasar alay!!’ batinnya. 

Bu Endang kembali menggeleng. “Sudah tidak mengerjakan PR! Anak baru! Lalu kamu minta di ganti hukuman nya?! Dasar perempuan jaman sekarang, kalau terkena Matahari langsung hitam!!” sarkasnya. “TIDAK ADA TOLERANSI!! LAKUKAN HUKUMAN MU SEKARANG!!” ujarnya lagi. 

Dengan raut wajah yang kesal, Raisa tampak terlihat pasrah untuk di hukum sebelah Angkasa. Raisa dapat melihat beberapa anak Razel yang berada di Rooftop menatap mereka dengan candaan. 

“CIE DI HUKUM BARENG!!” 

“PIWIT!! DAPET DOI NIH PAK BOS!!” 

Angkasa dan Raisa saling melirik satu sama lain, tetapi saat pandangan mereka beradu, Angkasa langsung memutus kontak matanya lebih dulu. 

Raisa mengalihkan pandangan nya ke arah lain, dia miris melihat nasib nya sendiri yang kurang manjur. Biasnya Raisa tidak pernah di hukum, karena teman sekolahnya selalu memiliki cara agar Raisa tidak di hukum. 

“HUKUM SAMPAI TAHUN DEPAN BU!! LANGSUNG BAWA KUA!! AKAD NIKAH DI MASJID!!” 

Raisa yang mendengar teriakan anak Razel hanya memutar bola matanya malas. Tetapi kenapa mereka tidak di hukum? Padahal mereka ada di Rooftop pada waktu kegiatan belajar mengajar. Ini tidak adil. 

Baru berselang beberapa menit, pandangan mata Raisa sudah mulai kabur. Bersamaan dengan mengalirnya darah dari hidung itu. Yang awalnya semua buram, berubah menjadi gelap. 

*** 

“Bangun!!” Angkasa menepuk wajah pucat itu. Darah dari hidung Raisa terus keluar, membuat Angkasa menghela nafas. “Woi budeg!! Bangun!!” sahutnya lagi. 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang