21. Rumah Angkasa

32.2K 2.2K 51
                                    


Mendengar kabar bahwa Angkasa sudah bisa kembali ke rumahnya, dimanfaatkan Raisa untuk menjenguk Angkasa. Sebenarnya hal ini diminta langsung oleh Angkasa tadi pagi. Setelah sekian lama mereka lost contact akhirnya tadi pagi Angkasa mengabarkan keadaan nya lebih dulu dan meminta Raisa untuk main ke kediaman Wiratama. 

Raisa menurun tangga dengan langkah gontai sembari tersenyum lebar kepada Kevin yang tengah disibukan dengan tugas skripsi kampusnya. 

“Mau kemana kamu?” tanya Kevin tanpa mengalihkan pandangan nya dari laptop. 

“Mau main ke rumah Angkasa, Bang,” balas Raisa. “Raisa naik ojek atau Abang mau anter Raisa?” tanya Raisa menghampiri Kevin. 

“Ini Raisa bawa makanan untuk Angkasa, kasihan di rumah Angkasa gak ada orang, dia belum makan, bolehkan Raisa berikan ini untuk Angkasa? Sekalian main sebentar sama Raka.” Kata Raisa membujuk Kevin. 

Kevin melirik Raisa, menatap tajam Adiknya tidak suka. Kevin memang seperti itu, dia terkadang merasa cemburu kepada siapapun yang bisa dekat dengan Adiknya. Tetapi Kevin juga tidak ingin membuat Raisa sedih, karena bagaimanapun juga, Kevin ingin yang terbaik untuk Raisa. 

“Lupa kalau semalam sesak?” tanya Kevin dingin. 

“Sekarang udah baik-baik aja, Bang.” Balas Raisa merengek. “Sebentar doang, Bang. Cuma nemenin Angkasa, setelah itu pulang, gak akan kecapekan.” 

“Yaudah,” balas Kevin meraih kunci mobil dan mengikuti Raisa yang sudah lebih dulu berjalan didepan nya, melihat Raisa bahagia membuat Kevin bahagia. 

Gadis itu terlihat bersemangat membawakan kotak makan ditangan nya. Dengan badan yang kecil, dan pendek, Raisa sangat terlihat anggun dibanding orang lain. Kulit putih pucat, dan wajah yang mulus memang menjadi daya tarik setiap orang untuk lebih mengenalnya. 

Sepanjang jalan Raisa terus membicarakan kedekatan nya dengan Angkasa. Kevin hanya bergumam menyahuti ocehan tidak jelas Raisa, setidaknya dia membalasnya, jika tidak, maka Raisa akan mengira Kevin tidak mendengarkan hal yang dia bicarakan. 

“Jangan kecapekan, Dek,” kata Kevin mengingatkan. “Kalau Mama dan Papa tau sikap kamu belakangan ini, gak akan pernah dia izinin kamu dekat dengan Angkasa,” Kevin melirik Adiknya. 

“Kamu tau kan sifat Papa, gimana?” tanya Kevin kembali. 

“Raisa tau, Bang. Belakangan ini juga Raisa malah lebih ngerasa baik-baik aja, Raisa ngerasa sehat dan nggak sakit,” balas Raisa. “Dokter juga kemarin bilang ada hasil signifikan untuk buat Raisa sembuh. Walaupun Raisa tau itu hanya sedikit kemungkinan, tetapi itu masih ada kan? Raisa nggak akan nyerah sampai Raisa sembuh.” 

Tak terasa perjalanan dari rumah Raisa ke rumah Angkasa sudah berlalu begitu saja. Rumah mewah, yang berada didalam perkomplekan, lalu terdapat mansion khusus untuk keluarga Wiratama. 

Sudah dua kali Raisa menginjakan kaki di rumah ini. Setiap kali melihat rumah keluarga Wiratama, Raisa selalu berdecak kagum karena arsitektur rumah ini sangat modern. Jika dibandingan dengan rumah Raisa, maka rumah Angkasa sepuluh kali dari rumahnya, bahkan bisa lebih dari itu karena saking luasnya. 

Ada puluhan pembantu dan penjaga di rumah ini, setiap orang memiliki pekerjaan nya masing-masing. Walaupun begitu, Angkasa dan Raka selalu merasa kesepian karena bukan keluarganya yang berada disisi mereka. 

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now