8. Raisa punya gue!

50.2K 3.5K 50
                                    

“Pak, izin ke toilet,” kata Raisa sembari bangkit dari kursinya. Setelah mendapatkan izin, Raisa bergegas meninggalkan ruang kelas, yang menatapnya tak suka. Semenjak kejadian Raisa pingsan, dan di tolong oleh Angkasa kemarin, membuat nya menjadi bahan perbincagan sekolah. Entah dari mana berita itu menyebar secepat api, bahkan semalam ponsel nya terus berdering pertanda pesan masuk. 

Raisa hanya melihat pesan itu dari homepaage nya, tak beniat membalas pesan itu satu-persatu. Karena yang mereka tanya bukanlah tentang Raisa, melainkan Angkasa. Raisa mendumel terus-terusan sejak semalam tak berhenti, sebanyak itukah penggemar Angkasa? 

Dia menunduk untuk merapihkan kemeja sekolahnya yang terlihat tidak rapih, karena kelamaan duduk di kursi. Entah apapun yang di ucapkan guru tadi, Raisa tidak mendengar nya, dan tidak bisa memahaminya. Raisa lebih bisa belajar otodidak, dari pada harus mempelajari suatu hal, yang di ajarkan oleh orang lain. 

Karena terlalu lama menunduk merapihkan kemeja. Hingga tak sadar bahwa, tubuhnya bertubrukan kembali dengan Angkasa. Bahkan rokok yang tadi di pegang oleh Angkasa, jatuh ke kubangan air yang berada di dekat lantai. 

“RAISA!! GANTI ROKOK GUE!!” ujar Angkasa. “Lo itu bisa ngga sih jalan pakai mata?!” bentaknya lagi, 

“Jalan pakai kaki!” sahut Raisa kesal. “Mata di gunakan untuk melihat, kaki di gunakan untuk berjalan. Kalau mata di gunakan untuk berjalan, bagaimana kita bisa melihat?” sahutnya cerdas, dengan bibir yang tersungging ke atas. 

Angkasa mengepalkan tangannya kesal. Kini Raisa sudah keterlaluan, dia sudah berani untuk membantah ucapan Angkasa. “Gue gak mau tau hal itu!! Ganti rokok gue sekarang juga!!” ancamnya. 

“GA MAU!!” 

“GANTI, ATAU LO AKAN DAPAT HUKUMAN NYA!!” 

“GA MAU ANGKASA!!” 

Angkasa menyeringai. Terbesit di otak dan hatinya untuk bermain-main dengan Raisa. Dia berjalan mendekati Raisa, hingga perempuan itu memundurkan tubuhnya, berjaga-jaga agar Angkasa tidak berani melakukan hal kasar kepadanya. 

“Mau apa lo, Angkasa?!” ujar Raisa kesal. Kali ini jantung nya sudah berdebar tak beraturan. Akankah Angkasa marah kepadanya, dan membunuh Raisa? Kenapa Raisa bisa sebodoh itu, untuk melawan Angkasa?

Angkasa menarik pinggang itu, hingga Raisa memberontak secara paksa dari pelukannya, dan memukul dada Angkasa berulang kali. “LEPAS GUE ANGKASA BEGO!!” ujarnya. “INI DI SEKOLAH!! GUE BISA TERIAK!!” 

Berhubung sekarang belum istirahat, suasana koridor belakang, yang dekat dengan toilet dan kantin terasa sepi. Apalagi hanya mereka berdua yang tengah bersama. 

Angkasa menghimpit jarak di antara mereka berdua. “Karena lo udah berani macem-macem sama gue. Maka lo akan dapat hukuman nya. Rokok adalah hal berharga bagi gue, dan lo harus tanggung jawab!” bisiknya penuh penekanan di telinga Raisa. 

Bagai tersambar petir secara perlahan. Tubuh Raisa menegang dan masih diam tak bergerak. Bahkan setelah mengucapkan kalimat itu, Angkasa langsung meninggalkan nya begitu saja. Sangat mudah untuk membuat Raisa terpojok, bagi Angkasa. 

Raisa berlari memasuki kamar mandi, dan menangisi kebodohan nya. “Bodoh!! Gue bodoh!! Kenapa gue harus ngelawan Angkasa?! Kenapa gue harus berani sama dia?!” gerutunya. 

“Tuhan, kayaknya Angkasa akan bunuh hamba deh. Kalau emang dia mau bunuh hamba, di undur dulu bisa ngga? Meninggalnya hamba kenapa setragis ini Tuhan? Semoga Angkasa ngga bunuh hamba. Aamiin.” 

Raisa mencuci wajahnya di wastafel dan menatap pantulan dirinya di cermin. Bayangan wajah Angkasa muncul, betapa tampan nya Angkasa, tetapi ucapan nya benar-benar mematahkan hatinya. Seaakan-akan semua yang Raisa fikirkan tentang Angkasa yang baik kemarin, hanyalah omong kosong. 

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now